Safit kembali ke kelas dengan mata berkaca-kaca, sesekali ia mengusap mata sembabnya.
Tok tok
Cklek
Ternyata suasana kelas sedang riuh tak karuan. Ketika mereka melihat Safit masuk kelas, mendadak semua diam, dan langsung mengerumuni Safit.
"Fit! Gimana kondisi Ratri?!"
Safit tak menjawab, ia fokus berjalan ke bangkunya. Dan terduduk, langsung ia menyembunyikan wajahnya di atas meja, tertunduk menyembunyikan tangisannya.
"Fit!"
"Safit?! Ratri kenapa?!"
Banyak yang bertanya-tanya keadaan Ratri pada Safit. Mulut Safit begitu kaku, dia bingung harus bilang apa, "Ratr-"
"Gimana, Fit?!"
"Iya gimana keadaan Ratri?"
Brak!
Tiba-tiba Safit berdiri dan menggebrak meja di depannya, "do'ain Ratri sembuh!!!!"
"Emang Ratri sakit apa, Fit?! Yang jelas dong!"
"Plis, jangan tanya dulu, aku bingung jelasinnya! Hiks," jawab Safit menangis sesenggukan.
"Ratri kenapa?!!" pertanyaan mereka semakin menggila.
"Ratr.. Huh, aku gak kuat bilangnya, tapi kata dokter dia harus melakukan kemoterapi," kini nada bicara Safit menurun.
"APA!!"
"Ratri sakit kanker, Fit?!"
"Iya, Fit, gimana si kok bisa!!"
Safit tambah menangis sesenggukan, ia tak menjawab apa-apa. Tapi, tangisan Safit merambat ke seluruh murid kelas ini. Tak terasa air mata mereka jatuh bercucuran.
🍓🍓🍓
Sementara, Alpi. Ia kembali ke kelas seperti biasa. Sikapnya, ekspresinya, semua biasa. Tapi, hati dan pikirannya sedang berkecambuk. Hatinya sedang menangis.
"Hei, bro!" sapa Geri yang tiba-tiba muncul dan mengeplak punggung Alpi. Alpi hanya menoleh tanpa ekspresi.
"Eh, gimana keadaan Ratri?" tanyanya pada Alpi.
"Masih sakit," jawab Alpi singkat.
"Sakit apa si dia?"
"Gak tau," Alpi tak memberitahu Geri, mungkin hal ini tak begitu penting untuk Geri, pikir Alpi.
"Yaelah, gaje lu ah, oya pulang sekolah nanti, gue nebeng ya."
🍓🍓🍓
Ratri terbangun dari pingsannya, selang infus dan oksigen masih setia menemaninya, kepalanya sangat pusing tak karuan, pandangannya kabur tak jelas. "Ibu.."
Ibu pun terbangun, "eh nak, kamu sudah bangun ya."
Ratri masih melihat langit-langit ruangan, "bu, apa mataku minus ya? Kok buram semua?"
Bu Ratmi menyadari itu adalah efek dari penyakitnya, penglihatannya akan buram tiba-tiba, bahkan tidak hanya panca indera, gerakan tangan dan badannya akan semakin tidak sinkron atau memburuk.
"Ssst.. Gak burem kok, Ratri kan baru bangun tidur, jadi burem deh, oya tadi ada Alpi, Safit dan Hanum datang ke sini," kata Ibu yang tersenyum kaku menahan tangis.
"Oh ya? Mereka sudah pergi ya?" kata Ratri girang dengan wajah pucatnya.
"Iya nak, mereka sudah ke sekolah lagi, oya, nih ada buah dan rangkaian bunga dari mereka, eh ada suratnya juga lho."
"Iya kah? Ibu, aku ingin membacanya, tapi penglihatanku masih buram, bisa bacakan untukku bu?"
Bu Ratmi mengangguk, "baiklah Ratri, ini ibu bacakan surat dari Safit terlebih dahulu ya,
Untuk sahabatku, Ratri..
Ratri, aku kesepian gak ada kamu, walaupun baru satu hari, tapi rasanya sudah 1 abad, cepatlah sembuh, Ratri. 1 hari ini aku bosan duduk sendiri di kelas. Aku rindu dengan celotehanmu, permen karetmu, bahkan aku ingin kamu mencotek PRku lagi. Aku rindu semua itu :)Cepat sembuh sahabatku,
-SafitRatri terkekeh mendengar surat dari Safit, ibu pun begitu.
"Nah ini surat dari Hanum, ibu dengar dari Safit, dia itu pacar pura-puranya Alpi, iya kan?"
"Emm, iya betul," jawab Ratri menahan tawa.
"Ibu bacakan ya,
Untuk kak Ratri,
Aduh Hanum bingung mau bilang apa, karena menulis surat ini sangat mendadak, intinya, kakak Ratri harus cepat sembuh ya, Hanum ingin berangkat sekolah sama kak Ratri lagi ><"Ya ampun, Hanum emang begitu," kata Ratri sedikit menahan tawa.
"Kemudian yang terakhir dari Alpi, ibu bacakan ya,
Semoga cepat sembuh
-AlpiIbu terkekeh membacanya, "ya ampun, nak Alpi masih seperti dulu ya, cueknya gak ketolongan."
Ratripun tersenyum, "iya memang Alpi seperti itu, bu.. Eh Ratri besok pulang ya, besok sudah mulai try out 2, bu."
Seketika mata Ibu kembali berbinar, "nak, kamu belum boleh pulang, dokter masih mengobatimu."
"Emang Ratri sakit apa, bu?"
"Aaa jangan di pikirkan, pasti Ratri akan sembuh kok," kata Ibu yang mencoba tersenyum.
Bersambung..
____________________________
VOTE!! :")
KAMU SEDANG MEMBACA
USIA 18 [END]
Teen FictionMaaf_bukan_cerita_porn🔞 Tuhan, jangan ambil nyawaku secepat ini, aku ingin mati suri saja. Dan saat ku terbangun dari mati suriku, semuanya baik-baik saja. Aku bisa sekolah dan lulus dengan nilai bagus, penyakitku sembuh total dan bisa kembali menc...