[22]. Menyemangati Diri

2K 153 24
                                    

Happy Reading...

"Kenapa? Kok ngelamun?" Tanya Fanya yang mendudukan diri tepat di hadapan Nara yang sedang duduk di bangku luar sebuah Cafe.

"Loh Fanya kamu disini?" Tanya Nara terkejut dari lamunannya.

Fanya terkekeh singkat, "iya kebetulan pengen makan di sini, kamu sudah ada janji sama orang?" Tanya Fanya.

"Eh enggak kok, emang pengen cari angin aja." Fanya lebih dulu memesan makanan dan juga minuman. Lalu menatap Nara dengan kening mengernyit. 

"Kayaknya lagi banyak pikiran banget."

"Keliatan banget ya?" Fanya mengangguk.

"Cerita aja kalo emang butuh cerita." Sebenarnya Nara ingin sekali menceritakan semua nya yang terjadi termasuk sesuatu yang mengganjal akhir-akhir ini, namun rasa nya ia terlalu ragu untuk membagikan nya dan bingung harus memulai dari mana.

Fanya seolah tau jawaban dari keterdiaman sahabatnya itu, "Udah gak papa, gak usah dipaksa. Tapi kalo lain kali lo mau cerita, gue atau Fely siap dengerin lo." Nara hanya mengangguk dan meminta maaf karena belum bisa menceritakan nya sekarang.

"Makasih ya Fan." Fanya mengangguk. 

"Kayanya kapan-kapan kita harus jadwalin liburan deh, biar pikiran kita itu gak suntuk termasuk lo, lo keliatan nya lagi banyak beban banget, butuh liburan. Ah, gue aja pengen liburan capek juga kerja mulu." Kekeh Fanya. 

"Iya Fan, lama banget kita gak liburan bareng ya. Terakhir waktu SMA deh kayaknya sampe lupa." Nara meringis, sebenar nya ia juga ingin ada waktu dengan sahabat-sahabatnya tapi dia juga tak yakin dengan kondisi nya yang sekarang.

"Bener, udah lama banget. Jadi pengen kaya dulu, di awal banget kita lebih banyak waktu tanpa mikirin kesibukan yang sekarang gak ada habis nya dan banyak yang dipikirin."

"Iya, secepat itu ya waktu berlalu." Fanya mengangguk. 

"Secepat itu kita dewasa, dewasa ternyata lumayan melelahkan ya." Kini giliran Nara yang mengangguk, Fanya benar dewasa lumayan melelahkan bukan hanya fisik tapi juga pikiran.

Pesanan Fanya datang memutus obrolan mereka, membiarkan Fanya menghabiskan makanan nya sesekali tetap saling bicara, mengingat masa-masa remaja mereka juga kesibukan yang memisahkan mereka hingga saat ini mereka bertemu lagi sehingga tak dibiarkan oleh mereka mengabaikan kesempatan untuk saling bertukar cerita.

"Lo mau pulang sekarang? Atau gue anterin lo pulang?" Tawar Fanya, Wilo menggeleng menolak halus tawaran Fanya.

"Gak usah Fan, aku masih ada keperluan lain." Jawabnya mendapat anggukan dari Fanya, setelahnya Fanya berpamitan dan saling berpelukan,Fanya tak bisa lebih lama lagi karena seperti nya ada kesibukan lain setelah melihat ponselnya.

Dan Nara sendiri juga beranjak pergi hingga kini ia berada di tempat yang dulu menjadi saksi masa-masa kebahagian bersama keluarga nya.

Ia duduk di tepi ranjang kamar nya dahulu sebelum statusnya menjadi seorang istri, kadang Nara ingin menertawakan dirinya kala mengingat obrolan bersama sahabat-sahabatnya. Ia ingat betul tak setuju dengan Fely yang ingin menikah dengan pria dingin persis di novel-novel yang sahabatnya itu baca-, katanya pria dingin akan berubah menjadi lebih manis ketika sudah cinta dengan pasangan nya, karena Nara pikir itu hanya ada di novel fiksi saja sehingga Nara selalu menyangkal walau Fely tetap kekeuh dengan pilihannya. Namun nyata nya saat ini sahabatnya itu berpacaran dengan laki-laki humoris bernama Noel dan menyedihkan nya justru hal yang Nara tak setujui terjadi pada dirinya sendiri, lebih mirisnya hingga saat ini laki-laki itu bahkan tak menunjukan keinginannya tetap bersama Nara.

Lembaran kisah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang