[27]. Belanja Bersama

2K 160 73
                                    

Happy Reading...

"Ma."

"Iya sayang?" Nara membelai rambut Arga, bocah menggemaskan itu tengah duduk di samping Nara sambil menonton film Thomas kesukaan nya sedangkan Gavin tengah duduk di sofa yang berbeda.

"Apa papa beneran udah gak nakal lagi ma?" Arga melirik Gavin cuek, sedangkan yang dilirik mendelik tak terima.

"Emang sejak kapan sih papa nakal?"

"Mama jangan belain papa deh." Cemberut Arga membuat Nara terkekeh. 

"Memang kenyataan nya papa gak nakal." Sahut Gavin sebal.

"Boong banget papa ni." Gavin Mendelik, di pikiran Gavin  Arga sekarang semakin menyebalkan.

"Emm, mas?"

"Hmmm." Jawabnya cuek.

"Aku izin mau pergi belanja ya mas, aku belum belanja kebutuhan dapur lagi kosong, bentar lagi juga udah harus masak buat makan siang."

"Wah pa, ayo kita ikut mama belanja." Seru Arga heboh.

"Eh, Arga di rumah aja sama papa." Sahut Nara.

"Gak mau, ayo pa ikut." Rengek Arga pada Gavin.

"Gak usah aja kita di rumah biar mama yang belanja." Sahut Gavin malas.

"Tu kan papa nakal lagi." Gavin melotot, kenapa Arga sekarang selalu menyalahkan dia, "waktu itu kan papa udah janji kalo papa gak sibuk baru boleh keluar tapi bareng papa, sekarang ayo ikut mama, pa." Arga mencebik.

"Oke-oke kita pergi." Balas Kevin pasrah, Arga berteriak senang memeluk leher Nara karena posisi Arga berdiri di sofa.

Akhirnya mereka bertiga pergi ke sebuah supermarket terdekat dengan Nara yang memakai topi dan juga masker, semua itu adalah perintah Gavin karena Nara tau laki-laki itu tak ingin ada seseorang yang mengenalnya akan melihat Gavin bersama Nara. Sebenarnya Arga sudah protes kenapa Nara memakai nya namun Nara memberi alasan untuk kesehatannya, berhubung Arga yang tak tau apa-apa pun hanya mengiyakan walau Arga juga meminta memakai masker juga dan Gavin pun diminta Arga memakainya juga.

Nara sejak di parkiran hingga memasuki supermarket pun tak henti-henti nya menoleh kebelakang ataupun sekitar, entah mengapa ia merasa seperti ada yang mengikutinya dan memperhatikan nya hal itu tentu saja membuat Nara takut sebab kejadian seperti ini juga pernah dialami di masa lalu.

"Ma,- mama." Nara terlonjak kaget begitu mendengar suara Arga.

"Eh iya sayang, kenapa?"

"Mama kenapa sih kok kaya takut?" Arga melihat Nara dengan raut wajah khawatirnya sedangkan Gavin hanya melirik sebentar dengan kening berkerut.

"Nggak papa, mama gak papa kok, Arga mau apa lagi? Kayaknya kita udah selesai belanjanya." Ucap Nara.

"Arga mau es cream ma, boleh ya?"

"Boleh dong, yaudah Arga pilih escream nya di depan ya sama papa, mama mau ke toilet dulu." Nara tersenyum hangat pada Arga lalu beralih menatap Gavin, "mas sekalian bayar ke kasir nya ya, gak papa kan?"

"Hmm, jangan lama saya gak mau nunggu." Nara hanya mengangguk lalu bergegas pergi.

Nara menatap dirinya di pantulan cermin, membuka masker yang ia pakai lalu melihat wajahnya yang sudah pucat bukan karena sakit melainkan ia dilanda rasa takut, kejadian malam kemarin di tambah saat ini ia merasa ada yang mengikuti nya jelas saja teror itu akan kembali lagi, ia cemas bagaimana bisa menghadapi nya di situasi sekarang kalau dulu saja ia hampir gila.

Dengan menghela nafas perlahan Nara mencoba meyakinkan diri bahwa semua nya akan baik-baik saja, dulu dan sekarang sudah berbeda ia harus bisa lebih berani menghadapi nya, ia harus bergegas keluar karena tak ingin membuat Gavin marah namun mendadak langkah nya berhenti membeku begitu dari kejauhan Nara dapat melihat di dekat kasir sana telah hadir seseorang yang membuat Nara kembali sesak, di sana nampak Anes tengah mengelus rambut Arga walau bocah itu sedikit menghindar namun tawa serta senyum itu membuat Nara tersenyum miris apa lagi melihat Gavin yang juga terlihat tersenyum walau hanya senyum tipis, entah sejak kapan laki-laki itu melepas masker nya. 

Nara membiarkan nya sampai Anes benar-benar pergi baru ia bergerak mendekat, bersyukur ia menggunakan masker dan topi setidaknya ia bisa menutupi bibir yang berusaha ia gigit agar bisa menghilangkan rasa sesak di hati nya walau mata sudah mengembun tapi ia berusaha menghalau nya.

"Kalian tadi seperti keluarga kecil yang manis, cocok." Ucap kasir yang Nara dengar, jelas saja kasir itu memuji bahkan Anes nampak lebih serasi di sandingkan dengan seorang Gavin, kasir cantik itu saja sampai menatap penuh binar.

"Tante sembarangan ngomong deh, papa itu punya mama." Sahut kesal Arga.

"Eh,-" Kasir tersebut nampak kaget mendengar nya, mungkin terlalu mengagumi Anes dan Gavin membuat ia kehilangan kendali.

"Mama." Sambut Arga senang begitu melihat Nara sudah berada di dekatnya.

"Eh,- ma-maaf mas saya sudah lancang tadi." Kasir itu nampak menunduk bersalah, Gavin hanya mengangguk singkat.

"Sudah selesai? Maaf ya mama lama." Ucap Nara mengelus rambut Arga.

"Udah ma, sekarang ayo kita pulang." Ajak Arga menggandeng tangan Nara dan juga tangan Gavin untuk keluar.

🌿🌿🌿

"Mama sudah selesai masaknya?" Tanya Arga, Nara yang baru datang dari dapur pun mendudukan diri di samping Arga.

"Sudah." 

"Ayo kita makan." Sahut Arga senang membuat Nara terkekeh.

"Kamu lupa lagi makan es cream, es cream nya aja belum habis." 

"Oh iya ma Arga lupa, kalo gitu Arga abisin escream nya dulu ya. Arga udah gak sabar makan masakan mama." Nara tersenyum menatap Arga yang dengan cepat menghabiskan es cream nya.

"Kok makan nya belepotan sih hmm." Nara mengusap pipi Arga yang sudah belepotan es cream.

"Mas tolong ambilkan tisu ya." Ucap Nara begitu Gavin datang dari lantai atas.

"Kamu merintah saya?"

"Eh,- maaf mas." Jawab Nara menunduk.

"Pa, jangan nakal. Cuma disuruh ambil tisu aja lemah." Gavin mendelik, namun langsung pergi mengambil tisu.

"Nih, udah gede juga makan es cream belepotan. Malu sama Dela." Nara tersenyum melihat Arga yang memanyunkan bibirnya. Nara ingat Dela, Arga dulu pernah cerita kalau Dela adalah teman Arga yang rumahnya berada di samping rumah Arga.

"Arga udah gak teman sama Dela tau pa." Ucapnya sambil mengelap bibir nya dengan tisu.

"Kenapa?" Tanya Gavin.

"Dela masih cengeng jadi Arga gak mau teman sementara ini."

"Dih sok-sok an, ntar juga nyariin." Sungut Gavin tak percaya.

"Spada." Teriak seseorang memasuki rumah membuat mereka kompak menoleh.

"Ngapain lo kesini?" Sinis Gavin menatap Fajar tak suka.

"Kenapa sih? Dulu juga sebelum nikah sering kesini biasa aja, sekarang gak enak banget tu muka." Jawab Fajar lalu tersenyum sumringah menatap Nara .

"Ganggu." Balas Gavin pelan.

"Apaan Vin?" Tanya Fajar memincing yang hanya dibalas Gavin dengan dengusan malas.

"Mas Fajar ada urusan sama mas Gavin?" Tanya Nara.

"Eh nggak, mau ketemu sama,-" Matanya melirik Gavin yang sudah menatapnya tajam, "sama kalian dong, wah ternyata ada Arga kebetulan kangen sama ponakan lucu satu ini." Tawa Fajar mengacak gemas rambut Arga.

"Iiss om berantakan ni rambut Arga." Cemberut Arga.

"Oh, ya udah sekalian makan siang yuk. Kebetulan kita mau makan siang, mas Fajar belum makan siang kan?" Ajak Nara.

"Wah kebetulan banget, cewek idaman banget." Puji Fajar.

"Istri." Ketus Gavin.

"Iya istri, ribet amat kan Nara cewek juga." Sahut Fajar.

"Ini kapan si makan nya ma, kok om sama papa ngomong terus." Celetuk Arga membuat mereka terdiam.

"Oh iya, yaudah yuk." Ajak Nara menggandeng tangan Arga menuju meja makan diikuti Fajar dengan senyum sumringah berbanding terbalik dengan Wajah Gavin yang masam.

TBC

Udah ada yang bisa nebak siapa dalang teror nya kira-kira?

Lembaran kisah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang