3 hari berlalu, 3 hari pula Galang merasakan tekanan yang benar-benar mengguncangnya tanpa henti.
Atau mungkin hari ini menjadi puncaknya?
Di meja makan, semua berkumpul. Riharja mulai mengangkat suaranya saat mereka hanyut dalam makanan masing-masing.
"Ayah nanti nggak bisa pulang karena harus ke luar negeri selama 3 hari. Tolong jaga diri kalian baik-baik! Jangan kemaleman kalo pulang, terutama kamu Dion!"
"Iya, Yah. Lagi pun perusahaan normal sekarang, jadi aku juga nggak ngambil lembur." Jawab Dion dan dibalas anggukan oleh Riharja.
"Dan Galang? Mulai sekarang kamu nggak usah les lagi, Ayah bakal minta guru private buat bimbing kamu di rumah. Kalo temen kamu mau main ke rumah juga suruh hari libur aja, ngerti?" Galang hanya mengangguk sambil terus memainkan makanan tanpa ingin memakannya. Riharja yang tak menyadarinya beranjak begitu sesi makannya sudah selesai dan pamit pergi. Tak lama dari itu, Dion pun ikut beranjak meninggalkan ruang makan untuk pergi ke kantor.
Galang menghela napasnya saat Dion sudah menghilang dari balik pintu utama, berusaha merilekskan diri saat ia harus menahan bebannya kini. Lagi-lagi ia harus merasakan hidup bagai penjahat yang terjebak dalam penjara. Tak dapat berbuat apa-apa, hingga patuh pun menjadi hal yang bisa ia lakukan saat ini karena pada dasarnya ia tak pernah bisa menentang Sang Ayah.
Berusaha tegar, ia beranjak menuju luar rumah dan sudah menemukan pria dengan tubuh besarnya berdiri di samping mobil. Tubuhnya yang tinggi besar dengan wajah yang tak terlalu tua, membuatnya terlihat gagah dan berbahaya. Ayahnya memang luar biasa, bahkan tak segan Beliau mengutus bodyguard untuk menjaganya.
Sang bodyguard membukakan pintu penumpang dan menutupnya saat Galang sudah berada di dalam. Beralih pada kemudi, ia melajukan mobil menjauhi pekarangan rumah.
Berperan sebagai bodyguard sekaligus supir, ia menjelaskan jadwal Galang hari ini.
"Tuan Muda, nanti pulang sekolah anda ada les private sampai pukul 7 malam."
"Hm." Dehemnya seraya menatap luar jendela mobil.
"Sebelumnya maaf jika menganggu, tapi saya sudah diperintahkan untuk menjaga Tuan Muda selama diluar rumah. Jadi mulai hari ini saya akan menjaga Tuan Muda sampai jam sekolah berakhir." Seketika Galang mengalihkan pandangannya dari jendela mobil dengan tatapan tajam.
"Harus apa, sampai ditungguin!? Saya bisa jaga diri sendiri!"
"Maaf Tuan tapi ini perintah. Dan mungkin untuk hari ini saya akan memeriksa keadaan disekitar Tuan."
"Maksudnya?"
"Saya akan memeriksa teman-teman anda untuk memastikan tidak adanya hal yang dapat membahayakan Tuan Muda, jadi mohon pengertiannya!" Galang semakin geram sampai ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.
"Jangan berani kamu sentuh teman-teman saya!" Geramnya menahan emosi.
"Sekali lagi maaf Tuan, saya hanya menjalankan perintah dari Tuan Besar. Tuan Muda tenang saja, saya tidak akan menyakiti teman-teman Tuan Muda. Saya hanya akan mencari tahu latar belakang mereka."
Galang tak menanggapinya lagi. Ia hanya menyimpan semua kekesalannya pada Ayahnya, bahkan pada bodyguard didepannya ini. Ingin berontak pun ia tak punya kuasa dan ia sadar akan hal itu.
Baru saja roda berhenti berputar, namun kini Galang sudah keluar membanting pintu mobil keras-keras. Ia sungguh kesal dengan semua orang yang ada dirumahnya, baik itu keluarga ataupun para pekerja yang ada didalamnya. Mereka benar-benar tak memikirkan perasaannya.
"Hoy!" Adib muncul dari belakang dan merangkul Galang akrab, "deh? Kenapa muka lo? Kusut amat."
"Gapapa."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Restraint
AcakHarta adalah salah satu penyebab munculnya perselisihan. Begitupun apa yang terjadi pada keluarga ini. Banyak masalah yang terjadi didalamnya, namun hanya satu penyebabnya. *Cerita ini hanya fiktif belaka, jika terjadi persamaan tokoh dan lainya moh...