[16]. Video Call

2.1K 149 65
                                    

Happy Reading...

Nara yang masih membayangkan kejadian tadi pagi pun masih membuat ia senyum-senyum sendiri, kejadian langka yang di pandangan Nara begitu menggemaskan di tambah Gavin yang tak lagi begitu banyak mengeluarkan kata-kata pedas nya, entah ia harus bersyukur pada kehadiran Arga atau masih memikirkan rasa bersalah nya pada Arga karena telah masuk ke kehidupan keluarga mereka.

"Ma-," Nara tersentak begitu Arga memanggilnya.

"Iya sayang, kenapa?"

"Mama kenapa sih senyum-senyum sendiri?" Pertanyaan Arga membuat Nara salah tingkah.

"Eh gak papa kok, oya Arga nanti siang mau makan apa? Nanti biar mama masakkan." Senyum Nara mengalihkan.

"Arga pengen makan spaghetti ma."

"Yakin gak mau makan yang lain?" Tanya Nara mendapat anggukan dari Arga.

"Mah video call papa dong." Nara mengerjapkan matanya berulang kali dengan permintaan Arga yang tentu saja membuat Nara bingung, jelas saja bingung kalau selama menikah mereka tak pernah menghubungi satu sama lain, ya karena nomer nya saja tidak punya.

"Em-, papa kaya nya lagi sibuk deh sayang. Emang Arga mau ngapain?"

"Arga pengen ngomong aja sama papa ma, ayo dong ma. Mau telpon mami juga pasti sibuk." Ucap Arga mengerucut.

"Eh Arga tau dari mana kalo mama Arga tu sibuk?" Tanya Nara.

"Kata mami, selama mami di Singapore mami bakal sibuk nanti kalo gak sibuk mami bakal telpon papa buat ngomong sama Arga." Jawab Arga.

"Kamu kok manggil mami bukan mama?" Tanya Nara.

"Biar bisa bedain, kan papa udah sama tante cantik jadi mama nya udah punya tante." Cengir bocah menggemaskan itu, namun sisi hati Nara merasa sedikit tercubit, seolah ia menjadi penggeser tahta seorang mama dari keluarga kecil Arga.

"Ayo dong ma video call papa, siapa tau papa udah di telpon mami." Nara bingung harus bagaimana, bagaimana mau video call kalau nomer Gavin saja ia tak punya, ia tak mungkin mengatakan pada Arga kalau mama nya tak punya nomer papa nya, terlihat sangat aneh walau Arga mungkin saja tak begitu paham dan akan terus memaksa bagaimana pun cara nya.

"Bentar ya sayang." Nara sedikit berfikir apa yang akan ia lakukan untuk mendapatkan nomor Gavin, namun dengan cepat ia mengingat Fajar yang waktu itu sempat bertukar kontak dengannya karena takut-takut ada hal penting atau dibutuhkan.

Nara bangkit dari duduk nya meminta ijin Arga untuk mengambil minum terlebih dahulu, sebenarnya Nara hanya beralasan sebab ia tak mungkin menelpon Fajar di depan Arga hanya untuk meminta nomer Gavin.

"Hallo Na? Kenapa?" Tanya Fajar begitu panggilan terjawab.

"Emmm-," Nara sungguh tak enak mengatakannya.

"Iya kenapa? Kayaknya ada hal penting banget sampe gak berani ngomong." Kekeh Fajar di seberang sana.

"Eh enggak kok mas Fajar, itu,-anu apa tu,- mas Fajar punya gak nomer mas Gavin?" Cicit Nara di akhir. Fajar terdengar sedang menahan tawa nya seolah apa yang dibicarakan Nara adalah sesuatu yang lucu. Nara meringis karena memang harus nya ia tak bertanya jelas saja Fajar mempunyai nomor Gavin.

"Astaga Nara, jadi selama ini kamu gak punya nomer nya Gavin, bener-bener ya kalian ini. Kalo aku ya jelas punya lah kan temannya, tapi kamu istrinya loh." Kekeh Fajar, Nara menggaruk kepalanya malu walau hal itu jelas tak terlihat oleh Fajar.

"I-iya mas maaf merepotkan, aku boleh minta kan?"

"Iya boleh dong, yaudah aku kirimin lewat wa aja ya?"

"Iya mas, makasih ya maaf udah ganggu mas Fajar." Nara tersenyum senang

"Iya gak papa santai aja, kaya sama siapa." Kekeh Fajar, Nara mengangguk berpamitan pada Fajar dan mengakhiri sambungan telpon nya.

"Kok lama mah, terus minum nya mana?" Tanya Arga Begitu Nara datang.

"Eh maaf sayang, itu mama minum di sana aja udah terlanjur haus." Jawab Nara bohong.

"Mama tanya papa dulu ya kira-kira sibuk apa enggak buat video call." Ucap Nara mendapat anggukan dari Arga.

Nara mulai menyimpan nomor Gavin dan mengetikan sesuatu pada room chat WhatsApp nya.

Mas Gavin

Mas aku Nara, maaf mengganggu, ini Arga minta Video call sama mas. Mas sibuk gak?

Begitu menekan kirim tak sampai 2 detik pesan itu langsung di baca oleh Gavin, Nara sedikit mengernyit merasa aneh karena begitu cepat Gavin membacanya padahal ia saja belum sempat keluar dari room chat itu tapi mungkin saja Gavin tidak sibuk. Tak berselang lama panggilan video memenuhi layar ponselnya membuat Nara sempat terkejut dengan gerakan cepat pula Nara mengangkatnya, Nara sempat melihat Gavin yang sepertinya berada di ruangan nya sebelum ia menyerahkan ponselnya pada Arga.

"Hallo papa, Arga kangen. Papa makan siang di rumah enggak?" Ucap Arga yang menampilkan wajah senangnya.

"Papa masih ada kerjaan, Arga makan siang sama mama aja ya." Nara dapat mendengar suara Gavin yang terdengar begitu lembut pas seperti seorang ayah yang berbicara pada buah hatinya.

"Pa, mama ada telpon papa enggak?" Tanya Arga yang sepertinya merindukan ibu kandung nya.

"Mami mungkin masih sibuk, Arga gak boleh rewel ya? Kapan lagi kan Arga bisa sama papa." Ucap Gavin mendapat anggukan dari Arga.

"Nanti papa pulang Arga mau apa? Nanti biar papa belikan."

"Arga mau es cream pa, jajan, terus balon." Jawab nya semangat.

"Loh tadi katanya gak mau, tunggu jalan sama papa aja." Tadi memang sebelum berangkat kerja, Gavin menjanjikan untuk meminta orang suruhan nya membelikan semua yang diinginkan Arga namun Arga menolak, katanya nanti saja saat jalan bersama papa.

"Iya nanti kalo jalan sama papa minta lagi." Cengir Arga.

"Baiklah. Mama mau masak apa untuk makan siang?" Nara menggigit bibirnya menahan senyum, bahkan pipi nya sedari tadi memanas karena Gavin yang terlihat begitu lembut berbicara pada Arga dan kembali menyebutnya mama.

Arga melihat Nara sebentar sebelum kembali beralih pada layar ponsel yang menampilkan wajah Gavin, "mama mau masakan Arga spaghetti pa, Arga yang pengen." Gavin tampak mengangguk paham.

"Kalo gitu udah dulu ya pa." Gavin mengangguk.

"Berikan ponselnya pada mama, papa mau bicara." Arga mengangguk mengangsurkan ponselnya pada Nara disambut Nara dengan ragu.

Nara bergerak salah tingkah begitu padangan mereka saling bertemu. Ini untuk pertama kali nya mereka melakukan panggilan video yang dengan jelas menampilkan wajah mereka memenuhi layar ponsel.

"Siapkan makan malam lebih banyak, akan ada tamu yang datang." Ucap Gavin setelah beberapa saat mereka saling terdiam.

"I-iya mas, apa ada makanan khusus?" Tanya Nara.

"Tidak ada, terserah kamu saja. Asal jangan mengecewakan." Jawabnya dengan wajah datar.

"Baik mas." Setelah itu mereka mengakhiri panggilan dengan jantung Nara yang berdetak lebih cepat.

TBC

Lembaran kisah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang