Walaupun dalam keadaan panas, lidah Ruby dan Parsha tidak merasakan apapun selain rasa hambar dan juga rasa dingin yang menjalar di lidah mereka, karena ramuan itu mengandung sihir, sehingga saat diminum dalam keadaan panas, lidah justru merasakan dingin.
Sihir itu aneh bukan?
Setelah Ruby meminum ramuan sihir yang ada di dalam cawan, Ruby meletakkan cawan itu di atas meja yang dipakai untuk menyimpan beberapa ramuan sihir yang masih tersisa. Dengan senyum miring penuh arti, Ruby mengusap sudut mulutnya yang masih menyisakan satu tetes air berupa sihir itu dengan lembut.
Beberapa saat setelah meminum ramuan sihir itu, tubuh Ruby mengeluarkan cahaya yang begitu terang, hampir semua badannya tertutupi oleh cahaya, tak terkecuali bagian kepalanya, dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Cahaya itu efek dari ramuan sihir, yang telah diminum oleh Ruby, sehingga ramuan sihir itu berbaur menjadi satu untuk bisa menyesuaikan di dalam tubuhnya membuat tubuh Ruby secara keseluruhan memancarkan cahaya silau.
Berlahan-lahan cahaya itu pudar dan Ruby tampak kembali seperti biasa tidak ada seberkas cahaya pun yang tersisa di tubuhnya. Setelah meminum ramuan itu Ruby merasakan kenikmatan, tubuhnya begitu terasa ringan bahkan karena merasa ringan Ruby dapat melayang dan terbang.
"Kekuatan apa ini nek?" Ruby terkejut ketika ia bisa melayang mengangkat tubuhnya ke udara, sangat ringan. Ruby baru pertamakali memiliki kekuatan seperti ini.
"Kau jangan terkejut cucuku, itu adalah salah satu kekuatan yang nenek punya, dan sekarang kekuatan itu juga menjadi milikmu," jelas Parsha, ia berjalan menuju ke dapur untuk membereskan peralatan dapur yang baru saja ia pakai.
Ruby masih asyik menurun naikkan tubuhnya dengan santai, seolah-olah tubuhnya seperti plastik yang mudah untuk diterbangkan. Tidak! Dia baru saja memiliki kekuatan salah satu dari kekuatan Parsha yaitu kekuatan 'melayang'. Kekuatan itu hanya dimiliki oleh keluarga Parsha. Parsha satu-satunya pewaris kekuatan itu. Karena mengingat umurnya sudah tua dan hidupnya tidak lama lagi, Parsha memutuskan untuk menurunkan kekuatannya kepada Ruby, begitupun dengan kekuatan yang lain.
"Cu! Kau harus segera pergi ke Gua, waktumu hanya semalam untuk mengambil daun ajaib itu!!"
Ruby yang mendengar ucapan keras dari neneknya seketika sadar akan tujuannya untuk mencari daun ajaib yang ada di dalam Gua, sesegera mungkin ia mengemas barang-barang yang akan dibawanya untuk pergi ke Gua itu, tidak lupa juga Ruby membawa sabit besar andalannya.
•••
Bulan sabit bertengger di atas awan, cahayanya yang redup tidak dapat menyinari jejak langkah Miya dan Harith untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Gua itu, justru malam ini terlihat gelap dan suram.
Harith dan Miya saling berjaga jika sewaktu-waktu bahaya menjemput mereka, dan jika mereka ingin selamat kuncinya adalah saling menjaga satu sama lain.
Harith tiba-tiba berhenti, diikuti Miya yang juga berhenti, Harith memicingkan matanya untuk melihat tajam ke arah semak-semak di dekat sungai yang bergerak-gerak. "Kak lihatlah! Ada sesuatu yang ada di semak itu!" Tangan Harith menunjuk ke semak-semak, dan benar apa yang dikatakan oleh Harith semak itu bergerak semakin kencang.
Mereka memperhatikan dari jauh sesuatu yang perlahan-lahan keluar dari semak itu. Ternyata yang keluar dari semak-semak tersebut adalah seekor ular yang memiliki ekor sangat panjang. Dengan gerakan cepat Harith mengeluarkan cakarnya dan berubah menjadi kucing, mengejar ular tersebut yang bergerak lincah. Tidak sia-sia akhirnya Harith berhasil menangkap ular itu, lalu ia kembali menjadi manusia lagi.
Sementara Miya tetap diam mengamati Harith. Harith tersenyum puas sambil menenteng ular itu sudah mati. Ia mendatangi Miya, "Kak lihat! Ular ini mudah aku bunuh!" ucap Harith, menunjukkan ular itu di hadapan Miya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miya & Alucard [Lengkap]
FantasyMiya gadis Desa Town Land yang tinggal bersama neneknya, Vexana. Kedua orangtuanya sudah meninggal saat Miya masih berumur lima tahun. Sehingga nenek tirinya Vexana yang beralih mengasuh Miya sampai Miya tumbuh menjadi gadis dewasa. Di sinilah, Miy...