16| Airplane

609 33 1
                                    

"Alpi!!! Al!!" teriak Safit memanggil Alpi yang hendak naik bus pulang sekolah. Alpi pun menoleh ke suara itu.

"(Hosh hosh) Ratri! Ratri mau ke Singapura!"

Mata Alpiandi langsung terbelalak tak berkedip, "kapan?"

Safit masih susah mengatur tempo nafasnya, "sekarang! Ibunya Ratri tadi telfon aku, mendadak banget! Sekarang Ratri udah di bandara!"

Tanpa basa basi, Alpi langsung berlari cepat. Berusaha cari transportasi entah itu taxi atupun ojek, tapi usahanya sia-sia, sore ini sungguh susah mencari transportasi umum. Di tambah lagi gerimis turun yang semakin deras.

Harusnya dia pakai motornya, tapi sayang sekali, motornya sedang di pinjam oleh Geri dan temannya. Belum di kembalikan sampai jam pulang begini. Sudah biasa.

Tak peduli apapun, Alpi langsung berlari cepat. Mengingat Bandara tidak terlalu jauh dari sekolahnya, sekitar ±9 km. Keringatnya bercucuran, sesekali ia mengusap kening dan pelipisnya.

Alpi masih berlari dengan cepat. Benar-benar tanpa henti.

~

Akhirnya langkah kaki Alpi mulai pelan saat dirinya sudah sampai di gerbang Bandara.

"(Hosh hosh hosh)"

Nafasnya terengal, keringatnya masih bercucuran. Bahkan punggungnya sudah basah karena keringat. Langkahnya di percepat kembali, melihat billboard keberangkatan ke Singapura.

Jakarta-Singapura 16.00

Melihat jam besar menunjukan pukul 15.48. Masih ada waktu!! Mata Alpi menyapu seluruh ruang tunggu di bandara ini. Melangkah kesana kesini tak ada hasil.

Rasanya Alpi sudah mulai frustasi. Seseorang yang ia cari tak kunjung di temui. Sejenak ia berhenti mengatur nafas dan bersandar di tembok. Raut wajahnya terlihat tertekan, matanya mulai merah dan berair.

"Astaga! Lo dimana sih, rat?!(hosh hosh)" gerutu Alpi sambil menyapu wajahnya.

16.00

"Perhatian, para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA328 tujuan Singapura dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A12."

"Your attention please, passengers of Garuda Indonesia on flight number GA328 to Singapura please boarding from door A12, Thank you."

Tentu saja Alpi mendengar voice itu. Langsung ia berlari menuju pintu pemberangkatan.

~

Langkahnya terhenti di pagar besi itu. Matanya masih mencari Ratri.

~

"Ibu, pegang tanganku, aku lemas sekali," kata Ratri ketika duduk di kursi roda itu. Ibu dan bapak setia mendampinginya. Mereka akan segera berangkat ke Singapura.

Kursi roda itu di dorong oleh bapak, sedangkan ibu, setia menggenggam erat tangan anak gadisnya ini.

Mata Ratri menjelalat kemana-mana, berharap ada seseorang yang menyapanya sebelum ia berangkat. Entah itu sahabatnya ataupun seseorang yang sangat ia cintai, bukan lain sang mantannya.

Ratri sudah masuk gerbang pintu pemberangkatan. Saat di koridor kaca, tiba-tiba..

"RATRI!!!" teriak Alpi yang sedang berlari menghampirinya di balik kaca.

"Alpi.." gumamnya, melihat seberang terlihat serorang memakai baju sekolah SMAnya. Walau penglihatannya sedikit buram, namun suaranya sangat ia kenali.

Bapak pun langsung memberhentikan laju kuris roda Ratri.

Saat Alpi mendapati Ratri, Alpi langsung menempelkan tangannya pada kaca itu. Nafasnya tersengal tak beraturan. Wajah frustasi Alpi pun berubah menjadi senyuman.

"Ratri, semangat! Tunggu aku di sana ya!!" Teriak Alpi, suaranya hampir habir karena nafasnya terengal engal.

Ratripun tersenyum teduh dengan wajah pucatnya. Ia tak bisa terlalu mendengar apa yang Alpi katakan di balik kaca itu, tapi senyum Alpi membuat Ratri sangat senang.

Sadar bahwa ia tak bisa lama-lama berdiam diri karena pesawat sebentar lagi take off, Ratri pun melambaikan tangannya.

Alpi melihat itu, ia pun melambaikan tangan juga pada Ratri. Senyumnya belum pudar, namun matanya sembab. Ratri pun meneteskan airmatanya. Kemudian bapak pun melajukan kursi roda Ratri kembali.

Alpi masih mematung, ia melihat Ratri sampai ujung tak terlihat. Kemudian Alpi langsung berlari keluar bandara.

~

Ia berhenti di sebuah pagar besi taman Bandara. Untuk bersiap menyambut keberangkatan pesawat yang di tumpangi Ratri. Beberapa menit kemudian pesawat itu pun take off dan melewati Alpi. Matanya tak berkedip melihat pesawat itu.

"Semoga kau baik-baik saja, Rat."




(bersambung...)

•VOTE!! :D

USIA 18 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang