8. Reject You Again

8K 529 135
                                    

"Tidak ada orang yang benar-benar mengerti perasaan orang lain." 

--Anaise Loura Senja--

•••♥•••

Senja berlari kencang menuju pangkalan ojek yang biasa ia gunakan sebagai transportasi ke mana pun. Biasanya sih Senja menggunakan ojek online, tapi mengingat ia tidak bisa menunggu lagi—Senja memilih menghampiri tukang ojeknya langsung.

Tak bisa Senja bayangkan, bagaimana Ardo di sana. Pasti, laki-laki itu mencarinya. Senja belum sempat berpamitan karena Pak Naga memaksa pulang, seolah-olah kalau ia tidak pulang nilainya akan diturunkan. Tentu, Senja tidak mau itu terjadi. Jadi, ia lupakan Ardo begitu saja. Lagi pula Ardo tidak penting untuknya—itu tadi—tapi sekarang, Senja begitu panik ingin dan ingin segera menemui Ardo. Anak baru gedhe itu plin-plannya suka keterlaluan.

"Naik!"

Duh, suara siapa lagi ini? Kenapa dari tadi ada orang yang menginterupsinya, padahal Senja sedang berlari. Mengganggu saja!

"Saya masih banyak urusan, tolong jangan ganggu saya dulu," ungkapnya, Senja mempercepat langkahnya tanpa menoleh pada orang itu.

"Kalau kamu tidak ingin saya tumpangi ya sudah, saya akan pulang."

Senja menghentikan larinya, menoleh ke samping. Kok Pak Naga lagi, dosen itu membuntutinya ya? Kok dari tadi ketemu mulu, seperti jodoh saja. Eh, tidak! Pak Naga bukan jodohnya Senja, tapi kalau itu memang benar Senja ikhlas lahir batin.

"Bapak mau mengantar saya, dengan—sepeda?!" Senja melotot saat melihat Pak Naga membawa sepeda berwarna biru dengan keranjang besi di depannya, tak lupa di belakangnya ada besi yang biasa digunakan untuk boncengan. Pak Naga ngutil sepeda adiknya kali, ya? Setahu Senja di rumah Pak Naga ada dua mobil mewah sama satu motor gedhe yang keren. Tapi, mengapa Pak Naga memilih naik sepeda butut?

"Kenapa? Kamu malu pergi memakai sepeda? Padahal, dengan ini kita bisa mengurangi polusi udara di Ibu Kota." 

Senja menggeleng, eh tapi—naik sepeda kan lama sampainya, keburu Ardo pulang ke rumah nantinya. "Tidak begitu, Pak. Lebih baik saya naik ojek di depan aja," tolaknya halus.

"Tidak tahu terima kasih! Kamu pikir saya dengan senang hati apa menyusul kamu ke mari?! Naik! Atau saya benar-benar akan menyiksa kamu!"

Pak Naga menakutkan sekali saat ini, nyawa Senja hilang begitu saja. Ekspresi dan tatapan tajamnya membuat siapa pun lemah seketika. Senja meneguk ludahnya kasar, gadis itu langsung naik begitu saja di boncengan sepeda Pak Naga. Kalau menolak, pasti dirinya akan benar-benar disiksa batinnya oleh Pak Naga. Sungguh mengerikan!

"Menurut pada saya sepertinya petaka bagi kamu. Padahal akibatnya tidak seburuk itu."

•••♥•••

"Ardo!!" Senja berteriak kencang saat menemukan Ardo di tempat terakhir mereka bertemu. Anehnya, Ardo bersama seorang gadis—secepat itukah Ardo move-on darinya?

"Senja, lo ke mana aja tadi?" Ardo berlari ke arahnya, dan langsung bertanya macam-macam padanya. Bahkan Ardo meremas pundaknya khawatir, "gue takut lo diculik. Kenapa pergi enggak bilang-bilang?"

Naga Senja (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang