Bonus buat yang nunggu :)
Pagi ini, di ruang makan yang dihuni satu keluarga terlihat hening dan tenang. Tak ada yang berniat memecah sunyi selain dentingan alat makan yang saling beradu...
Sampai salah satunya mengangkat suaranya.
"Yah, boleh nggak hari ini aku berangkat sendiri?" kini semua mata menoleh padanya. Galang tahu ini akan mustahil, namun tak salah kan jika mencoba? Ia hanya ingin terbebas, walau satu hari.
"Habisin makanannya, nanti telat!" ucap Riharja sebagai tanda penolakan.
"Janji cuma sehari, abis ini nggak lagi."
"Kamu mau kemana emang?"
"Nggak kemana-mana." ucapnya menunduk, "aku cuma pengen kayak dulu." lirih Galang selanjutnya.
Dion yang mendengar pun, menatap Galang lekat. Ia tahu Galang tertekan dengan semua ini, namun hanya inilah yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkannya.
"Kamu tau kan tujuan Ayah jagain kamu?"
"Tapi nyatanya aku nggak papa, Yah. Aku juga bisa jaga diri aku sendiri. Tolong, Yah! Kali ini aja."
Riharja menatap Dion yang mengangguk. Ia jadi bingung sendiri. Ia tak ingin terjadi sesuatu pada putranya, namun ia juga tak ingin jika putranya terkekang seperti ini. Apa yang harus ia lakukan?
Kembali ia jatuhkan tatapannya pada si bungsu. Menatap mata yang penuh akan rasa harap, membuatnya menghelakan napas pada akhirnya.
"Yaudah Ayah ijinin. Kalo ada apa-apa kabarin ya, tapi?" dengan cepat Galang mengangguk. Kadua sudut bibirnya tertarik membentuk lekungan manis, juga binar matanya yang mampu menarik siapa saja yang melihatnya turut tersenyum.
"Makasih, Yah."
"Seneng kan lo? Jangan ngecewain!"
"Iya, janji."
●●●
Setelah perjalanan 15 menit mereka tempuh, sampailah kakak-beradik tersebut di depan bangunan megah yang mereka sebut sekolah.
"Ngapain dah pake segala dimasukin ke dalem, mobilnya?" gerutu Galang.
"Masih untung nggak ada yang jagain," balas Dion, "jangan lupa, ntar telpon aja kalo udah pulang! Janji loh jangan kemana-mana, jaga diri juga! Terus kalo ada apa-apa kabarin! Obatnya juga jangan lupa diminum, ngerti?"
"Iya, ngerti. Cerewet banget lo kayak emak sayur!"
"Sialan. Udah sono! Telat nih gue!"
"Ye, orang lo sendiri yang ngomul, nyalahin gue." gumam Galang lantas keluar dari benda beroda empat tersebut.
"Yaudah gue berangkat dulu. Ati-ati!" Dion bersama mobilnya mulai menjauh dari area sekolah, lantas Galang melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Sesampainya di pintu kelas, ia dibuat penasaran dengan gerombolan anak-anak yang mengitari bangkunya bersama Azam.
"Ada apaan sih?" ucapnya mampu menarik atensi semua orang yang mengelilingi mejanya.
Rasa penasarannya hilang, digantikan dengan dirinya yang mematung kala melihat apa yang ada di atas mejanya. Kata 'MATI' dengan tinta merah terlihat sangat jelas memenuhi mejanya yang bersih tanpa goresan.
"Lang?" Galang tersadar kala Azam menepuk pundaknya, "lo, oke?"
"Kita semua nggak tau siapa yang ngelakuin ini, bahkan__" ucapan Azam terpotong kala melihat Galang menarik mejanya, "mau bawa kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Restraint
RandomHarta adalah salah satu penyebab munculnya perselisihan. Begitupun apa yang terjadi pada keluarga ini. Banyak masalah yang terjadi didalamnya, namun hanya satu penyebabnya. *Cerita ini hanya fiktif belaka, jika terjadi persamaan tokoh dan lainya moh...