13| Ensefalitis

769 43 0
                                    

"YA ALLAH RATRI!! Dokter! Dokter! Dok!" Teriak bu Ratmi ketika melihat anaknya tergeletak bersimbah darah.

"Ya Allah nak.."

🍓🍓🍓

Alpi, Hanum dan Safit, sudah tiba di Rumah Sakit Mutiara. Segera mereka bergegas menuju lobi, menanyakan pasien dengan nama Ratri Meymeysari.

Alpi berjalan di depan, Hanum dan Safit mengikutinya di belakang. Mereka terkaget, ketika melihat bu Ratmi tengah menundukan wajahnya, mengusap-usap air matanya.

"Bu.." sapa Alpi,

Mendengar suara Alpi, bu Ratmi mendongak, "ya Allah nak.. Kalian datang."

"Ratri dimana bu?" tanya Safit yang kini duduk di sebelah bu Ratmi sembari menenangkan isak tangisnya.

"Ratri sedang di periksa dokter nak, i-ibu gak tau kejadiannya, ibu habis dari kamar mandi dan melihat Ratri pingsan di lantai," ibu masih menangis sesenggukan.

Kini ekspresi mereka berubah, banyak unek-unek kekhawatiran di pikiran mereka, "astaghfirullah, sabar ya bu.." ucap Safit menenangkan bu Ratmi.

Alpi bersender di tembok, tangannya lemas seketika, pandangannya tak terpusat, pikirannya penuh dengan Ratri. Sedangkan Hanum duduk di sebelah bu Ratmi, sembari mengelus-elus lengan bu Ratmi.

Tiba-tiba dokter membuka pintu, reflek mereka menanyakan keadaan Ratri, "bagaimana keadaan anak saya dok?"

"Bu, boleh kita bicara empat mata di ruangan saya, ada hal penting yang ingin saya sampaikan, oya maaf, untuk yang menjenguk pasien, jangan sekarang ya, tunggu pasien sadar," kata Dokter Hartono.

Mereka saling pandang,

"Kalian tunggu di sini ya," kata Ibu Ratmi, merekapun mengangguk.

Di depan ruang Ratri. Kini ada Alpi, Hanum dan juga Safit. Mereka terdiam, apalagi Alpi, ekspresinya sangat sulit di jelaskan dengan kata-kata.

Safit yang sedari tadi mengigit-gigit ujung jari kini angkat bicara, "Ratri kenapa ya? Aku jadi khwatir banget sama Ratri," ucapnya dengan nada agak gemetar.

"Iya, Hanum juga khawatir, semoga kak Ratri cepat baikan," Hanum menimpali ucapan Safit.

Sedangkan Alpi, masih terdiam. Kini lengannya mengepal erat. Pandangannya ke bawah, pikiran dan hatinya sedang berkecambuk. Banyak pertanyaan di otaknya mengenai kondisi Ratri. Ia tau kini sedang mendalami ilmu kedokteran, ya karena itu cita-citanya. Tapi soal penyakit Ratri, gejalanya, Alpi belum tau penyakit apa. Yang terbesit hanya satu, penyakit saraf.

Alpi yang sedang berfikir keras tiba-tiba di kagetkan Hanum, "kak, jangan ngelamun."

Alpi langsung menghindar, menjaga jarak dari Hanum, melihat refleknya, Hanum sedikit cemberut. Seakan Alpi jijik padanya.

"Kak Alpi kok gitu sama aku? Kayak gak suka banget sama aku," ucap Hanum yang kini ikut bersender di tembok.

"Emang gak suka," jawab Alpi ketus.

"Hey hey hey jangan ribut, Hanum, sini lho duduk di sebelah gue, jangan deket-deket Alpi," Safit tau, perasaan Alpi tidak akan berpaling dari Ratri, walaupun mereka sudah sah menjadi mantan.

Hanum pun langsung duduk di sebelah Safit dengan memanyunkan bibirnya, "ish, iya sih aku bukan pacar benerannya kak Alpi, tapikan siapa tau jadi pacar beneran, aku kan lagi usaha!" pukas Hanum dalam hati.

Suasana kembali hening.

🍓🍓🍓


Sementara di ruang dokter, Ibu Ratmi terduduk lemas, badannya seolah tak ada energi. Telinganya belum siap mendengar penjelasan dokter tentang kondisi anaknya, Ratri. Tapi ia paksakan, apapun nanti penjelasan dokter, bu Ratmi akan siap menerima.

"Begini, bu."

Bu Ratmi langsung terduduk tegap, "ya dok, bagaimana kondisi anak saya?"

"Begini, dari hasil tes darah dan ronten otak dari nak Ratri, ternyata anak ibu menderita penyangit ensefalitis atau yang lebih di kenal dengan radang selaput otak atau juga miningitis..," pak dokter menggantungkan kalimatnya sesaat.

Bu Ratmi mendengar penjelasan dokter dengan serius, dan pasti matanya berkaca-kaca.

".. tapi memang, anak ibu sistem kekebalan tubuhnya rendah, jadi rentan oleh penyakit ensefalitis ini, dan penyakit anak ibu sudah masuk ke stadium 2, kemungkinan untuk sembuh masih ada, walaupun kecil harapannya-"

"Tolong dok, sembuhkan anak saya! Berapapun biayanya, akan saya tanggung dok!"

"Kesembuhan anak ibu adalah kehendak Allah, kami para dokter hanya sebagai perantara bu."

"Tolong dok, lakukan yang terbaik untuk anak saya! Anak saya masih 17 tahun dok, sebentar lagi 18 tahun, dia masih berhak untuk menikmati masa mudanya!" tak terasa bu Ratmi menangis sesenggukan.

"Baik bu, kami akan berusaha semaksimal mungkin, mohon do'anya," ucap pak Dokter.

🍓🍓🍓

Bu Ratmi pun segera kembali ke ruang Ratri, langkahnya terhenti saat melihat teman-teman Ratri masih duduk di kursi depan ruang rawat Ratri.

Alpi, Hanum dan Safitpun menoleh. Bu Ratmi kembali melangkah dengan lemas, Safit langsung menghampirinya, "bu, bagaimana bu? Apa yang dokter katakan tentang kondisi Ratri?"

"Ibu gak bisa berkata banyak nak, do'akan Ratri baik-baik saja ya," katanya yang begitu lesu.

"Memang kak Ratri sakit apa, bu?" tanya Hanum, reflek Safit langsung melototinya, harusnya dalam keadaan begini dia diam.

"Ibu susah mengatakannya, kata dokter Ratri sakit radang selaput otak stadium 2,"

"Apa!" sentak Safit dan Hanum, sementara Alpi terpaku dalam diam.








Bersambung...

_______________________________

Vote ya! :")

Ratri, gws! 🌸🍓

USIA 18 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang