Fifteen

1.3K 190 7
                                    

WARNING!!!

-------------------------------------------------------------

"Elena, bangun." Adin menepuk bahu Elena yang saat ini sedang tertidur di samping tempat tidur Shila dengan kepala yang ia letakkan di kasur dengan beralaskan kedua tangannya yang terlipat.

"Engh," merasa ada yang menepuk bahunya, Elena pun membuka matanya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali karena matanya terasa perih. Baru saja tertidur sudah dibangunkan. Tapi begitu melihat Adin yang ada di sampingnya, Elena lalu membulatkan matanya dan langsung berdiri untuk memeluk Adin.

Adin tertegun dengan apa yang dilakukan Elena. Tapi saat dia merasa kalau Elena semakin mengeratkan pelukannya, Adin lalu membalas pelukan Elena.

"Dari mana aja si Mas?" tanya Elena dengan nada khawatir.

"Belum sehari ditinggal udah kangen banget sama aku nih?" goda Adin sambil terkekeh.

Elena lalu melepaskan pelukannya begitu menyadari kalau sikap Adin ternyata biasa aja. Dia terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang harusnya nggak perlu dia khawatirkan. Seharian hatinya nggak tenang itu juga karena pikiran-pikirannya sendiri. Mungkin seharian Adin memang disibukkan dengan pekerjaannya, sehingga dia nggak sempet mengabari.

"Kenapa gitu banget ngeliatinnya?" Adin mengacak rambut Elena gemas karena dari tadi yang dilakukan Elena cuma menatap Adin.

"Aku tuh takut kamu marah sama aku gara-gara Pak Hakim. Makanya dari tadi aku tuh nggak tenang. Kamu juga kenapa baru pulang si? Aku kan makin nggak tenang takut kamu sengaja menghindar." jelas Elena yang diakhiri dengan memanyunkan bibirnya.

"Haha, kamu tuh terlalu over thinking. Aku percaya kok sama kamu. Kamu kan udah cinta mati sama aku." Adin mengerlingkan matanya sambil menggoda Elena dan langsung dihadiahi pukulan di lengan kanannya. "Sakit sayang."

"Kamu tuh, orang aku lagi serius juga."

"Lagian kamu lucu banget si. Yang harusnya takut kan aku liat istri sendiri ada yang deketin, orangnya 'ganteng banget' lagi." ucap Adin dengan wajahnya yang berpaling dari Elena saat mengucapkan kata ganteng banget. Seperti yang kemaren Elena katakan.

"Ganteng juga percuma kalau aku sayangnya sama kamu mas." ucap Elena sambil menarik tangan Adin untuk ia genggam. "Kalau aku mau sama dia, udah dari dulu mas. Sebelum kita deket lagi kaya gini."

"Manis banget istri aku." Adin menatap lembut Elena sebelum mendaratkan satu kecupan di dahi Elena.

Hari ini rasanya Elena bahagia banget.

***

Shila sudah diperbolehkan pulng ke rumah setelah hampir seminggu di rumah sakit. Kemaren beberapa temannya ada ada yang nengokin juga ke rumah sakit sama gurunya. Dan yang paling bikin Elena seneng pas Adit sama neneknya. Langsung bahagia banget mukanya. Kadang Elena suka mikir, masa iya Shila udah suka-sukaan aja padahal baru juga 6 tahun? Suka geleng-geleng kepala kalau liat Shila sama Adit.

"Besok nggak usah berangkat dulu ya, Senen aja berangkatnya." kata Elena yang baru saja menyelimuti Shila.

"Tapi Shila udah kangen sama temen-temen ma." Shila memanyunkan bibirnya. Dari kemaren emang udah ribut pengen berangkat sekolah. Tapi Elena khawatir karena baru juga keluar dari rumah sakit.

"Senen aja ya sayang, kan baru pulang hari ini. Kata bu guru juga Senen aja berangkatnya." Elena nggak bohong soal ini, gurunya bilang kalau hari ini kegiatannya cuma senam sama gotong-royong membersihkan lingkungan sekolah. takutnya Shila kecapekan nanti.

OCCASION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang