Galang mulai membuka matanya pagi ini. Meregangkan otot-otot yg entah mengapa begitu pegal, sampai kegiatannya berhenti saat merasa ada sesuatu didahinya.
Siapa yg naro handuk di dahi gue?__Galang.
Klekk...
Galang terduduk di kasur melihat Dion yg masuk ke kamarnya sembari membawa nampan berisi makanan serta obat.
"Pagi? Gimana, udah enakan?" Dion duduk di pinggiran kasur setelah meletakkan nampan yg ia bawa ke meja kecil yg ada disamping tempat tidur.
"Emang gue kenapa? Gue nggak papa."
"Tadi malem lo drop, makanya gue kompres. Gimana? Udah mendingan, masih pusing, atau gimana?"
"Jam berapa?"
"Ck, ditanya malah balik nanya. Sekarang jam 7." Seketika Galang membelakkan matanya.
"Gua nggak sekolah!!" Galang ingin beranjak dari ranjangnya, tapi tubuhnya berhasil ditahan.
"Eit... Nggak, hari ini lo nggak boleh sekolah! Udah diem aja disini dan jangan kemana-mana! Muka lo masih pucet."
"Lo gila, ngebiarin gue di rumah?!"
"Kenapa? Ayah? Ayah nggak bakal marahin lo."
"mukulin gue aja Ayah mampu, apalagi cuma kaya gini?"
"Udah gue ijinin ke Ayah, lo tenang aja!" Galang yg sempat menunduk, dg sigap mendongak__menatap Dion yg sibuk dg obat.
"Nih, makan dulu! Ntar langsung lo minum obatnya! Udah gue siapin tuh. Kalo mau apa-apa, bilang aja! Gue keluar dulu." Dion yg sudah berjalan ingin keluar, ia urungkan karena panggilan dari Galang.
"Kenapa?"
"Makasih."
Dion tersenyum, "sama-sama. Sebagai hutang budi, lo harus sembuh!" Galang ikut tersenyun dan mengangguk. Setelah itu, Dion benar-benar keluar.
Ditempat yg berbeda dg lingkungan rumah Galang saat ini, Adib yg berada disekolahnya tak bisa fokus dg pelajarannya, sebab ada rasa khawatir menyelimutinya. Melihat kursi disampingnya tidak berpenghuni membuatnya gelisah, khawatir dg si pemilik yg tidak ia ketahui keadaannya saat ini.
Apakah parah atau tidak.
Sampai tiga jam pelajaran mereka lalui, teman dekat Adib__Samuel dan Mark__menghampiri meja Adib.
"Dib, ntar mau ikut kagak lo? Ada pertandingan basket di sekolah Kelvin." Kata Mark yg duduk di samping Adib__di kursi Galang.
Adib yg baru mengetikkan sesuatu diponselnya mendongak menatap Teman-temannya, "enggak dulu deh, gue mau jenguk Galang."
"Eh iya Galang sakit ya? Waduhh gimana dong nih? Apa kita nggak jadi nonton aja ya?" Ujar Mark.
"Lah trus nasib Kelvin gimana? Ya kali, kita nggak dateng?" Tanya Samuel.
"Lah iya anjir! Jadi pusing gini gue, semua temen gue."
"Udah lo berdua dateng aja kepertandingan! Ntar gue yg bilangin, lo berdua nggak bisa jenguk. Galang ngertilah pasti." Kata Adib menengahi.
"Beneran nih nggak papa?" Tanya Samuel memastikan.
"Iyaaa..."
"Yaudah thanks deh. Bilangin supaya cepet sembuh, sekalian maaf nggak bisa jenguk." Kata Mark yg dapat anggukan dari Samuel serta tangan Adib yg membentuk 'ok'.
.
.
.
.Pukul 12.06
Sejak beberapa jam yg lalu Galang merasa sangat bosan karena hanya berdiam diri rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Restraint
RandomHarta adalah salah satu penyebab munculnya perselisihan. Begitupun apa yang terjadi pada keluarga ini. Banyak masalah yang terjadi didalamnya, namun hanya satu penyebabnya. *Cerita ini hanya fiktif belaka, jika terjadi persamaan tokoh dan lainya moh...