entoru

503 76 15
                                    

Ia hanya diam sembari menatap tubuh basahnya. Apalagi di sana banyak orang melihat, menambah malu untuknya.

Dengan geram, ia melihat ke depan. Menatap orang yang menyiramnya dengan air bau kayak gini. Apalagi tadi ember bekas air kotoran dibuang tepat mengenai kakinya dan itu rasanya sakit. Tulang kering woy. Astaga. Kalau di punggung kaki gak masalah, ini tulang kering. Sensitif.

Tak lama setelah itu, ia mendengar tawa licik mengudara, merambat dengan perlahan memasuki indera pendengarannya. Mengirim sinyal ke otak, bahwa gadis di depannya ini tengah mengejeknya di tempat umum.

"gimana? Enak kan rasanya disiram pakai tangan gue sendiri?" katanya sombong banget. Bibir tipisnya menyunggingkan seringaian kecil.

Ia melihati gadis itu dengan dengusan mengejek.

"udah one by one kan?" sambung cewek itu lagi.

Rambut pendeknya pingin banget dijambak sampai rontok.

Cewek itu mendekat ke arahnya, membisikkan sesuatu yang membuatnya makin geram. Lalu meninggalkannya sebagai tontonan gratis orang-orang di sana. Bahkan yang lewat harus singgah sebentar guna menyaksikan bagaimana pasrahnya seorang Mina dipermalukan di hadapan semua orang.

Tanpa sadar, kedua tangannya mengepal erat. Merasa marah, terutama kepada dirinya sendiri.

Tak bisa apa-apa ketika diperlakukan tidak adil oleh orang yang sama. Sama seperti dulu. Lemah dan hanya bisa menahan sakit seorang diri.

"Mina, kok lo diem aja?" seru seseorang membuatnya mau tak mau mendongak untuk melihat siapa yang mengajaknya berbincang.

Rupanya cewek itu. Cewek halte.

Binnie.

Ia ingat betul siapa cewek ini. Cewek yang benci banget sama golongan Eunha dkk. Yang suka caper kesana kesini. Masang muka baik padahal busuk hatinya.

"tahu. Kenapa gak lo lawan? Sumpah kalau gue punya keberanian besar kayak lo, udah gue lawan tuh bocil," sahut orang lain.

Setelahnya, banyak orang menunjukkan dukungan padanya dan memberinya gambaran besar bagaimana bertahan hidup di dunia yang bahkan bukan miliknya.





----



"abis dari mana lo?"

Dengan muka santainya itu, ia duduk di tengah-tengah Lisa dan Rose. Depannya ada Jiho makan bakso sisa pentol tiga buah. Mana kuahnya gak bening lagi, melainkan orange, kebanyakan sambel.

"perut lo Jihoo, gak kasihan sama perut apa?" katanya menyayangkan perut Jiho.

Sementara yang habis makan pentol lima buah hanya bergumam tidak jelas.

Bakso terlalu nikmat baginya. Ia akan mendapat kepuasan tersendiri setelah memakan bakso sesuai seleranya itu.

"abis dari mana lo cuk! Ditanya bukannya dijawab malah dicuekin," ketus Lisa menatapnya kesal.

"ck, gue abis ngasih pelajaran ke Mina. Keren kan gue?"

"uhuk," Rose kesedak air liurnya dan langsung menatap Eunha.

Bahkan Jiho menjatuhkan pentolnya saking kagetnya mendengar penuturan temannya itu.

"sumpah lo? Sendiri?!" ujar Lisa gak percaya.

Gimana mau percaya kalau tiap harinya gadis ini selalu manja?

"iya. Gue puas banget liat wajahnya itu. Gak berdaya tahu," katanya memberitahu teman-temannya bagaimana Mina pasrah aja di sana.

REFLOW ft 97line✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang