[21]. Sebuah Kebenaran

2.3K 162 64
                                    

Happy Reading...

"Mau kemana kamu?" Tanya Gavin begitu keluar dari kamar mendapati Nara sudah siap dengan baju kerja nya.

"Eh mas, aku ma-mau kerja mas. Kata Arga kamu gak kerja hari ini mau nemenin dia berarti aku kerja kan." Ucap Nara takut-takut, "tenang aja mas, a-aku udah ngerjain semua pekerjaan rumah kok." Lanjutnya menunduk.

"Siapa yang nyuruh kamu kerja dan ngerjain pekerjaan rumah? Apa anakmu gak ada ngelarang kamu karena kamu kemarin sakit."

"Eh,- ya ada mas ta-tapi kan aku udah sembuh mas, udah bisa ngerjain semua nya kembali."

Gavin terdengar berdecak pelan, "kembali ke kamar ganti baju mu, saya gak mau ya direpotkan lagi kalo kamu tiba-tiba sakit. Kamu gak tau apa seharian kemarin saya yang harus menggantikan pekerjaan kamu di rumah ini, itu sangat merepotkan."

"Ma-maaf mas aku usahakan untuk tidak terulang lagi."

"Bagus, ingat hanya untuk sementara ini kamu bisa enak-enakan, setelah semua membaik kamu harus tetap bekerja." Nara hanya mengangguk, setelahnya Gavin berlalu pergi menuruni tangga.

"Pagi sayang, tumben sarapannya gak nunggu papa." Gavin mengecup puncak kepala Arga lalu duduk di sampingnya.

"Papa lama." Jawab Arga cuek.

"Kamu masih marah sama papa?" Tanya Gavin menatap Arga yang enggan menatapnya.

"Ya."

"Papa minta maaf ya." 

"Papa itu salahnya sama mama, kenapa minta maaf nya ke Arga." Gavin terdiam, bingung harus menjawab apa.

"Nanti Arga mau jalan-jalan? Atau kita main? Arga mau main apa?" Gavin mencoba mengalihkan pembicaraan membuat Arga mendengus malas.

"Arga gak mau sama papa, papa yang Arga kenal itu gak suka marah-marah." Sindir Arga membuat Gavin menghela nafas.

"Sudah sarapannya?" Tanya Nara yang baru datang.

"Sudah ma, mama gak kerja katanya tadi mau kerja?" Tanya Arga.

"Enggak, papa gak bolehin." Kekeh Nara mendapat dengusan dari Gavin.

"Masa papa kaya gitu ma, boong banget." 

"Papa tu baik, gak percaya banget." Sahut Gavin.

"Mana ada baik kalo marah-marah terus." Balas Arga, "papa tau gak sih orang yang suka marah-marah tu cepat tua, nanti papa kaya opa." Ucapan Arga membuat Gavin mendelik.

"Sudah-sudah, Arga gak boleh ya kaya gitu sama papa." Arga mengerucutkan bibirnya lucu membuat Nara terkekeh.

"Sarapan mas?" Tanya nya pada Gavin.

"Hmmm." Jawabnya singkat, Nara mengambilkan nasi goreng kedalam piring Gavin dengan telur mata sapi diatasnya lalu menyerahkan nya pada Gavin.

🌿🌿🌿

Bel rumah berbunyi membuat Nara buru-buru membuka pintu, begitu pintu terbuka Nara tersenyum ramah sekaligus mengernyit bingung pada dua tamu di depan nya.

"Papi." Teriak Arga berlari membuat Nara terkejut bukan main.

"Eh,- papi." Kaget Nara, ia memandangi dua orang di hadapannya yang tersenyum geli melihat raut wajah Nara, Nara beralih memandang Arga yang sudah berada di pelukan laki-laki yang Nara tak kenali.

Menghilangkan rasa bingung nya Nara mempersilahkan mereka masuk. Di sofa, sudah duduk Gavin dengan tab di tangannya, ia mendongak begitu menyadari kedatangan dua orang yang ditunggu nya.

Lembaran kisah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang