6| Flashlight

947 84 6
                                    

"Pak bu.. Ratri berangkat sekolah dulu.. Assalamu'alaikum.."

"Tumben pagi sekali, ya geh wa'alaikumsalam" jawab bapak yang sedang minum teh di teras dengan sebuah koran di tangannya.

"Hey!! Kamu belum sarapan Rat!!" teriak ibu yang berlari menuju pintu utama,

Ratri yang belum jauh bergegas, berbalik badan, "RATRI PUASA BUK"

"Lha gitu, ya udah wa'alaikumsalam"

***

Pagi ini udara masih dingin, embunpun masih menutup jalan di depan langkah Ratri. Sambil mendekap tubuhnya sendiri, ia berjalan cepat menuju sekolah yang tidak jauh dari rumahnya, sekitar 1 KM. Sesekali ia menggosok kedua telapak tangannya untuk menghangatkan suhu dingin pagi ini.

Hari ini ia memutuskan untuk jalan kaki tanpa mengendarai sepeda yang biasa ia pakai. Masih sangat pagi, jadi waktu untuk menuju sekolah masih terlentang lama. Pukul 05.15

"Semoga gerbang sekolah sudah di bukaaa! Gue mau cepat-cepat masuk kelas! Gue gak mau liat muka Alpi lagi!"

Oh jadi itu alasan Ratri berangkat pagi-pagi ini hem. Sebentar lagi ia sampai, halaman gerbang sekolah sudah terlihat dari jarak 100 meter. Langkahnya langsung di percepat. Tapi, saat sekitar 5 meter lagi sampai di depan gerbang, Ratri menghentikan langkahnya,

"Eh Siapa yang duduk di depan pos satpam? Bukan pak Suto, bukan juga pak satpam, pakai seragam.. Hem dari belakang, potongan rambutnya seperti........ Gak mungkin gak mungkin!" Ratri menggeleng cepat, berharap feeling di otaknya itu salah.

DRAP

DRAP

DRAP

Semoga firasat Ratri tidak benar. Ia kembali berjalan pelan-pelan sambil mendekap tubuhnya sendiri. Saat sudah masuk gerbang, suara langkah kaki Ratri mengundang seseorang itu untuk melihatnya, saat orang itu memutar pandangannya... Ternyata

"ALPI!!"

"Ratri,"

Mata mereka saling bertemu untuk sepersekian detik. Menyadari itu Ratri langsung berlari cepat menuju kelas. Tapi pak Suto yang masih menyapu halaman kantor tiba-tiba memberhentikan langkahnya,

"Ehh neng Ratriii, jangan masuk kelas dulu, pak Toyo belum selesai buka pintu semua kelas, tunggu dulu di pos satpam ya"

"LHA kok gitu pak, gak papa saya tunggu di koridor aja"

"Eh neng masih sepi lho, apa neng gak takut sendirian di koridor, saya kalo sore-sore mau maghrib tuh suka kedengeran suara an-"

"EHHH ngomong apa Pak Suto ih ngaco, jangan gitu a"

"Nah gitu, makanya neng tunggu aja di pos satpam, nah itu ada nak Alpi juga nungguin, ntar kalo pak Toyo udah naro kunci semua kelas ke pos satpam, kalian boleh ke kelas, lagian ini masih pagi to neng"

"Aaaaa gak mauuu, mending di sini aja deh nunggunya, timbang di pos satpam"

"Hayoo lagi marahan yaa" ledek pak Suto juru kebun sekolah ini,

"Ih paansi pak jangan gitu deh.. Ya udah iya aku tunggu di pos satpam"

Ratri berbalik secara pelan-pelan seperti robot. Deg! Alpi ternyata masih memperhatikan Ratri dari sana. Menyadari itu, wajahnya semakin panas, ia memegang erat tas di pundaknya.

Berjalan cepat, pandangan lurus kedepan. Seakan ia berpura-pura tidak melihat Alpi yang tengah memperhatikannya.

Dia tidak sadar, bahwa Alpi sedang menahan tawanya saat ini. Lalu Ratri duduk membelakangi Alpi.

USIA 18 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang