Siang ini cuaca sangat cerah. Tidak ada awan di langit, padahal tadi pagi gerimis. Jam istirahat kali ini Ratri bergegas menuju suatu tempat yang sudah di janjikan bersama Hanum dan Alpi.
Sampai di atap ternyata suasana masih sepi, belum ada Hanum ataupun Alpi. Untuk menunggu mereka datang Ratri duduk sebentar sambil menyeruput teh kotak yang tadi ia beli di kantin.
"Huaa panas banget, mana si ni bocah belum pada dateng"
Tiba-tiba,
"Kak Ratri.."
Suara Hanum mengagetkan Ratri"Akhirnya lo dateng, sini sini duduk dulu" Ratri mempersilahkan Hanum. Mereka pun duduk berjejer di kursi panjang tepi tembok.
"Kakak udah dari tadi ya?"
"Enggak kok, baru aja" kata Ratri santai,
"Gitu ya"
"Yoi, eh lama banget dah si Alpi, btw lo udah makan siang belum?"
"Udah kak, tadi kebetulan jam kosong, jadi ada kesempatan buat makan bekal" jawab Hanum sambil memainkan dasinya.
Ratri mengangguk, kemudian ia mengambil handphone dan earphone di sakunya. Membuka lock screen dan membuka playlist lagu kesukaannya.
Billie Ellish - 8Ratri terduduk menundukan kepalanya.
"Ssshh kenapa tiba-tiba kepalaku sangat pusing?" Desahnya dalam hati. Bibir Ratri ingin mengajak bicara, namun nafasnya terasa sangat pegah dan sesak. Merasakan perasaan yang aneh ia pun memijat pelan pelipisnya."Eh itu kak Alpi" kata Hanum di sampingnya,
Ratri berusaha melihat ke depan, tepatnya melihat Alpi yang mulai dekat berjalan ke arahnya. Tapi pandangannya buram, semakin buram, sampai tempat yang ia duduki terasa berputar tak karuan.
Ratri merasakan risih di hidungnya, saat ia mengusap dengan jarinya kemudian ia melihat jarinya itu seperti berwarna merah pekat. Tapi, pandangan Ratri kini semakin buram dan buram. Seketika ia menjatuhkan tubuhnya di samping Hanum.
"KAK RATRI!!"
"RATRI!!"
Sontak Alpi langsung menggendong Ratri untuk membawanya ke UKS. Hanum mengikutinya di belakang.
***
15 menit berselang. Ratri mulai sadarkan diri. Melihat langit-langit UKS, ia sadar sekarang berada di UKS. Sendirian. Tidak! Ada seseorang yang terduduk menemaninya sampai tertidur."Al..pi" suara Ratri masih terdengar rintih
Alpi mendengar itu, ia langsung terbangun, "Ratri,"
Ratri masih melihat sekeliling. Benar-benar hanya ada mereka berdua di ruang ini. Kemudian Ratri menatap Alpi yang kini berdiri di sampingnya.
"Gue kenapa?"
"Kamu tadi ping-"
"Hanum mana?" potong Ratri, sadar Hanum tak ada di sini.
"Dia sudah di kelas, tadinya dia yang jaga kamu Safit juga, tapi ku suruh ke kelas, biar aku yang jaga kamu, mumpung aku sedang jam kosong"
Ratri mengangguk, "begitu ya", kemudian ia berusaha untuk bangun, tapi tubuhnya masih lemas, bahkan kakinya terasa tak ada tenaga. Melihat itu, refleks Alpi membantu Ratri untuk duduk.
"Aduh gara-gara gue jadi berantakan deh, maaf ya" kata Ratri,
"Gak usah di jelasin, Hanum sudah jelasin semuanya" sahut Alpi dingin,
"Begitu ya, syukur lah"
"Terimakasih" kata Alpi singkat,
"Aaa gak masalah, mulai sekarang lo bisa belajar dengan fokus dan bisa kuliah di Harvard deh, iya kan" kata Ratri meringis
"Hm" Alpi hanya berdengung dan menundukan pandangannya. Ratri lihat itu,
"Hey semangat dong.. Gue udah capek nih nglakuin semua ini demi lo, yang sem- uhuk" tiba-tiba Ratri batuk, dan hidungnya mengeluarkan darah lagi
Reflek Alpi langsung mengambil tissue di meja dekatnya. Dan memberikannya pada Ratri.
"Makasih" kata Ratri singkat,
Alpi melihat Ratri heran, raut wajahnya masih datar, "Rat apa yang kamu rasain sekarang?" tanya Alpi tiba-tiba,
"Apaansi, ini tuh cuma sakit biasa.. Ya gini kalo kecapean"
"Kamu sering mimisan?" tanyanya lagi,
"Um enggak kok, baru semingguan ini sih udah ada lima kali mimisan" Ratri menjawabnya begitu santai, tidak dengan Alpi, di lihat dari matanya ia sangat khawatir.
"Kamu harus periksa ke-"
"Halah, gak usah.. Ini tuh mimisan biasa, ya lo tau kan gue orangnya sibuk banget wkwk"
Alpi tak bisa menjawab apa-apa. Heran aja, lagi sakit gitu sempet-sempetnya ketawa. Kemudian ia mengambil air putih yang ada di meja sampingnya. Mengambilnya untuk Ratri.
"Nih minum dulu"
"Makasi-"
PRANG!!
Gelas itu jatuh ke lantai, pecah. Ratri terkejut begitupun dengan Alpi.
"Rat! "
Ratri memegang kepalanya, raut wajahnya takut, "Ta.. tadi gue udah bener kok.." kata Ratri terbata-bata.
Sedangkan Alpi langsung membereskan pecahan gelas dan mengepel lantai yang basah itu. Ratri langsung terdiam dan masih terduduk, bingung apa yang tadi ia perbuat.
Setelah selesai membersihkannya, ia kembali sambil membawa air minum yang baru. Tapi bukan gelas, melainkan air mineral botol. Takut Ratri menjatuhkannya lagi, Alpi memberikannya sambil memegang tangan Ratri.
"Makasih" kata Ratri,
Alpi pun duduk di sampingnya, raut wajahnya kini sedikit ada kekhawatiran, bahkan sangat khawatir. Sangat jelas terlihat di matanya.
"Rat, kenapa kamu tadi ngambil gelasnya salah"
Ratri bingung, "apanya yang salah??"
"Aku memberikanmu gelas tadi, tapi kamu menggapainya tidak tepat, apa kamu masih pusing?"
Ratri tambah bingung pada dirinya sendiri, "gu gue.. Tadi udah bener kok, um mungkin memang masih pusing"
"Beristirahatlah, sebentar lagi bel pulang. Nanti ku suruh Safit mengambil tasmu, akan ku antar kamu pulang, jangan menolak" kata Alpi dingin, kemudian ia berjalan keluar ruang UKS.
Ratri hanya mengangguk pelan, ingin menolak tapi ia sadar dengan kondisinya sekarang.
(Bersambung)
________________🍊______________
Sebentar lagi kalian akan sampai di inti dari judul "USIA 18" ini :)
For the next plis vote ya 🤒
#lagiflu
KAMU SEDANG MEMBACA
USIA 18 [END]
Teen FictionMaaf_bukan_cerita_porn🔞 Tuhan, jangan ambil nyawaku secepat ini, aku ingin mati suri saja. Dan saat ku terbangun dari mati suriku, semuanya baik-baik saja. Aku bisa sekolah dan lulus dengan nilai bagus, penyakitku sembuh total dan bisa kembali menc...