8

1.1K 77 2
                                    

Aduhhhh.... Hayati mohon maaf baru bisa Up :(.... Lagi banyak banget tugas soalnya jadi nggak sempet

Maaf ya... Yg nungguin ||emang ada?||

So, chek it out aja

.
.
.
.
.
.
.
.

Klekk...

Suara pintu sukses mengalihkan perhatian ketiga laki-laki tersebut.

"Ayah?" Kata Dion yg terkejut, tak menyangka Ayahnya datang tiba-tiba. Pasalnya, Dion belum menghubungi Ayahnya dari tadi.

Tak jauh berbeda dg Dion, Galang pun sama terkejutnya dg kemunculan Sang Ayah.

Dengan wajah tegas seperti biasanya, Riharja berjalan menghampiri mereka bertiga.

"Ikut Ayah! Ayah mau ngomong sesuatu sama kamu."

Sunyi. Tak ada percakapan sama sekali diruangan itu ketika dg mudahnya Riharja pergi meninggalkan ruang inap Galang setelah kata perintah itu keluar dari lisannya, bahkan tanpa bertanya keadaannya sama sekali.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan Galang saat ini, karena itu benar-benar membuatnya sedih.

Sehabis selesai dg rasa bersalahnya, Dion mengikuti Ayahnya keluar ruangan.

"Maksud Ayah lo apaan sih anjir!!! Nggak liat apa lo nangkring disini?!"

"Tanyain kek, khawatir kek, atau apa gitu!! Bukannya malah bawa Abang lo!"

Bodoh lo, Lang. Mana mungkin Ayah lo khawatir lo kenapa-napa? Bahkan dia sendiri nggak segan bikin lo kenapa-napa__Galang.

"Udah nggak papa, mungkin Ayah nggak ngeuh gue disini." Kata Galang agar Adib lebih tenang yg sebenarnya untuk menguatkan dirinya sendiri.

"Nggak ngeuh apa sih anjir?! Lo gedhe gini masa nggak keliatan?!"

"Dib...!"

Di waktu yg sama dg tempat yg berbeda, berdirilah dua pria yg sedang berhadapan antar satu sama lain dg raut wajah yg tak sama.

Suasana malam di taman rumah sakit yg terasa sejuk namun sunyi, semakin mendominasi diantara keduanya.

PLAK!

Satu pria dg balutan jas mewahnya menampar lelaki yg jauh lebih muda darinya.

Dion. Pria itu memgangi pipi kanannya dg alis yg bertaut, juga mata yg melebar tak percaya dg perlakuan Ayahnya yg tiba-tiba.

Setetes, dua tetes air mata jatuh di pipi Riharja setelahnya. Entah apa yg sedang dilakukan Ayahnya saat ini, tetapi Dion yg sempat ingin marah dg Ayahnya seketika luluh begitu saja saat melihat air mata Sang Ayah yg ia tau sudah sangat lama tak dikeluarkannya itu menetes cukup deras.

"Ayah..."

"Kenapa kamu nggak bilang sama Ayah?" Tanya Riharja yg tak lepas menatap mata putra sulungnya.

"Soal apa?" Tanya Dion bingung dg arah pembicaraan mereka.

"Kenapa kamu nggak kasih tau Ayah Galang disini?!!"

Dion terdiam, mencari maksud dari perkataan Ayahnya. Namun tak lama dari itu emosinya mencuat begitu saja menatap Ayahnya.

"Heuh! Kenapa aku harus kasih tau Ayah? Emang Ayah perduli?" Dg tatapan yg seakan meremehkan Riharja, Dion tersenyum miring.

"Apa maksud kamu? Jelas Ayah perduli, karena kalian anak Ayah!"

"Anak?... Okay gini, sekarang aku tanya. Maksud Ayah bilang kita anak Ayah, yg kapan? Sekarang? Atau dulu, sebelum Ibu meninggal?"

The RestraintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang