Satu minggu berlalu sejak masuknya Riharja ke rumah sakit.
Sekarang hari bahagia antara murid SMA Next In, dimana Galang menuntut ilmu salama hampir 1 tahun terakhir.
Tapi untuk hari ini bukan hari bahagia bagi Galang, dikarenakan Riharja yg tak bisa mengambil raportnya seperti janji yg ia ucap dulu.
Untuk pertama kalinya, Riharja tak datang mendampinginya. Meski begitu, ia juga tak ingin egois memaksakan keadaan Ayahnya yg kurang baik hanya demi secarik kertas berisi nilai.
"Woy! Murung aja lo, dapet peringkat satu juga." Kata Adib yg ikut duduk di kursi koridor.
Galang tersenyum kecut, "Sayang, bukan Ayah yg liat nilai gue pertama kali."
Jujur saja Adib ikut terhanyut dg suasana hati Galang saat ini, namun sebagai sahabat ia sadar kalau harusnya ia memberikan semangat pada Galang bukan menambah kesedihannya.
"Yg penting kan nilai lo naek? Udahlah, melow gini kaya cewek. Mau maen nggak?"
Galang menggeleng, "Enggak deh, gue mau langsung ke rumah aja."
"Nggak nerima penolakan!" Adib langsung menarik tangan Galang agar mengikutinya, menaiki motor Adib membelah kota.
Memang menyebalkan, kalau tau ia harus mengikutinya mengapa masih menawarkannya?!
Hampir satu jam perjalanan, akhirnya sampailah mereka di daerah puncak.
"Ngapain sih kesini?!" Tanya Galang yg sedikit kesal karena kepulangannya yg tertunda karena Adib.
"Maen lah... Ya kali mau berak?"
Mereka berjalan kearah wahana flying fox.
Oh tidak... Ini bencana bagi Galang. Apa kabar dg jantunnya nanti kalau ia mengikuti Adib?
"Woy! Malah diem, ayok!" Galang yg sempat ditarik, dg sigap menghempaskannya.
"Gue mau pulang."
"Ck, kaya anak perawan aja lo minta pulang mulu. Udah ayo!"
"Terserah kalo lo mau disini, gue bisa balik sendiri." Galang memutar balik tubuhnya, berjalan menjauhi tempat itu sambil berusaha mencari kontak seseorang diponselnya. Tak perduli dg Adib yg terus teriak dibelakangnya sambil berusaha mengejarnya.
Deg!
"Euh!" sial, disaat seperti ini, kenapa jantungnya tak bisa untuk diajak kerjasama?!
Galang berhenti sejenak, berusaha tenang sambil memijit dadanya.
Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat sampai keringat membasahi tubuhnya karena Sakitnya semakin menjadi.
Adib tak menyia-nyiakan kesempatan, ia berlari menghampiri Galang yg berhenti.
"Lang__"
Brukk....
Tubuh Galang ambruk, tepat setelah Adib berdiri disampingnya.
"LANG!"
Adib berjongkok berusaha menyadarkan Galang dg menepuk-nepuk pipinya sambil terus memanggil namanya.
Dilihatnya ponsel milik Galang yg tergeletak diatas tanah menampakkan nama Dion disana.
Dg cepat ia menggeser tombol hijau diponselnya dan meletakkannya di telinga.
"Hallo, Dek lo dimana???"
"Halo, Bang ini gue Adib! Galang pingsan, Bang!"
Tak ada jawaban untuk sesaat.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Restraint
RandomHarta adalah salah satu penyebab munculnya perselisihan. Begitupun apa yang terjadi pada keluarga ini. Banyak masalah yang terjadi didalamnya, namun hanya satu penyebabnya. *Cerita ini hanya fiktif belaka, jika terjadi persamaan tokoh dan lainya moh...