© 2020 by Mr. Rabbit
•
•
•
°• Seseorang •°•••
Miya menyusuri jalan kecil yang di tumbuhi rumput hijau. Jalan yang menghubungkan ke rumah Guru Shin. Seperti hari-hari sebelumnya, Miya akan berlatih kembali di rumah Guru Shin, kemungkinan latihan kali ini sangat jauh berbeda dari yang sebelumnya. Kali ini lebih menantang dan tentunya susah, kelincahan dan ketepatan Miya dalam mengendalikan anak panah akan diuji dalam latihan kali ini. Sehingga gadis itu harus benar-benar siap saat berlatih nanti.
Ada beberapa teknik panah yang belum Miya pelajari. Namun Miya bisa dikatakan senior karena ia sepenuhnya sudah mahir dalam membidik. Tapi sepertinya Guru Shin masih mempunyai banyak teknik panah yang belum ia ajarkan kepada Miya. Sehingga gadis itu diharapkan berlatih setiap hari di rumahnya. Tapi Miya tidak harus selalu fokus dengan latihannya, ia juga harus berkegiatan lain selain berlatih, melakukan pekerjaan rumah jika ada waktu senggang, lalu berlanjut berlatih kembali. Ya itulah kegiatan Miya setiap hari, ia tidak punya kegiatan lain selain dua kegiatan itu, membuat hidupnya terasa monoton, membosankan. Maklum saja karena Miya gadis Desa yang tidak bisa bebas kemanapun, selain berkutat dalam lingkup wilayah Desa. Karena Desa Town Land berada di tengah hutan, yang jauh dari keramaian.
Seharusnya beberapa langkah lagi, Miya sudah sampai di halaman rumah Guru Shin. Tapi karena panggilan seorang anak kecil, terpaksa ia harus berhenti, berpura-pura menjadi patung.
"Kak, Miya..." Seorang gadis kecil tersebut sekarang sudah berada di sampingnya, Miya menghembuskan napas. "Ada apa, Nana?" tanya Miya menoleh ke arah gadis kecil, yang diketahui bernama Nana tersebut.
"Ikut Kakak boleh?" tanya Nana sambil menampakkan senyum merekah, membuat wajahnya terlihat menggemaskan.
Miya mengetuk-ngetuk telunjuknya di dagu, berpikir. Ia tidak ingin ambil pusing, akhirnya Miya mengijinkan Nana. "Boleh, asal kau tidak menggangu orang-orang yang berlatih di sana," ucap Miya sambil mencubit pipi Nana gemas.
"Baiklah Kak, aku tidak akan mengganggu," jawab Nana begitu semangat. Mereka berdua kemudian berjalan menuju ke rumah Guru Shin.
☘️☘️☘️
Sesampainya di rumah Guru Shin, Miya serta Nana mendapati pemandangan yang tak biasa di rumah tersebut. Halaman rumah guru Shin hari ini tampak sepi tak ada murid-murid guru Shin yang berlatih seperti hari-hari sebelumnya. Bahkan guru Shin nyatanya enggan membuka pintu rumahnya. Sepertinya guru Shin tidak di rumah."Kak, sepertinya guru Yi. Tak ada di rumah," ucap Nana sambil menunjuk pintu rumah Yhi Sun Sin yang masih tertutup.
"Ya sepertinya memang benar," jawab Miya.
Miya menerka-nerka apa mungkin saja guru Shin melatih muridnya di hutan? Karena beberapa hari sebelumnya, guru Shin memberi tahu jika ia akan melatih muridnya di hutan. Tapi yang menjadi pertanyaan Miya, kenapa guru Shin tidak menunggu kehadirannya?
"Ah entahlah," ucapnya lirih sambil menepis angin, menghilangkan pikiran-pikiran tersebut.
"Na, ikut Kakak!" Miya segera menggandeng tangan Nana menuju halaman belakang rumah guru Shin, tepatnya di ladangnya yang penuh dengan pepohonan.
"Kak, kenapa kita kesini?" tanya Nana, kebingungan melihat tingkah Miya yang seperti mencari sesuatu di ladang guru Shin.
Miya masih meneliti setiap sekat pagar kebun tersebut. Dirinya sedang mencari sesuatu yang akan menjadi petunjuk ketidakadanya guru Shin di rumahnya. Karena guru Shin sebelumnya pernah berkata jika ia tidak ada di rumah, ia akan menaruh secarik kertas yang tertulis sesuatu di sekat pagar-pagar tertentu. Lama mencari secarik kertas yang dimaksudkan, dalam beberapa jam lalu sampai detik ini dirinya masih saja belum menemukan secarik kertas tersebut, yang berisi sepatah kata dari guru Shin yang tertulis.
Nana masih saja kebingungan melihat Miya yang sibuk sendiri sedang mencari sesuatu. "Kak, kau lama sekali," tukasnya sedikit tinggi, seolah membentak Miya.
Miya, tidak meladeni ucapan Nana yang masuk ke pendengarannya secara gamblang, bahkan telinganya terganggu karena suara cempreng nan keras seorang anak kecil di belakangnya.
"Nana, bisakah kau diam?" Bentak Miya sangat keras, mengepalkan tangannya, menggertakan giginya, ia emosi namun akhirnya emosinya mulai reda setelah menyadari bahwa dirinya sekarang berhadapan dengan anak kecil, ia menghela napas pelan berusaha agar tidak marah kepada Nana. Sebenarnya ia marah bukan karena bentakan Nana, tapi karena ia tidak kunjung menemukan sehelai kertas yang kemungkinan guru Shin taruh di salah satu sekat pagar.
Nana seketika menutup mulutnya rapat, ia terdiam, bentakan keras tadi mengusiknya sehingga secara diam-diam Nana menitihkan air mata, ia sedih karena hati kecilnya tidak bisa menerima bentakan keras dari Miya.
Miya yang menyadari Nana menundukkan kepalanya karena menangis dalam diam. Ia mendekati Nana lalu mengusap rambut Nana yang berwarna merah muda dengan sangat lembut. Ia sedikit menghela napas berat, jengah dengan sikap Nana yang selalu seperti ini. Setiap kali dibentak Nana akan menangis.
"Sudahlah, Nana. Kak Miya tidak akan bentak Nana lagi," ucap Miya lembut sambil terus mengelus rambut Nana berusaha agar gadis kecil dihadapannya berhenti menangis.
Nana mendongak menatap Miya sendu, pipinya sedikit basah. Ia perlahan menampakkan senyumannya. "Sudahlah Na, jangan menangis lagi. Ayo ikut Kakak!" Miya berjalan sambil menggandeng tangan Nana menuju ke arah timur. Yang di mana itu adalah tempat kesukaan Nana, tepatnya di bawah pohon rindang terdapat ayunan di bawahnya.
☘️☘️☘️
Sementara Nana bermain seorang diri di bawah pohon, Miya mulai beraksi untuk mencari selembar kertas tersebut. Tidak berapa lama dan harus membutuhkan kesabaran akhirnya Miya menemukan satu lembar kertas yang terselip di antara celah pagar kebun, guru Shin.Miya segera mengambil kertas tersebut tanpa pikir panjang, karena ia yakin bahwa kertas tersebut berisi informasi dari guru Shin. Miya membuka kertas tersebut yang masih terlipat, bibirnya bergerak, bola matanya bergerak ke kanan mengikuti arah tulisan di kertas tersebut.
_____________________
Miya, datanglah ke hutan. Temui seseorang di sana, ia ingin bertemu denganmu. Saya masih melatih murid-murid saya.
___________________
Miya sedikit mengernyit setelah membaca surat tersebut, memang siapa yang ingin bertemu dengannya? Miya sama sekali tidak mengenal orang-orang luar, selain masyarakat Desa Town Land sendiri. Bahkan Miya sama sekali tidak pernah keluar dari batas wilayah Desa Town Land, tapi ini menurutnya membingungkan bagaimana bisa ada seseorang dari luar yang mengenalnya? Apa mungkin penduduk Desa Town Land sendiri? Miya pun masih mempertanyakan hal ini, ia sama sekali tidak tahu apa maksud seseorang itu ingin bertemu dengannya.
Miya melipat kertas tersebut lalu segera membuangnya asal ke tempat lain. Karena kertas tidak lagi penting untuknya. Miya berjalan cepat menuju ke arah pohon, ia menyuruh Nana untuk pulang. Setelah Nana dirasa sudah menjauhinya, segera ia berlari menuju ke hutan. Untuk menemui seseorang yang dimaksud guru Shin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miya & Alucard [Lengkap]
FantasiMiya gadis Desa Town Land yang tinggal bersama neneknya, Vexana. Kedua orangtuanya sudah meninggal saat Miya masih berumur lima tahun. Sehingga nenek tirinya Vexana yang beralih mengasuh Miya sampai Miya tumbuh menjadi gadis dewasa. Di sinilah, Miy...