1.GILBRAN

312 30 11
                                    

Aroma gorengan dari dapur membangunkan indra penciuman setelah semalaman begadang menjadi cacing besar alaska dan harus mati karena cacing bayi sengaja berjalan cepat dihadapan congor cacing alaska milik ku .

Aroma kian menusuk belahan kedua hidung ku yang mewajibkan diriku segera beranjak dari tidur dan menghampiri gorengan , makanan wajib keluarga Alm.salim .

Aku kini menjadi anak yatim setelah 13 tahun silam kala masih bocah ayah menghembuskan nafas terakhirnya setelah menjadi imam di masjid Al-Huda , yang tak jauh dari rumah .

Tidak ada yang tau penyebab pasti meninggalnya bapak , dari pihak ibu dan kelurga sudah ikhlas serta berpikir jika ini kehendak Sang Kuasa yang Maha Menghidupkan .

Menjadi orang tua tunggal bagi ibu Ratna awalnya memang sulit dari segi kasih sayang dari sepasang suami istri dan kasih sayang dari bapak untuk anak-anaknya memantau perkembangan anak dari bayi , bocah , dan remaja .

Dari segi kasih sayang ibu sangat mengoptimalkan dalam mendidik , merawat , dan memberikan kasih sayang utuh pada ku dan sodara wanita ku .

Sisi terberat bagi ibu dilihat dari segi ekonomi untuk me nafkahi anak dan melanjutkan hidup , bapak yang dulunya pengusaha kue di toko kecil kini ibu yang melanjutkannya awalnya ibu kesulitan dalam membagi waktu mengasuh anak dan bekerja memproduksi kue pesanan dan kue kemasan , lokasi yang jauh dari rumah ibu mengkhawatirkan aku yang pada waktu itu masih berumur 6 tahun dititipkan dirumah nenek yang tak jauh dari rumah kami sedangkan kak alenia akan menjemputku ketika pulang sekolah .

Lama kelamaan ibu terbiasa dan mulai mengembangkan bisnis roti peninggalan bapak hingga ibu memutuskan untuk membeli sepetak tanah dan membangunnya menjadi rumah pengolahan roti kemasan dan pesanan .

Pasang surut terjadi ketika aku masih duduk dibangku Sd kelas 5 dan kak Aleania esay salim menginjak perguruan tinggi negeri di UNY sempat kocar kacir beberapa karyawan ibu paksakan untuk berhenti hingga kembali stabil .

Dalam menjalankan keluarga dan bisnis bapak sebelumnya memberikan wejangan untuk tidak berhutang pada orang lain , seingat ku bapak pernah berkat "lebih baik makan pakai garam dengan tenang dari makan pakai daging tapi tidak tenang "

Selama dalam keadaan ekonomi dibawah , ibu mengajari kami untuk berhemat dan irit walaupun sejak masih ada bapak kami sekeluarga hemat tapi kala ibu kami lebih berhemat lagi .

Kak alenia yang harusnya lebih konsen dalam studi nya , harus di sejajari dengan kerja paruh waktu di cafe , ibu sempat melarang namun kak alenia masih diam diam bekerja paruh waktu .

Hingga keadaan dirasa kembali stabil kami sekeluarga kembali seperti dulu namun karena sudah terbiasa hemat kini malah menjadi sikap permanen dalam kelurga salim .

Mengusik kembali sejarah hidup kelurga salim , yang kini ibu menjadi orang tua tinggal baru saja mengangkat gorengan nya dari wajan dalam keadaan asap tipis mengepul di atasnya .

Tak tahan aku melihat hangatnya bila gorengan pisang berpindah kedalam mulut ku , aku mendekati ibu yang tengah sibuk menguliti kembali buah pisang di hadapanya .

"Gilbran masih panas nantikan ibu taro meja "ucap ibu dengan nada kesal .

"Yaudah sini gilbran taro meja makan " balasku yang sembari memindahkan pisang goreng keatas piring dan membawanya kemeja makan yang dekat dengan dapur .

"Kamu belajar debus dimana bran ,tenggorokan bisa nelen gorengan yang belum ada 30 detik kamu kunyah lancar begitu " cibir kak alenia atau yang kerap aku dan ibu panggil alea , kini duduk dengan penampilan rapih dimeja makan bersama ku .

Tak menjawab cibiran kak alea , aku lebih memilih menikmati gorengan lagi dan lagi , disusul dengan kak alea yang mulai mengambil gorengan di depanku .

GILBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang