Suara derap langkah ikut mengiringi rumah mewah milik keluarga Riharja. Sang bungsu, Galang sudah turun dari lantai atas dg balutan seragam yg pas ditubuhnya yg mana menambah kesan tampan pada posturnya yg pas untuk anak kelas 11.
"Ayah belum berangkat?" Tanyanya setelah melihat Riharja yg terduduk di ruang makan bersama Sang Kakak.
"Tuh kan, Yah apa aku bilang."
"Bilang apa?" Tanya Galang.
Riharja terkekeh mengingat perkataan Dion yg bilang kalau Galang juga akan melontarkan pertanyaan yg sama dengannya, "Nggak papa, udah duduk!"
Galang menurut, duduk dg raut yg masih penuh tanda tanya.
"Ayah belum jawab."
"Habis ini Ayah mau check up lagi, Dek." Jawab Dion yg dibalas anggukan paham.
"Nanti kamu jangan kemana-mana ya? Langsung pulang aja. Nggak ada les kan?"
"Tapi Yah, nanti Galang diajak pergi sama Tante Riana."
"Cancle aja."
"Tapi Galang__"
BRAK!
Suara gebrakan meja yg cukup kuat mampu mengejutkan kedua Putranya.
"Ayah udah bilang, jangan kemana-mana!" Emosi Riharja. Galang hanya bisa menganggukkan kepalanya takut, tak berani menatap Ayahnya yg terbalut emosi.
"Yah!" serka Dion menatap Ayahnya tajam.
"Aku berangkat." Tanpa menunggu Dion maupun Riharja berbicara, Galang beranjak pergi menuju sekolahnya. Menyisakan Dion yg memandang Ayahnya tak percaya.
"Dion kira Ayah emang bener-bener mau ngasih Galang kebebasan!"
"Maaf Dion, Ayah nggak bermaksud ngekang Galang." Wajah Riharja penuh penyesalan juga ketakutan. Takut jika kedua putranya kembali berpikiran buruk tentangnya yg sebenarnya adalah perlindungannya.
"Alasan apalagi, Yah? Dion mohon sama Ayah, jangan libatin lagi Galang dalam ego Ayah!"
Helaan napas terdengar dari mulut Riharja, "Dia sudah mengincar Galang."
"Ha?"
"Dion Ayah mohon sama kamu, jaga Galang mulai sekarang. Jangan sampai dia kenapa-napa, mengerti?" Dion hanya mengangguk patuh.
"Tapi siapa maksud Ayah?"
.
.
.
.
.Kali ini Galang sedang diutus Guru Bahasanya mengambil buku milik teman-temannya di kantor.
Ia menyisiri koridor yg terlihat sepi karena sebagian besar masih berada di dalam kelas, menyisakan beberapa anak yg memang lebih memilih bolos pelajaran dan menghabiskan waktu mereka di kantin sekolah.
Selesai mengambil buku, ia kembali ke kelas. Namun langkahnya sempat terhenti melihat Amber yg terlihat kesulitan membawa banyak buku paket yg tebalnya mungkin dua jari.
Amber meletakkan tumpukan buku itu dikursi koridor dg ia disampingnya, berusaha meregangkan otot-otot tangannya yg serasa ingin copot.
Sejenak ia mengedarkan pandangannya dan menemukan Galang yg berdiri tak terlalu jauh darinya. Sontak senyum manis tercetak dibibirnya saat ini.
"Galang!" Katanya melambaikan tangan. Galang yg sadar pun berjalan kearahnya.
"Bisa bantuin gue nggak? Berat banget nih bukunya, nggak kuat gue." Katanya memohon.
"Gue juga bawa buku." Ucapnya datar. Bukan apa-apa, Galang memang kurang nyaman dg wanita__yg pasti kecuali Ibunya. Bukan karena sombong, tapi semenjak banyak wanita yg mengidolakannya di sekolah dan berusaha mendekatinya malah membuatnya semakin risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Restraint
RandomHarta adalah salah satu penyebab munculnya perselisihan. Begitupun apa yang terjadi pada keluarga ini. Banyak masalah yang terjadi didalamnya, namun hanya satu penyebabnya. *Cerita ini hanya fiktif belaka, jika terjadi persamaan tokoh dan lainya moh...