[24]. Raka

2.1K 187 70
                                    

Happy Reading...

"Sepertinya aku harus menyusun rencana kedepan nya, aku benar-benar sudah muak. Ayo kita mulai bermain dari kebahagiaan mu, ah ya kurasa sekarang dia hidup menderita dan aku akan membuat nya tambah menderita." Seseorang itu tampak tersenyum licik menatap foto seorang perempuan dengan raut benci nya.
.
.
.

Usai bekerja Nara tak langsung memutuskan pulang, ia memilih duduk di sebuah bangku taman untuk menyendiri, suasana senja menemani nya dengan angin yang berhembus menusuk kulit. Ia tak langsung pulang karena ia tahu Gavin juga akan pulang malam hari ini, ya walau setiap hari laki-laki itu selalu pulang malam tapi Nara pastikan Gavin akan pulang lebih lambat dari biasanya.

Tidak tanpa alasan Nara menebak itu, sebab tadi ia sempat mendengar Anes tengah menelpon entah dengan siapa yang jelas ia mengatakan akan pulang terlambat karena akan makan malam bersama Gavin, hal itu yang membawa nya berada di sini menyendiri memikirkan perasaan nya yang entah mengapa merasa sesak.

Nara kini menyalahkan diri nya sendiri telah lalai menjaga hati nya, andai ia tak memberi celah membuka hati nya mungkin ia tak merasakan terluka seperti ini walau nyata nya selama ini ia sudah merasakan lubang luka yang menganga semenjak ia harus menikahi laki-laki itu, laki-laki yang sampai saat ini tak akan bersikap hangat pada nya. Jika berbicara soal cinta Nara sendiri bingung apa yang ia rasakan saat ini, ia masih meraba perasaan nya terhadap suami nya namun ia tak menampik ada rasa senang berdekatan dengan laki-laki itu sekaligus terusik ketika ada perempuan lain yang dekat dengan suami nya.

"Ck, dasar cewek kalo lagi galau pasti ngelamun, merenungi nasib dengan wajah nelangsa nya." Nara terkejut mendengar kehadiran seseorang, ia tampak asik melamun terlalu sibuk dengan dunia nya sampai ia tak sadar entah sejak kapan seseorang itu hadir. Ia mendongak lalu menatap ke samping tampak seorang laki-laki berdiri di sampingnya, wajahnya tak menatapnya pada nya masih fokus ke depan lalu mengangkat kamera yang menggantung di leher nya untuk membidik objek yang bagus menurutnya.

Nara masih tampak terdiam, ia tak ingin menyahut takut laki-laki itu sedang tak berbicara kepada nya walau ia tahu tak ada seorang pun di sekitarnya, hanya ada beberapa orang di taman ini yang jelas jauh dari nya.

Tak mendengar suara apa pun, laki-laki itu menurunkan kamera nya lalu menoleh kesamping hingga tatapan mereka bertemu, laki-laki itu tampak terpaku beberapa saat sampai kedua nya kembali menatap kedepan dengan perasaan salah tingkah dan tidak nyaman.

"Aku Raka, apa aku boleh berkenalan?" Nara terlonjak kaget menatap seseorang yang tengah mengulurkan tangan nya, Nara menatap uluran tangan itu ragu, ia sama sekali tak mengenal laki-laki itu jelas saja mungkin Nara takut jika laki-laki itu berniat jahat.

"Apa aku terlihat seperti penjahat sampai kamu ketakutan?" Tawa Raka melihat raut wajah Nara

"Bukan kah orang jahat juga ada yang menutupi kedok dari kebaikan nya?" Nara balik bertanya dengan polosnya.

"Ah benar juga, kita susah membedakan mana orang baik, mana orang jahat." Kekeh Raka menurunkan tangan nya, "tapi aku beneran orang baik, kamu tenang aja."

"Saya cuma bercanda kok." Kekeh Nara yang melihat wajah Raka terlihat serius. Laki-laki itu tampak takjub dengan apa yang dia lihat mengapa perempuan yang ia lihat ini begitu menggemaskan.

"Saya Nara." Nara kini kembali mengulurkan tangannya lalu tersenyum hangat, sejenak laki-laki itu terpana sebelum ia dengan cepat menyambut uluran tangan Nara.

"Maaf ya mas Raka saya gak bermaksud menuduh mas Raka orang jahat." Ucap Nara bersalah.

"Eh kenapa minta maaf, wajarkan seseorang bertemu orang asing pasti takut." Raka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, berpikir mengapa Nara baik sekali, bahkan Nara malah terlihat bersalah dengan orang asing yang bisa saja membahayakan nya.

Lembaran kisah (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang