"Aku nggak nyangka tempat ini masih ada." Adin mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru cafe yang sudah sangat lama ini tidak dilihatnya.
Meskipun sepi pengunjung tapi tempat ini masih memiliki suasana yang sama. Dengan dekorasi yang nggak berubah sama sekali. Masih banyak catatan-catatan kecil yang sengaja ditempel di dinding menggunakan kertas kecil. Bahkan semakin banyak.
"Aku inget, dulu di cafe ini kamu nulis catatan kecil terus di tempel di dinding. Di sebelah situ kan?" tanya Adin dengan menunjuk dinding di bagian belakang.
"Kamu udah mulai inget ternyata." Elena menatap Adin yang masih menatap dinding di sampingnya yg penuh dengan catatan kecil.
"Kamu inget dulu nulis apa?"
"Hmm.." Adin mulai berpikir kira-kira tulisan apa yang dulunya ditulis untuk Elena. "Will you marry me?"
Elena yang sedang menatap Adin langsung membuang tatapannya. Dia kira Adin sudah inget, tapi nyatanya belum. Karena kesal Elena mengambil saos tomat dan menuangkannya ke atas makanannya cukup banyak. Melihat Elena kesal, Adin menggaruk tengkuknya.
"Terus apa yang kamu tulis dulu?"
"Ogenki desuka? Watashi wa genki desu." sewot Elena tanpa menatap Adin.
Nggak tau kenapa kesel aja rasanya. Padahal Elena berharap Adin udah mulai mengingat kembali. Tapi ternyata enggak sama sekali. Adin masih nggak inget. Dan Elena agak kecewa karena kenangan indahnya dulu hanya mampu dia simpan sendiri, nggak dengan Adin yang saat ini lupa. Atau bahkan ketika ingatannya kembali pun dia sudah lupa?
Jangan terlalu banyak berharap Elena.
"Hah?" Adin cengo
"Kita makan di sini pas abis nonton film 'Love Letter'".
Adin mengangguk mendengar cerita Elena yang masih terlihat kesal. Tapi menurut Adin, Elena begitu cantik dan menggemaskan. Tanpa sadar, dia menatap Elena terus.
"Kenapa si ngeliatnya gitu banget?" tanpa natap Adin, Elena melanjutkan makannya.
"Kamu cantik."
***
Elena tengah memakai lipstick saat Adin menelponnya. Dia buru-buru mengangkatnya karena belum lama ini Adin pamit buat berangkat dulu.
"Ha-"
"Kamu masih nyimpen hape yang aku pake sebelum kecelakaan?"
"Masih, tapi udah rusak. Kayanya nggak bisa dipake lagi deh."
"Bisa kamu anter ke bawah?"
"Iya bentar aku ambil tas dulu."
Elena meletakkan hapenya dan menyelesaikan memoles bibir tipisnya dengan lipstik. Dia lalu mengambil hape Adin yang ada di laci dan memasukkannya ke dalam tas.
Baru saja dia keluar dari lift, Elena dikejutkan dengan Adin yang sedang diborgol oleh seorang polisi. Dia lalu menatap Adin yang juga menatapnya. Tapi Adin menyunggingkan senyumannya.
***
"Jangan khawatir, ini pasti cuma salah paham aja." Dio, saat ini dia mengantar Elena untuk ke kantor polisi begitu tau kalau Adin ditahan.
Tapi ucapan Dio sama sekali nggak didengar sama Elena. Dia benar-benar takut kalau sampai suaminya itu melakukan kesalahan yang membuatnya pantas ditahan. Sepanjang perjalanan Elena cuma bisa menatap ke luar jendela dan meremas hapenya kencang karena rasa khawatirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCCASION [END]
RomanceTerinspirasi dari drama "The Miracle We Met" dan ditambah bumbu-bumbu tanpa michin. Hope you guys enjoy this story~ Elena : 🐥 Adin : 🐻 17022020 - 01062020