21| Menyatakan Perasaan

640 37 3
                                    

Jam istirahat berbunyi, Hanum berlari menuju kelas lantai atas. Tangannya membawa sekotak bekal buatannya. Senyumnya menghiasi bibir ranumnya.

"Semoga kak Alpi suka," katanya sambil berjalan cepat.

Tepat sekali sampai di depan pintu, mereka berpapasan. Langkah Alpian pun terhenti, "kak Alpi, ini aku bawa bekal untukmu, terimalah," ucap Hanum sembari menyodorkan kotak bekal itu.

"Woi, pacaran jangan di depan pintu, gue mau lewat," salah satu teman kelas Alpi menyibak mereka berdua.

Alpi dan Hanumpun minggir dan keluar kelas. Kini mereka berdiri di koridor. Hanum masih menyodorkan kotak bekal itu. Alpi melihat kotak bekal itu dan diam.

"Aku tidak lapar," ucap Alpi mengambil langkah meninggalkan Hanum.

Hanum terkejut, lagi dan lagi pacar pura-puranya menolak bekal buatannya. Hanum mengikuti langkah Alpi dari belakang.

"Kenapa kak Alpi tidak pernah mau menerima bekal buatanku? Ini enak kok, ku jamin enak, terimalah," Hanum masih berusaha. Tapi Alpi menghiraukannnya.

Hanum gemas, ia pun berjalan mendahului Alpi dan berhenti di hadapan Alpi, "kak."

Alpi melengos malas. "Minggir," ia semakin memepercepat langkahnya.

Hanum masih mengikutinya dari belakang. Alpi tau itu, ia pun menarik lengan Hanum. Hanum kaget di buatnya, tarikan lengannya sangat kuat.

"Kak, kita mau kemana??"

Alpi tak merespon pertanyaan Hanum. Ia masih menarik lengan Hanum. Dan sampailah mereka di taman belakang sekolah.

"Eh, kita mau ngapain di sini?"

"Bisa tidak jangan menggangguku, ingat, statusmu hanya jadi pacar pura-puraku," kata Alpi.

Mata Hanum masih menatap Alpi, "apa salahnya aku berusaha kak?! Aku suka kak Alpi, aku cinta ke kak Alpi!"

"Tolong jangan bodoh, kamu taukan aku dengan Ratri-"

"Iya, memang aku bodoh, apa salahnya perasaan ini?! Apa perasaanku di larang?! Tidak adil sekali, kak Ratri bebas mencintaimu, dia bebas menyukai dan menguasai cinta kakak, apa aku tidak boleh berusaha seperti kak Ratri?!"

"Bodoh."

"Terus saja kak Alpi bilang begitu, teruskan, harusnya kak Alpi denganku sekarang, kakak tau kan keadaan kak Ratri semakin buruk-"

"APA YANG KAU BILANG! BERANI SEKALI!" Alpi membentak Hanum di depannya.

Jantung Hanum berdetak lebih cepat, baru kali ini dia di bentak oleh seseorang yang ia sukai.

"Apa aku salah?! Memang benar kok, kak Ratri sebentar lagi akan per-"

"STOP! Menjauhlah dariku mulai sekarang! Jangan muncul di hadapanku!" sekali lagi Alpi membentak Hanum dan melangkah pergi meninggalkan Hanum yang mematung.

Hanum terdiam, kedua tangannya masih memegang kotak bekalnya. Pandangan tertunduk ke kotak bekal itu. "Naif sekali, apa aku egois? Ya, aku egois karenamu kak, Alpiandi Pradita."

Ekspresi Hanum semakin geram, "penolakanmu tak akan mengakhiri perjuanganku, tunggu saja kak!"

Ya, penolakan Alpi pada Hanum tidak akan membuat usahanya terhenti. Cinta mati, mungkinkah? Padahal jelas-jelas Alpi menolaknya dengan keras.

***

Alpi berjalan menuju kelas, tatapan tajamnya masih mengingat perkataan Hanum yang bodoh itu. Makna yang tersirat dari perkataan Hanum membuatnya sangat muak.

Jelas saja, Hanum tau betul akan perasaan Alpi yang masih mencintai Ratri. Bodoh sekali ia menyatakan perasaannya dan bilang jika Ratri akan segera-.

"Bro, kenapa lo?" tanya Geri yang tiba-tiba mengeplak pundaknya.

Alpi diam tak merespon.

"Kebiasaan lu ah, di tanya palah diem-diem bae kayak gitu."










(Bersambung...)

Tolong imbalan bintangnya jangan lupa 🤧


To be continue..

USIA 18 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang