1. Ospek Melelahkan

22.9K 1.1K 724
                                    

"Jadi anak baru nggak seasik itu, Bro. Apalagi kalau punya kating kurang mainan."  

--Ratapan Mahasiswa Baru Hate Kating Mematikan--

•••♥•••

Suara gemuruh lapangan utama Youth International University menjadi nyanyian penenang keluh kesah para mahasiswa baru.

Yap, setelah di-pelonco oleh kating rese yang jabatannya double sebagai anak BEM alias Badan Eksekutif Mahasiswa—tentu membuat siapa pun tekanan batin dadakan. Apalagi, peloncoan-nya tidak karuan—kasarnya 'tidak berperikemanusiaan'. Triple pasti tekanan batin yang dirasakan oleh para mahasiswa baru itu.

Nah, hal yang sama juga terjadi pada Senja. Gadis yang bernama lengkap Anaise Loura Senja itu, juga mengalami hal yang serupa. Disiksa oleh kating-kating kurang mainan, dianggap selalu salah dan di-bully habis-habisan oleh mereka. Namun, ingat ya. Tidak semua kating itu rese, masih ada yang punya hati juga.

Kalau kalian menganggap kisah Senja semacam gadis-gadis di novel yang bertemu kating dan jatuh cinta pada pandangan pertama—kalian salah. Boro-boro jatuh cinta, lihat tingkah mereka saja bikin enek. Mana sempat Senja terpesona apalagi jatuh cinta kalau tingkah mereka begitu.

Kalau khayalan kalian sampai di atas langit, pasti kalian tak akan menyangka jika kating-kating tukang bully itu wajahnya rata-rata semua. Tidak ada yang super handsome, cool, charming—enyahkan itu semua! Soalnya di sini tidak ada. Kalau pun ada, cuma tampangnya aja yang oke, sifatnya minus, Guys!

Jangan berpikir semuanya buruk. Soalnya, Senja belum menemukan kating sejenis malaikat tampan yang bikin fall in love dadakan.

Omong-omong soal Senja, gadis itu sedang selonjoran di atas paving yang membangun lapangan utama Youth International University.

Di sebelahnya ada kumpulan gadis-gadis tukang gosip. Di ujung sana, ada juga kumpulan cowok-cowok gamers atau cowok-cowok yang ngerasa keren. Tentunya, Senja memilih bergabung pada spesiesnya.

"Nggak nyangka gue, kating-kating di jurusan kita semuanya minus nggak ada yang nge-plus sedikit pun. Nasib buruk kali ya? Milih jurusan bahasa kayak gini, rata-rata cewek, Cuy!"

Mendengar keluh kesah gadis bertubuh kurus dengan rambut kepang dua itu, membuat mata batin Senja terbuka. Si kurus ada benarnya juga, kalau ia memilih jurusan sastra bahasa seperti ini, tentu kawan-kawannya kebanyakan cewek lebay bin alay—kalau tidak begitu cewek filosofis, sudah pasti itu. Ya, jadinya begini ... tentu ia akan sulit mendapatkan calon imam after wisuda nanti. Agak nyesel sih, Senja-nya.

Kalau imamnya kerasa jauh begini, kenapa Senja tidak memilih jurusan teknik aja? Kan di sana rata-rata anak cowok semua, dapat jodoh relatif mudah—tidak seperti di sini, yang sangat susah.

Ngebet banget emang Senja pengen dapet jodoh, soalnya dari orok dia mana pernah pacaran, deket sama cowok aja jarang. Apalagi ia memilih SMEA waktu lulus SMP. Kalian tahu kan kalau SMEA itu rata-rata muridnya cewek semuanya? Soalnya di sana jurusannya kan lebih ke kantor-kantoran begitu. Tapi, Senja malah nyasarnya ke bahasa. Entah apa yang merasuki pikiran Senja.

Naga Senja (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang