3| 2 Hari Lalu

1.3K 111 10
                                    

2 hari lalu.. (minggu)

Suasana panas sana-sini, ramai orang sedang mencari kebutuhan hidup. Penjual sayur, buah, baju, tas, sampe pecel ramai di sini. Jalannya becek karena hujan semalam, keadaan ini sudah biasa Ratri saksikan dan rasakan jika di pasar.

"Bu, Ratri mau pergi ke toko buku bentar ya, mau cari buku prediksi UN, aku udah janjian sama Safit"

"Ya sono hati-hati, ntar pulang jam tigaan ke sini lho bantu ibu beresin sayur"

"Siap komandan!"

Ratri masih diam berdiri di depan Ibu, senyum-senyum, menampakan mata binar seolah menunggu sesuatu yang di inginkan.

"Sono katanya mau beli buku"

"Hehe... Buu minta uwit dong"

"Sudah ibu duga" kemudian wanita paruh baya itu mengambil dompet di dalam kotak besar di sampingnya, "nih 100 ribu, sekalian tuh beli makan siang"

"Asiiiiik seratus ribu.. Tengkyu mom, Ratri berangkat dulu, asslamu'alaikum"

"Ye, wa'alaikumsalam"

Naik angkot lebih baik daripada naik ojek, itusih menurut Ratri, karena hampir semua abang bapak mas angkot di Pasar Loreng ini kenal akrab dengan Ratri, jadi sering di kasih diskon, palah kadang gratis.

"Bang jalan nangka deket tamkot"

"Siyap neng, ntar nih tunggu penumpang penuh, lu duduk dulu gih di dalem"

"Oke bang"

Mengambil ponsel di tas kecilnya, membuka lock screen, tampak ada notifikasi whatsapp dari Safit dan, Alpi.

Open WA :
Safit : Gw udah di tamkot oi, cepet panas nih
Balas : Ye sabar, bentar lg gw otw

Alpi : Rat, buku IPA gw di lo kan? Ntar malem jam 7an gw ambil ya, mau buat bljr, besok ulangan soalnya, oya makan siang jgn lupa sayang :*
Balas : Oke say..

***

"Oi Rat disini nih!" Teriak seorang cewek di ujung sana sambil melambaikan tangan, bukan lagi itu adalah Safit.

Ratri yang baru saja turun dari angkot, langsung mengambil langkah menuju sumber suara tadi. Membawa tas kecil, berisi ponsel dan uang 150ribu. Pakaian hoddie kuning dengan celana jeans robek-robek, yang biasa Ratri kenakan.

Sedangkan- Safit, memang dia itu cewek fememinim, manis tapi berkacamata, kedua matanya minus, bukan karena main game, tapi terlalu rajin membaca lembar-lembar buku. Tidak heran peringkatnya selalu masuk 3 besar. Tidak dengan Ratri, walau satu bangku, tapi peringkatnya masih sedang saja, tidak sampai masuk 5 besar.

"Oi, dah lama nunggu ya?"

"Aa gak papa, ayok mau langsung ke toko buku atau makan siang dulu?"

"Toko buku aja dulu, masih jam sebelas nih"

"Oke kuy"

Dua sahabat dari pertama masuk SMA itu berjalan santai menuju toko buku. Sesekali tercipta senda gurau di antara mereka.

Sampai dalam toko, suasana masih sama, toko kecil ini sudah menjadi langganan Ratri sejak masih TK, walaupun cat dan jendela luar di ganti, tapi suasana masih sama, masih toko waktu itu.

Penjaga tokonya juga masih sama, Pak Tohar dan anaknya yang usianya selisih 3 tahun dengan Ratri, Aleo. Kenal baik dengan Ratri, karena setiap Ratri ke sini bersama kakaknya dulu, pasti sempat main bersama Aleo.

Tapi entahlah sekarang, Aleo sudah tidak di sini, 3 tahun lalu ia pergi ke kota orang untuk melanjutkan studynya. Tidak heran, parasnya yang tampan dan pintar ala profesor menjadi nasib baik untuk mendapatkan beamahasiswa di Amerika.

USIA 18 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang