[31]. Sakit

2.4K 187 121
                                    

Happy Reading...

Nara terbangun begitu mendengar suara ringisan dari samping, mata nya perlahan terbuka lalu mengerjapkan matanya berulang kali melihat wajah Gavin tepat di hadapannya. Setau nya ia semalam tidur sendiri bagaimana bisa Gavin berada satu ranjang dengan nya lagi.

"Eh-," Nara langsung terduduk ketika mendengar kembali ringisan Gavin, tangan Gavin memeluk perutnya erat, wajahnya sudah di banjiri oleh peluh.

"Astaga mas Gavin, mas Gavin kenapa?" Nara panik sendiri.

"Sa-sakit." Gumam Gavin pelan.

"Sakit? Mas Gavin sakit apa? Apanya sakit?" Nara tampak khawatir lalu mengusap peluh di kening Gavin.

"Perut saya sakit, kamu jangan banyak tanya dong saya lagi sakit ini." Ucapnya menahan sakit.

"Aku panggilin dokter ya?" 

"Gak usah, saya benci dokter." Jawabnya. Seingat nya dulu saat Nara sakit ia pernah disindir karena tak ingin ke dokter, tapi lihat? Bahkan kini laki-laki itu juga tak suka dokter.

"Biar tau sakit nya apa mas, aku gak tau harus ngasih obat apa nanti salah-salah makin parah." Ucap Nara.

"Cukup kamu diam saja." Sahutnya, "dan jangan kemana-mana." Lanjutnya pelan begitu Nara sudah hendak turun dari ranjang.

"Aku mau buatin mas bubur dulu buat sarapan, sekalian air hangat supaya lebih tenang perut mas Gavin."

"Nanti aja, biar aku suruh Fajar belikan." Ucapnya dengan perlahan menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang.

"Eh, kan ada aku mas kenapa ngerepotin mas Fajar? Mas Fajar pasti lagi sibuk."

"Kamu kenapa sih belain Fajar terus." Kesal Gavin.

"Iya maaf mas Gavin." Ucapnya.

"Bantuin saya ke kamar mandi." Nara mengangguk dengan sigap memapah Gavin menuju kamar mandi.

"Kok bisa sakit sih mas perutnya? Emang mas Gavin abis makan apa?" Tanya Nara sambil membantu Gavin kembali duduk di ranjang.

"Habis makan masakan kamu kan." Desis Gavin.

"Tapi kan gak mungkin aku mau ngeracunin mas Gavin."

"Siapa yang tau, kamu pengen cari yang lain. Fajar atau Raka-Raka itu mungkin." Jawab nya acuh.

"Aneh mas Gavin." Bingung Nara.

"Kamu ngatain saya aneh?" Kesal Gavin.

"Eh, nggak mas. Perutnya masih sakit?" Gavin mengangguk.

"Mending mas Gavin baring aja."

"Saya capek baring terus." Nara hanya mengangguk tak memaksa, entah kenapa Gavin yang sakit seperti ini makin sulit di mengerti.

"Yaudah aku buatkan air hangat dulu ya." Nara sudah berbalik, namun entah Gavin yang terlalu kuat menarik tangan Nara atau memang Nara yang lemah membuat tubuhnya berbalik kembali dan terduduk di tepi ranjang dengan tubuh yang hampir menyentuh tubuh Gavin, wajah mereka cukup dekat membuat mereka saling tatap dalam diam dengan pikiran masing-masing, Gavin yang semula menatap mata Nara berubah turun menatap bibir pink tanpa polesan apapun namun terlihat begitu menggoda hingga tanpa sadar Gavin memajukan wajahnya hingga bibir mereka bertemu, Nara tak bereaksi apa-apa selain terkejut dengan mata yang membola tak percaya. Awalnya hanya ciuman biasa namun lama-lama berubah menjadi lumatan lembut, tangan Gavin sudah berada di sisi wajah Nara, ia semakin memperdalam ciumannya namun Nara masih diam tak bergeming, tangan Nara bahkan mencengkram selimut dengan kuat, ia masih tak menyangka walau debaran jantungnya semakin menggila.

Lembaran kisah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang