[17]. Keluarga Nico

1.9K 141 52
                                    

Happy Reading...

Nara sibuk menata makanan yang ia masak di atas meja makan ditemani Arga yang duduk manis menatap hidangan dengan mata berbinarnya. Telinganya mendengar langkah seseorang yang Nara tebak mungkin saja Gavin sudah pulang dan langsung naik ke atas, Nara tak menyambutnya karena menyambut laki-laki itu akan mendapatkan hal yang sia-sia, ia tak ingin mendengar kata-kata pedas dari suami nya terlebih ada Arga di rumah ini.

Tak berselang lama suara bel berbunyi, Nara bergegas membuka pintu mungkin saja itu adalah tamu yang Gavin maksud.

"Selamat malam." Senyum Nara pada seorang laki-laki dan perempuan serta seorang anak kecil begitu membukakan pintu.

"Malam." Jawab semua nya, Nara mempersilahkan mereka masuk dan duduk di sofa ruang tamu dengan anak kecil yang menatap Nara dengan binar, Nara mempersilahkan mereka masuk.

"Kenalin, saya Fany, ini suami saya Nico dan anak kami, Deo. Suami saya ini kakak dari Gavin." Nara baru sadar jika laki-laki itu pernah Nara lihat di pernikahannya waktu itu, namun laki-laki itu tak begitu lama berada di sana dan tidak sempat mengobrol dengan Nara hanya ucapan selamat sebelum beranjak pergi. Begitulah kondisi pernikahan mereka yang tak begitu berkesan.

"Saya Nara." Nara tersenyum sopan.

"Ayo Deo sapa tante dulu." Perintah Fany pada Deo.

"Halo tante." Sapa Deo begitu menggemaskan.

"Halo sayang, Deo umur berapa?" Tanya Nara.

"Umur enam tahun tante." Jawab Deo di anggukin Nara dengan senyuman.

"Maaf waktu pernikahan kalian saya tidak bisa hadir, waktu itu suami saya yang datang walau tidak begitu lama karena saat itu jam penerbangan kepulangan dia ke London, kami memang tinggal di sana." Ucap Fany menjelaskan merasa bersalah menatap Wilo.

"Iya, saya juga minta maaf karena terkesan buru-buru sampai tidak mengobrol terlebih dulu bahkan berkenalan, saat itu kabar pernikahan kalian begitu mendadak buat kami dan saya memang tidak menyiapkan apa-apa termasuk waktu." Sambung Nico.

"Gak papa mbak, mas. kami mengerti." Nara tersenyum, perasaannya masih sungkan walau dengan keluarga suami nya sendiri.

"Gimana? Apa Gavin begitu merepotkan?" Kekeh Nico tak sedingin yang Nara bayangkan.

"Enggak kok mas Nico." Nara bergerak salah tingkah, "oya tadi mas Gavin baru pulang, mungkin dia masih mandi." Lanjutnya.

Nico tampak berdecak pelan, "dasar masih saja gila kerja." Ucapnya.

"Mama." Suara Arga membuat semua nya menoleh, Arga berjalan menghampiri Nara.

"Om Nico, tante Fany." Arga tersenyum sumringah, bergerak ke arah mereka yang sudah merentangkan kedua tangannya untuk memeluk bocah itu.

"Astaga udah makin gede aja ya kamu." Kekeh Nico mengacak rambut Arga gemas.

"Tante tu kangen banget Arga." Fany menarik pelan kedua pipi Arga.

Arga tampak melirik Deo yang memandang malas Arga membuat Arga mengerucutkan bibirnya gemas.

"Kak Deo gak kangen Arga?" Tanya Arga membuat semua nya kompak menoleh pada kedua bocah itu.

"Arga gak begitu ngangenin." Jawabnya mendapat cebikan dari Arga, Arga kembali berjalan mendudukan diri di samping Nara.

"Ma, kapan kita makan? Arga udah laper liat masakan mama." Ucap Arga menatap Nara, Nara terkekeh gemas lalu memandang kedua sepasang suami istri yang tampak terkejut.

"Arga manggil kamu mama?" Tanya Fany penasaran.

"I-iya mbak." Jawab Nara.

"Kok bisa sih?" Nara menggigit bibirnya bingung sekaligus merasa tak enak, Nara takut kalau mereka berpikir bahwa ia akan menguasai Arga dari ibu nya.

"Mami yang nyuruh tante, kan papa udah punya mama Nara, jadi papa pasangannya itu mama, itu kata mami." Jawab bocah laki-laki yang seperti paham dengan pertanyaan tante nya.

"Tumben mau." Gumam pelan Nico merasa bingung.

Kehadiran Gavin membuat mereka mengalihkan pembahasan yang disyukuri oleh Nara, Gavin kemudian duduk di samping Arga.

"Masih aja gila kerja." Dengus Nico.

"Kenapa?" Tanya Gavin malas.

"Ya gak papa sih cuma kan udah ada istri tu coba pulang sore aja gak usah sampe malam juga." Jawab Nico.

"Gue rasa kalian cukup tau pernikahan ini seperti apa." Ucapan Gavin membuat suasana menjadi hening tidak nyaman, termasuk hati Nara yang tersentil cukup kuat seolah Gavin sedang mengingatkan posisinya tidak lebih dari istri yang tidak diharapkan.

"Kita makan malam sekarang yuk, Arga udah laper kan, Deo juga pasti lapar?" Kedua bocah itu mengangguk semangat, Nara hanya berusaha mengalihkan suasana yang tidak nyaman untuk di bahas ketika terdapat anak kecil di antara mereka, Nara takut mereka kelepasan berdebat dan didengar oleh Deo dan juga Arga.

"Wah pasti masakan kamu enak banget deh soalnya dari tadi udah kecium sampe sini." Timpal Fany ikut memecah ketegangan.

"Semoga kalian suka, maaf kalo hidangannya sederhana." Ucap Nara.

"No problem, kita pemakan semua nya." Kekeh Nico di hadiahi tawa Fany.

"Yaudah kalo gitu langsung aja yuk." Ajak Nara berdiri membuat mereka semua melangkah menuju ruang makan.

***

Pagi ini seperti pagi sebelumnya terbangun dengan Gavin yang memeluk Nara dari belakang, kedua nya jelas terbangun dengan perasaan gugup dan salah tingkah. Namun Arga yang melihat hanya mendengus tidak suka, entah mengapa Arga terlihat lebih posesif pada Nara yang tak suka dikuasai oleh Gavin saat tidur hal itu menambah kegemasan bagi Nara.

"Mas sarapannya sudah siap." Ucap Nara begitu membuka pintu kamar, terlihat Gavin tengah mengancingkan lengan kemeja nya.

"Hmm." Jawabnya singkat. Nara yang tak di butuhkan pun berbalik untuk kembali ke ruang makan, namun baru beberapa langkah suara Gavin membuat ia menghentikan langkahnya.

"Bi Ainur tidak akan bekerja entah sampai kapan, jadi kamu harus menggantikan pekerjaannya di rumah ini sampai ia kembali." Ucap Gavin di angguki Nara tanpa berbalik menghadap Gavin, Nara tak keberatan harus mengurus rumah sebesar ini sendirian, namun ucapan selanjutnya Gavin lah yang membuat ia kembali menahan sesak.

"Setidaknya kamu berguna di rumah ini tidak hanya untuk hidup nyaman, sadari posisimu. Kelonggaran sebelumnya itu karena keberadaan Arga." Nara mengangguk dan buru-buru pergi dari situ, ia tidak ingin berlama-lama mendengar kata-kata Gavin yang cukup menyakitkan untuknya, rupa nya akhir-akhir ini laki-laki itu bersikap manis menurut Nara, ternyata tak mengurangi sifat aslinya.

"Papa lama banget sih, Arga kan dah laper." Ucap Arga mengerucutkan bibirnya begitu Gavin berada di sampingnya. Gavin terkekeh singkat mengacak rambut Arga gemas tak lupa matanya melirik Nara yang acuh dengan kehadiran Gavin, ia terlihat mengisi nasi goreng pada piring-piring mereka.

"Maaf deh lain kali papa usahakan cepat biar anak papa gak kelaparan." Kekeh Gavin mendudukan diri berhadapan dengan Nara yang masih setia dengan kesibukannya tanpa menatap kehadiran Gavin sejak tadi.

"Ayo sayang kita makan, jangan lupa berdoa ya." Ucap Nara tersenyum pada Arga yang di angguki bocah itu. Mereka menikmati sarapan dalam diam, hanya beberapa kali Arga yang tampak berceloteh termasuk ia yang merindukan ibu nya yang belum juga pulang juga Arga yang menagih permintaan Arga saat video call kemarin, Gavin membelikan semua nya tapi untuk es cream Gavin tak membelikan alasan sudah malam padahal bisa di simpan di kulkas.

Hari ini Nara sudah kembali bekerja, kedatangan keluarga kecil Nico membuat kedua orang tua Gavin mengajak serta Arga untuk jalan-jalan bersama, awalnya Nara turut di ajak namun ia menolak dengan halus karena merasa tak nyaman dengan Gavin yang jelas tidak setuju. Mengingat keluarga Nico, semalam juga setelah makan malam dan ngobrol sebentar, mereka memutuskan untuk menginap di rumah orang tua Gavin walau Nara sudah menawarkan kamar untuk mereka, mereka memang hanya beberapa hari di sini itu membuat mereka membiarkan Deo lebih banyak waktu dengan oma dan opa nya.

TBC

Lembaran kisah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang