[6]. Status baru

2.4K 131 20
                                    

Happy Reading...

Waktu seolah begitu cepat berlalu membawa sebuah hati yang entah harus merasa bahagia atau sedih, tepat hari ini ia resmi menjadi seorang istri dari laki-laki yang tak ia kenal dekat sebelumnya, laki-laki yang dari awal sudah memberikan penolakan untuk kehadiran nya.

Kini Nara duduk seorang diri di sebuah kamar hotel berbintang, dress anggun yang masih melekat di tubuhnya serta riasan sederhana namun mampu membius sang suami yang sempat tak berkedip beberapa saat walau setelah itu sikap tak peduli nya kembali muncul.

Nara berusaha kuat untuk tak menangis, ingatan nya kembali berputar pada memori pernikahan nya beberapa jam lalu. Tak ada pesta mewah ataupun banyak tamu undangan kalau nyata nya pernikahan ini hanya di gelar sederhana dengan kehadiran beberapa orang yang tak ia kenal dan juga orang tua laki-laki itu yang tentu saja asing bagi Nara karena baru hari ini ia bertemu mereka. Pernikahan mereka pun tertutup itu memang yang di inginkan oleh laki-laki tersebut. Bagaimana mungkin Nara bisa mengharapkan pernikahan impian nya kalau yang menikahi nya saja tak menginginkan nya walau kedua orang tua laki-laki itu nampak baik menerima. 

Nara menyimpulkan orang tua Gavin menerima karena Nara sempat mengobrol dengan kedua orang tua Gavin, awal nya Nara pikir akan terjadi hal menakutkan yaitu Nara akan mendapat kata-kata pedas dari kedua orang tua Gavin nyata nya bayangan itu menguap begitu saja ketika kedua orang tua Gavin berbicara lembut seolah menerima Nara membuat Nara merasa lega, entah semua nampak abu-abu bagi Nara karena masih banyak pertanyaan yang bergelanyut di otaknya. 

Sudah satu jam berlalu Gavin yang kini menjadi suami nya bahkan belum memunculkan batang hidungnya padahal semua orang yang bisa di hitung jari pun Nara yakini sudah pulang sejak tadi, bahkan mama nya pun yang sempat menangisi Nara sudah di antar pulang oleh orang kepercayaan keluarga suami nya. Nara kembali menghela nafas lelah, kesunyian ini mampu membuat ia merasa sendiri entah bagaimana nasib kedepannya, Nara hanya pasrah.

Dering ponsel nya memecahkan kesunyian, panggilan telpon dari sahabat nya segera ia terima. 

"Halo Fel," terdengar suara decakan dari sebrang telpon.

"Lo kemana sih kok malah gak ada di rumah, gue kerumah lo tau. Ya salah gue juga sih gak bilang ke lo dulu, tapi sumpah gue udah bawa makanan segini banyak lo nya malah gak ada bahkan tante juga, terus mau gue apain ini makanan." Nara sedikit tersenyum mendengar celotehan dari salah satu sahabatnya yang terbilang cerewet itu.

"Kamu sih gak hubungin aku dulu." Kekeh Nara.

"Iya sorry, mau nya kan kasih kejutan. Lagian ini udah malam lo kemana sih tumben gak ada di rumah." Nara sedikit gugup, ia sama sekali tak menceritakan apa yang terjadi termasuk hari ini ia telah menikah.

"Aku jalan Fel, butuh hiburan." Nara bergerak gelisah, mama nya sudah pulang sejak tadi, jika mama nya tidak ada di rumah berarti mama nya dalam perjalanan. Ia takut Fely belum pergi dari rumahnya dan melihat mama nya pulang di antar orang asing tanpa diri nya, sahabat nya itu akan curiga.

"Gak ajak-ajak lo, sekarang lo dimana? Gue susul deh." Lebih baik Nara mengiyakan, setidak nya biarkan sahabat nya itu pergi dari rumah nya dulu nanti ia akan mencari alasan setelah nya agar Fely tak curiga ia berbohong sebab saat ini ia juga tidak mungkin keluar menemui Fely.

Setelah menyebutkan dimana diri nya yang jelas berbohong, Nara memutus sambungan telpon bertepatan dengan suara pintu terbuka membuat Nara menoleh cepat, sosok yang sempat ia pikirkan masuk dengan setelan toxedo putihnya, ia malangkah acuh seperti menganggap Nara tak ada. Gavin berlalu masuk ke kamar mandi dengan mata Nara yang setia mengikuti kemana laki-laki itu berjalan hingga tubuhnya tak terlihat, ia menatap nanar pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat, tak ada sapaan hangat bahkan menatapnya pun tidak. 

"Apa saya harus menyuruhmu seperti anak kecil untuk membersihkan diri, sudah berjam-jam berlalu dan kamu masih berpenampilan sama, apa kamu terlalu pemalas. Ah,- sungguh menyebalkan melihatmu di sini." Ucapan Gavin mampu menyadarkan Nara dari dunianya, entah berapa lama ia melamun sampai ia merasa begitu cepat sekali suaminya menyelesaikan bersih-bersih dan terlihat sudah mengganti pakaiannya.

Nara hanya menunduk membuat Gavin berdecak, "Ck. Apa kamu tuli, cepat bersihkan dirimu." Nara tersentak dengan suara Gavin yang sedikit meninggi.

Nara yang tak ingin membuat suami nya marah pun dengan cepat bangkit dan sedikit berlari menuju kamar mandi namun entah kesialan apa, Nara terjatuh akibat menginjak gaunnya sendiri yang memang sedikit panjang menyentuh lantai.

"Aduh." Ringis Nara. 

"Ceroboh." Gumam Gavin yang sempat terkejut mendengar suara Nara, Nara yang masih terduduk di lantai pun menoleh kebelakang melihat Gavin yang tengah duduk di atas ranjang, mereka saling tatap membuat Nara mengerjapkan mata nya berulang kali namun Gavin dengan cepat membuang pandangan nya pada ponselnya.

Nara yang tersadar berusaha bangkit dan kembali berjalan dengan hati-hati masuk kekamar mandi.

🌿🌿🌿

Nara menyembulkan kepala nya pada celah pintu yang sedikit terbuka, mata nya melihat suaminya yang masih setia duduk di atas ranjang dan terlihat sangat fokus pada ponselnya. Nara memutuskan keluar walau dengan perasaan ragu, sesekali ia menarik-narik ujung bawah handuknya serta satu tangannya lagi setia memegang bagian atas. Ia merutuki dirinya sendiri yang lupa membawa pakaian ganti walau di dalam kamar mandi sudah ada persediaan handuk tapi yang jelas handuk itu terlihat mengenaskan di pakai oleh Nara. Bagaimana tidak, handuk itu terlihat kekecilan bagi Nara yang tak bisa membungkus seluruh paha mulus nya.

Seharusnya bagi pasangan suami istri hal seperti ini cukup wajar namun tidak bagi Nara, selain menikah tak di dasari oleh cinta tapi juga ia masih cukup malu pada Gavin.

Ia berjalan was-was menuju koper miliknya yang berada di samping meja rias, ia sangat berharap bahwa Gavin tak peduli dengan keberadaan nya hingga laki-laki itu tak harus melihat keadaan Nara yang seperti ini.

Ia berjalan was-was menuju koper miliknya yang berada di samping meja rias, ia sangat berharap bahwa Gavin tak peduli dengan keberadaan nya hingga laki-laki itu tak harus melihat keadaan Nara yang seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ilustrasi)

"Aduh." Nara meringis sangking fokus nya ia melihati Gavin sampai tak memperhatikan jalan nya sendiri hingga kaki nya menghantup sofa, begitu sadar dengan suara nya ia langsung menengok cepat pada Gavin yang kini menatapnya juga dengan pandangan yang sulit Nara artikan, sedangkan tubuh Nara seketika membeku di tatap begitu intens oleh Gavin, ia kembali dengan sikap semula dengan menarik-narik ujung bawah handuknya dan bergerak tak nyaman karena paha nya yang jelas terekspos. 

Gavin lebih dulu mengalihkan pandangan ke arah lain, rahangnya sedikit mengeras, "Apa kamu berniat menggoda saya? Cih, bahkan saya tak tertarik dengan tubuhmu." Decih Gavin tanpa menatap Nara.

Ucapan Gavin yang terdengar tak enak pun membuatnya sedikit merasakan sesak, apa sebegitu menjijikan dirinya, pikir Nara dengan wajah sendu nya.

"Ma-maaf aku hanya lupa membawa pakaian ganti." Ujar Nara menunduk.

"Cepatlah ambil baju mu, kamu berdiri saja cukup mengganggu saya." Sahut Gavin, Nara menghela nafas apa tak ada kata-kata lain selain mencaci diri nya. Nara bergerak hati-hati karena tak nyaman dengan handuk yang membalut tubuhnya, setelah mendapat apa yang akan ia kenakan Nara cepat pergi ke kamar mandi, jelas dengan kehati-hatian karena takut kesialan akan terjadi kembali mengingat hanya ada handuk yang melekat di tubuhnya.

TBC

Lembaran kisah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang