[4]. Siap kah?

2.1K 132 13
                                    

Happy Reading...

Hey adik kecil kamu kenapa?" Tanya Nara mendudukan diri di samping bocah yang tengah menangis sesegukan seorang diri.

Nara memang sedang berada di taman untuk beristirahat sejenak, namun ia melihat seorang bocah tengah duduk menangis seorang diri. Ia yang memang menyukai anak kecil pun tergerak untuk menghampiri bocah tersebut.

"Jangan takut, tante gak jahat kok." Ucapnya lagi begitu melihat bocah laki-laki tersebut seperti ketakutan dengan kehadiran Nara, terbukti dari pergerakan bocah itu yang menggeser duduknya menjauhi Nara dan Nara cukup memaklumi karena mereka memang tak saling mengenal, jadi wajar jika bocah itu ketakutan dengan orang asing yang menghampiri nya.

"Tante beneran gak jahat?" Tanya nya mengerjapkan mata membuat Nara mengangguk dan tersenyum.

"Kalo tante jahat, mungkin tante akan membawa mu langsung pergi." Kekeh Nara, "Kamu kenapa menangis?" Lanjutnya, bocah itu tampak terdiam memandang wajah Nara beberapa saat, hingga mata nya seperti berbinar senang, Nara sedikit takjub dengan perubahan bocah yang tadi nya takut menjadi lebih senang, namun setidaknya ia lega bocah itu tak ketakutan lagi.

"Tadi aku jalan sama tante jahat tapi kenapa aku di tinggalkan di sini lama sekali, katanya dia mau beli es cream." Jawabnya dengan nada khas bocah yang begitu lucu, pipi gembilnya pun terlihat memerah karena mungkin terlalu lama menangis.

"Tante punya permen, kamu mau?" Nara tampak mengeluarkan permen lolipop yang selalu ada di tas nya karena Nara memang menyukai nya.

"Kata mama jangan sembarangan mau menerima pemberian orang asing tante." Jawabnya.

"Apa kita harus berteman dulu?" Tanya Nara tersenyum. Bocah menggemaskan itu nampak bingung namun seolah menimbang ucapan Nara.

"Benar juga, kalau sudah berteman berarti tante bukan orang asing." Nara terkekeh mendengarnya. anak kecil memang begitu polos, pikirnya.

"Tentu, sebagai tanda pertemanan berikan kelingking mu." Pinta Nara mengacungkan jari kelingking nya di sambut bocah tersebut menautkan jari kelingkingnya juga. Bocah itu terlihat tertawa lucu dengan Nara yang tersenyum geli.

"Dan ini untuk kamu." Lanjut Nara menyerahkan permen lolipop pada bocah tersebut yang langsung disambut dengan senang.

"Terimakasih tante baik." Ucapnya tersenyum gemas.

"Sayang, astaga..." seseorang menghampiri dengan raut wajah paniknya.

"Mama." Seru bocah laki-laki itu berdiri dari duduknya lalu memeluk seseorang yang ia panggil mama.

"Bener-bener keterlaluan, bagaimana bisa Siska meninggalkan anak kecil sendirian di sini walau rumah kita dekat-dekat sini. Akan aku adukan hal ini pada papa mu." Seorang wanita anggun terlihat tengah marah pada seseorang yang entah Nara sendiri tak tau, Nara berdehem kecil yang sukses menyadarkan wanita tersebut bahwa ada orang lain di antara mereka.

Wanita tersebut mengernyitkan keningnya karena merasa tak mengenalnya, "ini tante baik ma, yang nemenin aku di sini. Liat, aku juga diberi permen lolipop dengan tante ini." Ujar bocah itu mengacungkan permen pemberian Nara membuat Nara tersenyum lembut.

"Terimakasih sudah mau menjaga putra ku, kalo gak ada orang baik sepertimu entah bagaimana nasib putra ku." Ujar nya terlihat tulus.

"Sama-sama, tadi saya kebetulan berada di sini melihat dia tengah menangis. Sempat bingung kenapa seorang anak kecil ditinggalkan membeli es cream sendirian padahal ia bisa membawa nya." Jawab Nara tak habis pikir.

"Ah ya? Bahkan dia mengatakan pada ku kalau putra ku berlarian kemana-mana membuat ia kehilangan putra ku dan tiba-tiba ada hal penting dengan pekerjaan nya, membuat dia menelponku untuk mencari putra ku sendiri, sungguh wanita tak punya hati padahal ia yang ingin mengajak putra ku jalan-jalan tapi dia juga yang meninggalkan, aku hampir saja serangan jantung." Jelas wanita itu dengan helaan nafas kasar Namun Nara tak begitu memahami apa yang diucapkan wanita tersebut.

"Mungkin lain kali lebih berhati-hati." Sahut Nara di balas senyuman dan anggukan wanita itu.

Nara lalu berjongkok mensejajarkan tingginya dengan bocah laki-laki itu, "Baiklah anak manis, sekarang kamu sudah bertemu ibumu. dan tante akan pergi dulu. Semoga kita bisa bertemu kembali, karena kita sudah berteman." Senyum Nara mengacak rambut bocah itu dengan gemas, bocah itu pun mengangguk semangat melambaikan tangannya pada Nara hingga mereka terpisah. Hal itu tak luput dari pandangan wanita yang dipanggil mama oleh bocah tersebut.

🌿🌿🌿

"Papa!" Teriak seorang bocah berusia empat tahun menyambut kedatangan seorang laki-laki berkemeja biru.

"Jangan lari-lari nanti kamu jatuh." laki-laki tersebut berjongkok mengelus rambut bocah itu dengan sayang.

"Akhir nya papa datang, Arga rindu pa." Bocah itu memeluk nya erat membuat laki-laki itu terkekeh membalas pelukan nya.

"Oh ya? Kalo gitu cium papa dulu." Dengan penuh semangat bocah itu pun mencium nya.

"Mana oleh-oleh nya pa?" Tanya Arga dengan cengiran nya, laki-laki itu terlihat gemas lalu mengacak rambut Arga yang sudah beberapa hari ini tak bertemu.

"Kamu rindu pada papa atau oleh-oleh nya?" Ledeknya berdiri.

"Dua-dua nya dong pa." Jawab Arga semangat.

"Baiklah-baiklah, biar bibi yang akan mengambilkan oleh-oleh mu di mobil. Dan sekarang mari kita main." Laki-laki itu tiba-tiba mengangkat Arga dalam gendongannya.

"Baru kelihatan batang hidungmu, kemana aja?" Dengus seorang wanita yang muncul dari sebuah ruangan.

"Jangan menampilkan wajah jelekmu di depan anak ku, nanti dia takut." Kekeh laki-laki itu.

"Aku ibu nya." Sahut wanita itu memutar bola matanya malas.

"Aku tau." Ucapnya berlalu menuju halaman belakang dengan sang bocah yang tertawa senang. Sedangkan Wanita itu tampak menggerutu sebal.

"Ingat jangan berhubungan lagi dengan wanita itu." Peringatnya, laki-laki itu nampak acuh, lagi-lagi membuatnya menghembuskan nafas kesal namun ia tahu laki-laki itu akan memikirkan ucapannya karena dia sangat menyayangi Arga.

🌿🌿🌿

"Gue dapet kerjaan buat lo Na di toko bunga, gak begitu buruk karena itu toko bunga ternama." Ucap Fely melalui sambungan telepon, Nara tampak diam dan menunduk.

"Gak mungkin 200 juta bisa terkumpul dalam sekejap mata ." Batin nya.

"Hallo Na, kok diem. lo gak suka sama pekerjaan nya?" Tanya nya.

"Eh-, enggak kok, kapan aku bisa bekerja?" Tanya Nara.

"Seperti nya minggu depan, soalnya toko nya lagi tutup dan mulai buka minggu depan." Jawabnya.

"Makasih Fel aku pasti pertimbangkan, kamu sudah begitu banyak membantuku, rasanya aku malu gak bisa membalas apapun."

"Udah gue bilang berapa kali jangan berlebihan kaya gitu Nara sayang, yaudah gue mau balik kerja lagi nih. See you." Ucapnya sebelum menutup telepon.

Nara menatap nanar ponsel miliknya lalu beralih pada sebuah kertas, kini tak ada jalan lain lagi. Dengan menghela nafas berulang kali ia membubuhkan tanda tangan pada kertas perjanjian itu dan esok sesuai perintah ia akan menemui laki-laki yang akan menikah dengan nya. Namun di dalam hatinya ia bertanya, siap kah ia?

TBC

Lembaran kisah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang