Baik Daniel, Jiho, atau pun Eunha dan Lisa, mereka semua ada di ruang tengah. Ditemani Mingyu yang murung setelah tahu Mina mengalami perjalanan waktu.
Meski dia sendiri belum mengerti maksud semuanya, tapi Mingyu yakin, itu semua takdir Mina.
Dia tidak bisa menyalahkan takdir hanya karena keegoisannya sendiri.
"oh iya, Lis, lo tadi bilang kalau lo kenal sama peramal itu," kata Mingyu tiba-tiba, ia teringat ucapan Lisa di kamar tadi.
Lisa, ia mengangguk mengiyakan. Di situ Daniel juga mengangguk kecil.
"bukan gue doang sih, Daniel juga kenal sama tuh peramal," jawab Lisa.
"Bambam? Jungkook?" tanya Eunha.
Daniel mengangguk lagi, "semua yang berhubungan dengan keluarga Akira tahu siapa peramal itu," jawab Daniel.
"bahkan Yongha yang belum kenal banget sama Mina, gak luput dari pengawasan si peramal." lanjut Lisa menambahkan.
"dia masih hidup sampai sekarang?" Mingyu gak habis pikir. Masih ada ya orang panjang umur seperti peramal keluarga Akira.
"ck, lo belum tahu wajah dia gimana. Sekali lo lihat parasnya, gue yakin lo gak bisa nolak kecantikan dia," ujar Lisa.
Dia sendiri sebagai perempuan kalah cantik jika dibandingkan dengan peramal berusia ratusan tahun. Selalu merasa minder jika berhadapan dengan Bae Joohyun, peramal andalan Akira.
"namanya siapa?"
"Bae Joohyun. Jangan ditanya umurnya berapa, kalian udah denger sendiri apa kata Minju, peramal keluarga Akira jauh sebelum ayah Mina ada,"
Hanya mendengar sedikit kisah tentang Bae Joohyun, mereka terperangah kagum. Entah bagaimana reaksi mereka jika bertemu langsung dengan peramal awet muda itu.
⏳
----Sial.
Sial.
Sial.
Mina terus mengumpat kala Mingyu meninggalkannya sendirian di tempat asing seperti ini. Asing baginya, tidak untuk Mingyu. Bukan hanya mengumpat, Mina juga menendang tembok di depannya terus-terusan. Menyalurkan betapa marahnya dia atas sikap Mingyu. Napasnya pun memburu saking kesalnya pada cowok itu.
"KIM MINGYU!!!"
Bisa-bisanya Mina ditinggal dalam keadaan seperti ini. Bingung. Resah. Bimbang. Takut.
Bahkan Mina gak tahu harus kemana. Rumah pun juga dia tidak tahu ada di mana. Uang gak punya, baju hanya ini yang dia punya.
Nasibnya terlalu malang. Luntang-luntung di negeri orang.
"apa jangan-jangan gue cuma mimpi?" gumam Mina. Menggaruk rambutnya sendiri dengan gelagat super bingung.
"masa sih? Kalau mimpi kenapa badan gue remuk habis jatuh dari lantai atas?" tanyanya sekali lagi.
"lagian, Mingyu yang gue kenal gak secuek itu,"
Dan ide gila pun muncul dalam benak Mina. Ia tersenyum melihat sebuah tangga di samping koperasi. Segera Mina mengambilnya dan menaikinya.
"mudah-mudahan gak sakit," kata Mina sudah berdiri di tangga paling atas.
Dia bersiap melompat ke bawah, siapa tahu memang mimpi. Dan ketika bangun dia sudah ada di kamarnya.
Sebelum melompat, Mina melirik ke bawah. Kenapa tinggi sekali?
Nyalinya kembali ciut, tidak berani melompat. Pasti jatuhnya sakit. Tapi kalau gak lompat, dia gak bakalan tahu ada di mana sekarang. Dunia apa yang dia tinggali saat ini.
Dikatakan mimpi, terlalu nyata. Tidak sesemu itu.
"gak. Gue harus lompat," katanya final. Memejamkan mata erat dan meyakinkan diri untuk melompat ke bawah.
Ia mengatur napasnya. Tarik, hembuskan. Tarik dan hembuskan. Begitu seterusnya tiga kali.
"lo segitu pinginnya buat mati?"
Kedua mata Mina langsung terbuka. Suara itu.
"KIM MINGYU SIALAN! MAU LO APA SIH?!" teriak Mina menggema di penjuru sekolah.
Ia menunjuk wajah Mingyu kesal. Matanya melotot sampai merah. Urat lehernya kelihatan jelas.
Mina akan meledak jikalau tidak mengingat statusnya dengan Mingyu.
Namun cowok itu menyeringai tipis, "kalau mau mati jangan di sekolah," ketus Mingyu kemudian berbalik meninggalkan Mina, lagi.
"WOY MAU KEMANA LO?!" balas Mina teriak.
Gak ada satu hari di sini, tenggorokannya sudah sakit. Gimana kalau selamanya di sini? Bisa-bisa mati muda.
"pulang," jawab Mingyu enteng.
"ENAK AJA PULANG!! SINI GAK?!" belum juga napas, kaki Mina goyah membuatnya panik setengah mati.
Niatnya untuk lompat kenapa jadi kenyataan? Dia cuma pura-pura tadi.
"eh eh goyang," badan Mina siap mencium lantai kembali. Dan Mina gak mau merasakan kerasnya lantai menimpa tubuhnya.
"Aaaaaa!!!!"
Brak!
"aduh sakit," rengek Mina. Mau nangis aja rasanya. Kapan dia bisa pulang?
Ada di mana dia sekarang?
Semuanya terasa asing. Meski Mina pernah sekolah di sini. Menimba ilmu di sini.
Namun tetap saja, ini bukan dunianya. Dunia Mina berbeda dengan sekarang. Dia sudah berkeluarga, mempunyai anak yang harus dijaga dan dirawat.
"hiks, kenapa rasanya sakit? Gue gak lagi mimpi dong?" Mina makin merengek di sana.
Tak terasa air matanya jatuh. Dia mau pulang. Dia pingin ketemu anak-anaknya. Somi, Lino. Apa jadinya kalau dua anak itu bertengkar tanpa sepengetahuannya?
Bagaimana kalau Ozi bolos sekolah lagi?
Terus, siapa yang nyiapin makanan kalau bukan dirinya? Mingyu? Suaminya itu tidak bisa diandalkan. Masak sih bisa, cuma hambar.
"mau mati kok nangis?" Mina makin nangis mendengar suara Mingyu.
Dia kangen suaminya itu.
Cowok di sampingnya bukanlah Mingyu yang dia kenal. Mereka berbeda. Watak aja udah beda. Bagaimana bisa dia menyamakan keduanya?
Kening Mingyu terangkat sebelah, lantas berdecak karena Mina menutupi wajahnya pakai rambut. Sembari menangis sesenggukan.
Bukan seperti Mina yang dia kenal.
"baru tahu gue kalau lo bisa nangis," kata Mingyu masih saja mengoceh.
"diem lo! Ngapain masih di sini? Sana pergi!" usir Mina.
"kalau gue gak mau?"
"bodo! Bukan urusan gue! Sana pergi!" kata Mina sekali lagi berteriak tanpa menunjukkan wajahnya.
Sesaat Mina bernapas lega. Tak ada suara Mingyu yang terdengar. Syukurlah.
"eh," refleks Mina mengalungkan tangannya di leher Mingyu.
"berharap banget gue pergi?" ia terbelalak.
"kita ke rumah sakit. Gue gak yakin tubuh lo baik-baik aja setelah jatuh dari lantai atas terus jatuh lagi dari tangga,"
⏳
----
KAMU SEDANG MEMBACA
REFLOW ft 97line✅
Fiksi Penggemar"gak peduli gue ada di mana. Gak peduli gue terjebak antara ruang dan waktu, cinta gue cuma buat lo. Baik itu di kehidupan yang lalu atau pun sekarang," R E F L O W -------------- Pertengahan Desember 2019 Top Rank #1-Rose #1-Yugyeom #1-Myouimina #1...