4| 2 Hari Lalu

1K 91 7
                                    

Cuaca malam dua hari lalu gelap, sangat gelap. Mati lampu. Udara dingin mulai menusuk-nusuk semua warga kampung Durian blok A Timur. Hujan deras serta angin kencang menjadi musik malam ini. Sesekali kilat menyala-nyala, petir juga menyambar.

Seorang Ratri sedang sibuk dengan PRnya. Bunyi perut tiba-tiba Ratri rasakan, lapar. Sesegera mungkin Ratri ke dapur untuk mengambil makan malam ini, tapi..

"BUUU.. TEMENIN RATRI KE DAPUR!" teriak Ratri sambil membereskan buku-bukunya.

"BAPAK AJA! IBU MAU TIDUR.." teriak Ibu juga di balik kamarnya.

"PAAAK TEMENIN RATRI!"

"...." krik krik krik

"BAPAK UDAH TIDUR," teriak Ibu kembali

"IH JAHAT BANGET DEH.. YA UDAH GAK JADI MINTA TEMENIN, RATRI NGAMBEK!"

"APTUYU, IBU MAU TIDUR"

"Aish," sebal tapi gak sebal ^^.

Ratri mengambil ponsel di meja, menyalakan mode senter untuk penerangan munuju dapur. Tiba-tiba ia terbelalak kaget melihat jam di lock screenya menunjukan pukul 21.08.

"Eh jam delapan! Alpi kok belum kesini.. Aduh hp gue mode pesawat lagi, masa gue nyalain data buat whatsapp dia?? Janganlah, bahaya banyak petir"

Kemudian ia berjalan menuju kamar, membatalkan niatnya untuk makan ke dapur. Mencari satu buku milik Alpi yang katanya akan di ambil malam ini. "Nah ini dia"

"Katanya jam 7 kesini, tapi kok belum kesini? Apa karena hujan? Tapi kan besok buat ulangan dia di jam pertama, apa gue anter aja ke rumahnya? Aduh Gustiiii"

Pikiran Ratri tidak karuan. Sesekali ia berjalan kesana kemari untuk memutuskan apa yang harus ia lakukan.

Beberapa menit kemudian, brak! "Oke fix, gue anterin buku IPA ini demi bebep Alpi!" Ratri langsung bergegas mengambil jaket, payung, dan jas hujan.

Menulis pesan singkat di selembar kertas untuk Ibu Ratmi dan Pak Trianto. "Pak Bu, Ratri kelur bentar nganter buku ke rumah Alpi, samlekom"

"Go go go.. Pelan-pelan aja Ratriii, tenang.. Cool cool cool, okeh berangkat.."

Ratri langsung mengambil sepeda, mengenakan jas hujan, dan payung yang di gantungkan di stang sepedanya. Tidak lupa buku IPA berselimut plastik 3 itu di gendongnya di tas kecil. Bersiap menerobos hujan, angin dan petir demi BEBEP ALPI.

Otw gan.

***

Sesampainya di depan gerbang, Ratri memarkirkan sepedanya terlebih dahulu. Kemudian ia berjalan menuju pintu gerbang. Sesekali ia mengusap wajahnya yang basah karena air hujan.

Tok tok tok.. "Permisi...

Tok tok tok .. "Permisi Assalamu'alaikum..

Tok tok tok .. "PERMISI!!"

CKLEK. DEG jantung Ratri bergetar, ternyata pak satpam yang membuka pintu gerbang.

"Iya silahkan.. Ada apa nak?"

"Mau ketemu Alpi pak ada enggak?"

"Maaf, mbak ini siapanya mas Alpi?" tanya pak satpam yang meneduh di bawah payungnya.

"Saya pacarnya Alpi"

"Wah iya?? Silahkan non langsung masuk aja, tunggu di teras ya, saya segera menghubungi mas Alpi"

" Baik pak, terima kasih" jawab Ratri, ia langsung menuju teras, kursi kayu duduk yang lebar. Jantungnya masih bergetar. Ia harus rapih kali ini, sesekali Ratri mengusap-usap wajahnya dan membenarkan jas hujan yang di pakainya.

Cklek, pintu utama terbuka. Betapa terkejutnya Ratri, yang keluar adalah seorang perempuan paruh baya yang modis dengan baju tidur dan perhiasan yang masih di kenakannya.

Ratri langsung berdiri, menunduk tanda sopan.

"Maaf kamu siapa ya?"

"Permisi tante, saya mau mengembalikan buku milik Alpi" jawab Ratri sambil menyodorkan buku yang masih dalam plastik itu.

"Maaf saya tanya, kamu siapa? Temannya Alpi?"

Ratri gemetar, bingung harus jawab apa, karena Ratri begitu gugup, ia menjawab tanpa berfikir lagi. "Sa.. Saya pacarnya Alpi tante"

"Apa? Pacarnya anak saya?? Kamu ke sini naik apa?" tanyanya lagi.

"Naik sepeda tante" jawab Ratri polos.

Ibu Alpi mengangguk pelan, matanya melihat gadis di depannya itu dari atas sampai bawah. "Gak ada mobil emang?"

"Wah saya belum punya mobil tante, bapak saya belum bisa beli" sahut Ratri sumringah

"Emang pekerjaan Ayah kamu apa?"

"Ayah saya tukang benerin barang electronik, kayak tv, radio, ac dan lain-lain"

Ibu Alpi masih terdiam. Sedangkan Ratri masih berdiri dengan senyum sumringah. Mungkin suatu kebanggaan seorang Ratri, dia sekarang ada keberanian menemui ibu pacarnya kali ini.

"Maaf Ratri, saya gak mau anak saya pacaran sama kamu" tiba-tiba perkataan perempuan paruh baya itu membuyarkan senyum Ratri.

Ratri hanya diam terpaku, "Ken-"

Belum sempat melanjutkan kata-katanya, perempuan itu langsung memotong perkataan Ratri, "kamu tidak cocok dengan anak saya, Alpi. Seharusnya kamu bisa koreksi diri kamu sendiri, kamu lihat Alpi seperti apa dan kamu seperti apa"

Oke, tidak usah di jelaskan, Ratri sudah tau makna tersirat pada kata-kata permpuan paruh baya itu. Pandangan Ratri menunduk, kakinya terasa lemas ingin jatuh, tapi Ratri paksa untuk tetap kuat.

"Tapi tan-"

"Kamu bisa dengar, sekali tidak tetap tidak. Oya jangan sampai anak saya tau kamu kesini, bilang saja kamu nitipin buku ini ke pos satpam"

"Baik kalo gitu saya permisi, Assalamu'alaikum" Ratri langsung menaruh bungkusan buku itu di atas meja teras, ia langsung bergegas pulang dengan hujan deras malam ini.

***

Pasti kamu tau kan bagaimana perasaan seorang Ratri saat ini. Sekuat-kuatnya Ratri pasti ada sisi lemah dalam hatinya, begitupun kamu, sekuat-kuatnya kamu bilang tidak apa-apa, tapi sebenarnya hati kamu sedang rapuh saat itu.

Hujan deras malam ini adalah perwakilan dari perasaan Ratri malam itu. Deras air hujannya sama dengan deras air mata Ratri saat itu. Kilat petir menyambar, sama halnya perasaan Ratri saat itu. Sepanjang jalan pulang, Ratri menangis sesenggukan. Berteriak sekencang angin. Biarlah, biar ada kepuasan melampiaskan pada suasana sepi malam ini.

"JADI INI YANG NAMANYA SAKIT HATI?!!"

teriak Ratri dalam batin.








Flashback 2 hari lalu END..

___________________________________

Vote and komennya ya 💌
Biar mimin semangat! 🤗

#salamimutimutdarimimin

USIA 18 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang