[18]. Mama, gak capek?

2.1K 145 75
                                    

Happy Reading...

Arga yang kembali diajak oleh kedua orang tua Gavin menghabiskan waktu bersama keluarga Nico membuat Nara bisa kembali bekerja beberapa hari ini, Arga tetap tinggal bersama nya setiap sore orang tua Gavin akan mengantar Arga pulang, walau kedua orang tua Gavin meminta Arga menginap namun bocah laki-laki itu tak mau jika tidak tidur bersama Nara. Ya, akhir-akhir ini juga Gavin memutuskan tidur terpisah dengan mereka dikarenakan Gavin enggan mengulangi hal sama yaitu terbangun dengan ia yang memeluk Nara.

"Na, tolong buatkan saya teh hangat." Ucap Anes begitu melihat Nara melintas, Nara mengangguk namun baru beberapa langkah Nara menghentikan jalannya.

"Gavin." Anes tampak menyapa Gavin yang berhenti di depannya, ini memang jam istirahat tapi Nara baru tau kalau selama ini mereka begitu akrab hingga Anes yang merupakan sekretaris Gavin pun tak memanggil layaknya bawahan pada atasan nya.

"Na, minumannya gak jadi ya. Kamu boleh pergi." Nara kembali mengangguk dan kembali berjalan dengan pelan. Samar-samar Nara mendengar hal yang entah sangat mengusiknya.

"Jadi kan makan siang nya, kita ke restoran seafood aja ya." Nara jelas tak mendengar suara Gavin atau melihat respon Gavin namun langkah kaki mereka yang terdengar beriringan sudah menjawab semuanya. Nara hanya menghela nafas berusaha membuang rasa sesak di hati nya yang entah mengapa terjadi.

***

"Gue tadi liat bu Anes sama pak Gavin naik mobil bareng, kayanya mau makan siang berdua deh." Ucap Fanya membuka kotak bekalnya, mereka berada di sebuah taman kantor yang di tata sangat nyaman dan begitu sejuk.

"Serius lo? Gak usah gosip ih nanti kalo kedengaran bos bisa bahaya." Sahut Fely.

"Ngapain gue boong, banyak kok yang liat. Udah bukan hal aneh lagi kali bu Anes sama pak Gavin keliatan berdua malah banyak yang ngira mereka pacaran semenjak,- "

"Husss gak usah dibahas, nanti karyawan lain denger terus di aduin." Sahut Fely memotong. Nara hanya menyimak obrolan mereka, ia berusaha bersikap santai walau nyata nya tak semudah itu.

"Iya deh iya, oya dah lama banget ya kita gak makan bertiga gini. Gue juga dah lama gak bawa bekal, kalo bukan Nara yang nyaranin gue paling gak akan bawa, soalnya dah ada kantin. Lagian kenapa sih Na lo gak mau makan di kantin aja." Ucap Fanya.

"Aku kan cuma office girl Fan." Jawab Nara.

"Dih lebay kita semua tu sama, sama-sama pekerja di sini gak usah ngerendah deh. Lagian walau peraturan di sini ketat masalah kantin mah milik bersama kecuali yang punya jabatan tinggi kantinnya lain sendiri." Cerocos Fanya.

"Iya nih gak like banget tau Na, lo selalu ngerendah gitu." Sahut Fely.

"Maaf deh, tapi aku emang gak nyaman aja berbaur sama mereka." Balas Nara.

"Yaudah deh terserah lo, asal lo gak bosen aja kita ajakin ketemu kaya gini, gue juga gak masalah kalo harus bawa bekal tiap hari." Ucap Fanya.

"Bener, mungkin lain kali juga kita bisa ketemu di luar. Oya Na lo sekarang tinggal dimana sih, susah banget setiap gue mau kerumah lo alasannya pasti banyak, lo gak suka ya kita kerumah lo lagi?" Selidik Fely. Nara memang sudah menceritakan masalah ia bisa bekerja di sini, ia beralasan bahwa Fajar lah yang membantunya karena sempat menolong laki-laki itu, namun untuk masalah menikah Nara belum bisa bercerita pada mereka, bukan ia tak mempercayai sahabatnya hanya saja Nara tak ingin mereka masuk dalam masalahnya.

"Eh gak gitu, pas kalian mau kerumah kebetulan aja aku ada di luar. Kan aku jarang di rumah, mama juga lagi ada di Banjarmasin." Jawab Nara tak enak.

"Tapi lain kali bisa kan?" Tanya Fanya.

Lembaran kisah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang