Banyak hal tak terduga hari ini terjadi sama gue. Mulai dari rapat mendadak, sampai gue akhirnya bisa menginjakan kaki di rumah orang yang guee suka diam-diam, Rey. Iya Sekretaris pembantah itu, entahlah gue juga bingung, bagaimana bisa gue suka sama Rey.
Sejak kapan? Sejak awal dia menginjakan kaki di kantor gue dengan seragam putih hitamnya. Rambutnya yang diikat dan sepatu hitam yang dia pakai, semuanya selalu gue ingat. Wajah polos dan gugupnya, membuatnya terlihat semakin cantik. Namun, dia menjadi lebih cantik saat berani membantah perintah atasannya, iya gue gila.
“Nama saya Andreya Indirawati, saya biasa dipanggil Rey atau Reya.”
Saat pertama kali dia bersuara dan menyebut namanya, Gue langsung mengalihkan fokus gue dari resume miliknya ke wajah cantiknya yang saat itu tepat berada dihadapan gue.
“Penggalaman kerja sebelumnya?”
“Sebelumnya saya seorang sekretaris di sebuah perusahaan.”
Alasan gue terima dia menjadi sekretaris bukan karena gue menyukainya, tapi karena penggalaman kerjanya.
“Keinan, belum tidur?”
Gue lihat Keinan yang masih gusar di atas tempat tidurnya. Kalau ditanya, berat gak jadi single parent? Seorang single daddy pula. Berat, tapi keluarga dan teman terdekat gue selalu bantu, dari mama, papa, sampai sahabat-sahabat gue, Lucas dan Johnny.
“Tadi tante Ley nangis pas ketemu mama.”
Gue langsung berbaring di samping Keinan dan mendengarkan cerita yang keluar dari bibir munggilnya.
“Kenapa nangis?” Keinan menggeleng.
“terus tante bilang, katanya Keinan gak boleh bikin papa sama mama kecewa,” ujar Keinan.
Gue tersenyum mendengar ucapan Keinan. Dari semua perempuan yang gue temui, hanya Rey yang terlihat tulus saat bersama Keinan. Saat Rey memanggil Keinan dengan panggilan ‘sayang’ membuat gue tidak bisa mengendalikan detak jantung gue.
“tadi Keinan juga jalan-jalan sama om Aldo, temannya tante Ley.”
Aldo, Teman Rey? Pacar tepatnya. Ya, saat Rey mengatakan jika dia memiliki pacar, jujur gue nyesek. Ditambah dia bilang sudah pacaran selama lima tahun, rasanya gue mau mundur dan menyerah saat itu juga, merelakan Rey.
Tapi hari ini, sebuah fakta yang keluar dari mulut adik kandung Rey bahwa Rey belum memiliki ikatan lebih dengan pacarnya memberikan dorongan tersendiri buat gue. Gue harus maju.
“Papa kenapa galak ke tante Ley? Kan dia baik.” pertanyaan Keinan membuat gue tersenyum.
“Papa galak ke semua orang, sayang.”
“katanya papa galak kalau sama anak nakal. Tante Ley gak nakal.”
“Tante Rey gak nakal, tapi itu satu-satunya cara papa biar deket sama tante Rey. Memberi banyak tugas biar papa bisa kerjasama sama tante Rey,” kata gue.
Iya, perlakuan tegas dan selalu menyalahkan Rey selama ini, itu semua adalah cara gue mencintai Rey. Lebih tepatnya, cara agar gue bisa selalu dekat dengan Rey.
“Pa, Keinan sayang sama tante Ley. Papa sayang gak?” tanya Keinan.
“Hemm ... Papa juga sayang sama tante Rey.”
“Kalau tante Ley jadi mamanya Keinan bisa gak?”
“Papa baru perjuangin biar tante Rey bisa jadi mamanya Keinan, doain papa ya?”
“Keinan mau punya mama kaya tante Ley. Punya om kaya om Felix. Boleh kan pa? Om Felix jadi omnya Keinan juga? Kaya Om Lucas sama om Johnny.”
“boleh.”
-DUREN TAPI BUKAN DUDA-
JEFFRI's SIDE
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA JEFF (END)
Romance[FINISH] Judul awal : Duren Tapi bukan duda Duda keren tapi bukan duda ? gimana ceritanya Duren bukan duda?