Miya tak dapat memberontak dengan tenaga karena sekarang ia benar-benar tak dapat bergerak, tangan, serta kakinya di ikat di kursi kayu yang terlihat usang, rapuh dan kotor. Saat matanya terbuka, ia terkejut. "Hah! Di mana aku?" Miya kebingungan, tangan dan kakinya terikat, hal itu yang membuat Miya tidak dapat bergerak.
Ia berusaha melepas ikatan tali di tangannya, sampai kursi yang rapuh tersebut ikut bergerak mengikuti gerakan Miya yang bersusah payah melepas ikatan tali tambang di tangannya. Ia sudah berusaha sekuat tenaga namun percuma, karena tali yang mengikat tangannya di belakang kursi sangat kuat.
Miya menunduk sedih, ia tidak tahu siapa yang telah memperlakukan dirinya seperti ini, apa orang itu mempunyai dendam dengannya? Miya benar-benar tidak tahu. Seingatnya dia berada di rumah Mayang.
"Ya Tuhan, kenapa aku bisa seperti ini? Siapa dia? Siapa yang telah mengikatku disini?" ucapnya setengah menangis, ia menunduk sangat dalam.
Miya kembali mendongak, matanya terlihat merah karena hampir menangis, ia melihat sekeliling, tempat ini sangat kotor, banyak barang bekas yang tidak terpakai membuat tempat ini bau dan sangat pengap.
Miya melihat ke samping di situ ada jendela yang terbuka. Di depan sanalah Miya melihat anak sungai yang tampak sejuk dengan pantulan bulan sabit di dalam sungai, dan sekarang Miya baru sadar jika saat ini malam hari. "Sudah malam?" tanya Miya kepada diri sendiri. Miya tak menyadari jika ia terlalu lama pingsan sampai malam hari.
Entah apa yang terjadi, tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut dan pusing membuat ia ingin muntah. "Kenapa tiba-tiba kepalaku sakit." Ia bergumam lirih, menahan sakit di kepalanya yang terasa sangat menyiksa. Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengadu kesakitan.
Saat ia menunduk, suara pintu terbuka dengan keras membuat ia hampir terjungkal ke belakang. Miya melihat seorang wanita memakai pakaian ninja, wanita itu bertubuh pendek sambil membawa sabit besar di tangan kanannya. Tanpa rasa takut Miya membentak wanita itu, walaupun kepalanya masih terasa berdenyut.
"SIAPA KAU?" ucap Miya tegas, giginya gemeretak seolah ingin meluapkan emosi. Wanita itu hanya tertawa renyah melihat Miya mencoba untuk melawannya.
Wanita misterius itu mendekati Miya, telunjuknya menyentuh dagu Miya. Ia membungkuk lalu wajahnya ia hadapkan tepat di depan wajah Miya sambil berbisik "Kau rupanya ingin melawanku, Miya, tapi itu tidak bisa kau lakukan? Lihat dirimu! Kau terikat," ucapnya sambil tersenyum sinis. Miya mulai terlihat emosi. Wanita itu hanya memandang remah ketika Miya emosi.
"Hahahaha!!" Lanjutnya tertawa, lalu kembali berdiri. "Kau tahu kesalahan dirimu?" tanya wanita itu sambil menunjuk wajah Miya. Miya menggeleng dengan cepat.
"Kenapa kau mengikatku?" Miya bertanya namun nadanya terdengar membentak. "Oh, rupanya kau belum tahu ya, Baiklah."
Wanita itu perlahan melepas topengnya, Miya terkejut bukan main. "Ruuubbyy??" ucapnya, melihat wajah Ruby tidak percaya. "Kenapa Miya? Kau kaget?" tanya Ruby sinis dengan memiringkan sudut bibirnya ke satu sisi.
Miya menggelengkan kepala. "Bukan-bukan!, dia bukan Ruby, mungkin aku salah mengira," ucapnya dalam hati, ia masih belum percaya bahwa itu Ruby. Ruby tidak mungkin melakukan hal sejahat ini. Yang Miya tahu, Ruby adalah gadis baik hati.
"Kau tidak percaya bahwa aku Ruby?" tanya Ruby, wajahnya yang terlihat baik sama sekali tidak menggambarkan sifat aslinya. Miya menggeleng, ia yakin Ruby tidak sejahat ini, Ruby yang di kenalnya sangat baik.
"Ruby yang ku kenal tidak seperti ini, kau BUKAN RUBY! KAU ORANG LAIN YANG INGIN MEMFITNAHNYA!!!" ucap Miya keras dan membentak, sampai urat otot tangannya terlihat.
"Miya, Miya kau masih tidak percaya bahwa aku Ruby? Baiklah." Belum sempat mengatakan kata-kata selanjutnya, Miya memotong ucapannya.
"Kalau kau memang Ruby? Kenapa kau memperlakukan sahabat mu sendiri seperti ini? SALAH KU APA?"
Ruby, tertawa renyah seolah merendahkan Miya lalu berjalan memutari Miya yang di ikat di kursi. "Kita dulu memang sahabat Miy, tapi sekarang... Kita MUSUH!" Ruby menekankan kata musuh, membuat Miya tercengang.
"Musuh?" Gumam Miya, "Kauuu...!" Miya mendelik menatap wajah Ruby yang berada di depannya. Ia tak dapat melanjutkan perkataanya karena serasa sulit untuk di ucapkan.
"Kenapa? Mau bilang bahwa aku bukan Ruby?" Mendengar ucapan Ruby, Miya menggeleng ketakutan. Namun Miya berusaha untuk berani.
"Apa salahku? Sampai kau menyekap ku di tempat ini hah?" ucap Miya mulai emosi.
"Kau tahu apa kesalahanmu? Kau telah MEREBUT ALUCARD DARIKU MIY, aku sakit hati!!" ucap Ruby langsung pada intinya. Membuat Miya tersentak kaget, namun pada akhirnya Miya sadar dan mulai menghela napas. Saat akan bicara Ruby melanjutkan ucapannya.
"Bahkan, sebelum Alucard merantau ke kota, aku sudah sangat mencintainya, tapi.. setelah tahu bahwa yang sebenarnya terjadi, aku merasa sangat kecewa Miy, KECEWA!" Luapan emosi yang mulai nampak, menambah kesan kejam di wajah Ruby.
Miya yang terbawa emosi tidak bisa menjaga perkataannya. "DASAR! PEREMPUAN MURAHAN!! Hanya demi seorang pria kau sampai menyekap diriku?" Mendengar perkataan Miya yang pedas, Ruby sangat terkejut! Lantas dia menggertakan gigi. "Kau bilang aku murahan? Jaa..." Belum sempat berucap lebih banyak, Miya memotong..
"Kalau kau memang suka Alucard, rebut saja dia dariku, aku sudah ikhlas Alucard akan menjadi milik orang lain. Aku terima! Keselamatan hidupku lebih PENTING!!"
Ruby tertawa puas. "Kau iklhas? Atau kau hanya pasrah hah?" tanya Ruby sinis.
Miya memelototi Ruby. "Aku iklhas," jawabnya singkat. Hal itu membuat Ruby tertawa sambil tepuk tangan.
"Bagus, bagus... Bila itu mau mu, aku akan membunu...." Ruby bertindak akan melayangkan sabitnya ke kepala Miya. Tiba-tiba Seorang Pria datang.
"JANGAN SENTUH GADISKU!!" Sontak Miya dan Ruby melihat ke belakang dan mereka semua terkejut bahwa yang datang ternyata Alucard. Ruby pun tidak jadi membunuh Miya.
"Alucard?" ucap Miya dan Ruby bersamaan, Ruby sekarang terpojok karena niatnya untuk membunuh Miya gagal total.
"ALUCARD??" Teriak Miya terkejut. Ruby sekarang terpojok yang bisa dia lakukan hanya menunduk lalu memundurkan diri beberapa langkah ketika Alucard berjalan kedepan, mendekati dirinya.
"APA TUJUANMU MENCELAKAI MIYA HAH?" bentak Alucard, Ruby merasakan tubuhnya bergetar ketakutan mendengar bentakan Alucard yang keras dan tegas. Membuat ia hampir pingsan.
"Maaf, tapi... Aku harus mengatakan yang sebenarnya padamu?" Ruby tertunduk lemas. Ia tidak bisa melawan pria gagah itu, karena jika melawan, Ruby tentu akan kalah.
"Baiklah apa yang ingin kau bicarakan?" ucap Alucard mulai tenang, emosinya sedikit menurun.
"Akuu... Sebenarnya suka kamu sejak dulu." Ruby hampir terbata-bata mengatakannya, karena rasa takut dan sedih menjadi satu. Bibirnya bergetar dan mulutnya seolah kaku.
"Sudah aku bilang berapa kali? Aku mencintaimu, kau pernah mengatakan ini sebelumnya, jadi dengan keputusanku, aku mencintaimu Rub." Miya yang semula menunduk dalam tiba-tiba terkejut, tak percaya dengan ucapan Alucard.
"Alucard??" Miya melebarkan matanya, tak percaya saat melihat Alucard yang tiba-tiba tersenyum melihat wajah Ruby. Lalu dengan gerakan lembut Alucard menyentuh tangan Ruby. Ruby yang menunduk tersenyum puas melihat Miya mulai menangis.
"Kenapa kau tidak bicara dari dulu, sebenarnya kau suka Ruby. Sesuai janjiku pada diriku sendiri, aku harus kuat walau Alucard menjadi milik orang lain. Aku ikhlas!!!" Miya terisak kecil setelah mengatakan itu didalam hatinya.
"ALUCARD!! AKU MASIH MENCINTAIMU!!" Teriak Miya frustasi.
•••
KALAU SUKA VOTE YA!, THX...
KAMU SEDANG MEMBACA
Miya & Alucard [Lengkap]
FantasyMiya gadis Desa Town Land yang tinggal bersama neneknya, Vexana. Kedua orangtuanya sudah meninggal saat Miya masih berumur lima tahun. Sehingga nenek tirinya Vexana yang beralih mengasuh Miya sampai Miya tumbuh menjadi gadis dewasa. Di sinilah, Miy...