11. Tak Disangka-sangka

6.6K 461 53
                                    

"Ketemu beliau lagi, serasa dunia cuma ada kita berdua aja. Padahal, orangnya aja nggak mau. Tuhan tolong berikan petunjuk-Mu."

--Sesi Curhat Anak Bahasa--

•••♥•••

"Woy, Ja! Tugas Pak Naga kelar belom? Ngelamun aja, kesambet setan pohon mangga yak?!" decak Riana yang diabaikan berkali-kali oleh gadis senja itu.

Entah apa yang merasuki Senja, gadis itu banyak melamun hari dan juga tidak fokus pada mata kuliah yang diajarkan dosen mereka. Biasanya, Senja itu orangnya suka sekali memperhatikan dosen di depan sana bukan mengacuhkan seperti saat ini. Benar-benar kesambet anak itu.

"Senja, Anaise Loura Senja!" panggil Riana yang masih saja diabaikan gadis itu, perasaan ingin membanting buku mengenai kepala gadis itu semakin menggoda imannya saja. "Astaga! Senja!!! Telinga kamu di mana?! Ya Tuhan!"

Senja tetap menghiraukan keluh kesah Riana. Angannya tidak sedang berada di sini sekarang, tapi di tempat antah berantah yang tidak ia ketahui di mana letak geografisnya. Senja sudah gila, ia mengakui itu dan itu hanya karena dosen luar biasa ajaibnya yang ada di YIU.

Sekarang ini, ia sedang bingung memikirkan bagaimana cara menghadapi Pak Naga yang tahu tabiat buruknya yang lupa akan jadwal liburnya. Padahal, banyak orang di luar sana mengingat hari menyenangkan itu. Senja benar-benar pusing bukan kepayang, masalah Ardo sudah tidak lagi menjadi tranding topic di otaknya melainkan 'Cara Menghadapi Pak Naga' yang sekarang memenuhi akal sehatnya.

Adakah tips and trick yang tepat untuknya? Bagaimana sih cara menghadapi dosen ganas yang sudah tahu kejelekannya tanpa orang lain tahu? Senja butuh itu sekarang ini. Sayangnya, di mbah-mbah serba tahu tidak ada jawabannya.

"Gue doain lo disembur Pak Naga lagi, Ja." Riana sudah hilang kesabaran sampai-sampai mendoakan hal mengerikan itu untuk temannya sendiri. Siapa suruh Senja mengabaikannya sejak tadi, sama sekali tak menyahutnya pula. Itu tepat untuk menyadarkan Senja yang sedang konslet saat ini.

"Pak Naga dateng, Woy!"

Seruan mahasiswa lain yang bertugas mengawasi kedatangan Pak Naga langsung saja diterima dengan baik oleh Riana.

Riana memperbaiki posisi duduknya, menyiapkan buku catatannya tak lupa juga menaruh tugas yang sudah ia kerjakan dengan setengah hati sebelumnya. Pak Naga datang artinya semua harus siap sedia untuk menjadi good student. Sambil menunggu Pak Naga melewati ambang pintu, Riana melirik pada Senja yang tidak bergeming sama sekali. Duh, benar-benar kerasukan anak itu.

"Selamat pagi!" sapa Naga singkat seperti biasanya.

Naga melirik mahasiswanya sebelum memulai pelajarannya kali ini—semuanya tampak memperhatikannya, kecuali gadis berambut hitam kemerah-merahan yang sibuk memangku dagunya. Senyum tipis ter-ulas di bibirnya, sasaran baru lagi untuknya. Gadis yang sama, namun ia tidak pernah bosan melihat gadis itu tersiksa oleh hukumannya.

"Bukannya sudah berulang kali saya berkata—saya tidak pernah menyukai orang yang tidak memperhatikan apa yang saya terangkan," sindirnya. "Orang itu harus keluar dan menunggu tugas berkali-kali lipat yang akan saya berikan."

Naga Senja (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang