Nine

1.2K 180 11
                                    

Elena mencoba membuka matanya saat merasakan bibirnya basah dan seperti ditarik-tarik oleh benda kenyal. Buru-buru Elena membuka matanya dan mendapati Adin yang sedang bermain dengan bibirnya.

"Mas!" Elena mendorong tubuh Adin dan menatapnya tajam. "Ngapain sih aku masih ngantuk."

Elena mengabaikan Adin yang udah senyum-senyum sendiri lalu membalikkan tubuhnya membelakangi Adin. Tapi yang namanya Adin itu pantang menyerah, buktinya dia sudah merapatkan tubuhnya kembali dan menciumi tengkuk Elena. Ups, sepertinya lebih dari itu karena Elena merasa tengkuknya basah.

"Mas aku ngantuk."

"Ya udah tidur lagi kalau ngantuk." ucapnya dengan menghembuskan nafasnya di leher Elena.

"Gimana bisa tidur kalau kamu ganggu terus." Elena membalikkan badannya dan menatap Adin tajam. Tapi yang ditatap malah semakin mendekatkan wajahnya dengan senyum yang mengembang.

"Udah mau jam 5 beneran mau tidur lagi? Niat aku kan baik mau bangunin kamu."

"Ya kan bisa dengan cara lain nggak harus-" Elena menggantungkan ucapannya dan mengalihkan pandangannya dari Adin.

"Nggak harus apa? Nggak harus kaya gini?"

Cup

Adin mengecup bibir Elena singkat dan membuat pipi Elena memerah.

"Bentar deh," Adin mengerutkan dahinya seperti mengingat-ingat sesuatu. "Kayanya yang aku lakuin tadi kaya gini,"

Adin menatap Elena dalam lalu kembali melumat bibir Elena. Kali ini Elena cuma bisa diam tanpa perlawanan. Bahkan dia membalas ciuman Adin. Adin tersenyum ketika Elena membalas ciumannya. Dengan satu gerakkan kini dia sudah ada di atas Elena. Semakin memperdalam ciumannya di bibir tipis Elena.

"Mama lagi ngapain sama Papa?"

Mendengar suara sang buah hati membuat Elena mendorong tubuh Adin dan merapatkan selimutnya karena saat ini mereka tidak memakai sehelai benang setelah melakukan olahraga malam pastinya.

"Shi.. Shila udah bangun?"

Shila cuma mengangguk dan berjalan semakin mendekat membuat jantung Elena rasanya mau copot. Gimana kalau Shila tau kalau orang tuanya nggak ada yang pakai baju sama sekali?

"Mau tidur lagi sama mama."

"Shila bisa ambilin tablet papa di ruang kerja?" tanya Adin yang sepertinya juga tak kalah tegangnya sama Elena.

Beruntung Shila mengangguk dan keluar dari kamar tersebut. Begitu Shila menutup pintu, Elena buru-buru lari ke kamar mandi dan menguncinya. Sedangkan Adin langsung memakai baju.

"Ini pa tabletnya."

"Makasih sayang." Adin menerima tablet tersebut dan langsung menggendong tubuh kecil Shila. "Tumben bangunnya pagi banget?"

"Kata mama hari ini nenek mau dateng pa, jadi Shila bangun pagi."

"Pinter banget anak papa."

"Tadi papa sama mama ngapain cium-cium gitu?"

Adin membulatkan matanya. Dia kira udah aman, tapi ternyata Shila masih menanyakan apa yang tadi dia lihat. Tidak mengira kalau anaknya itu masih inget kejadian tadi.

"Mau bikin dedek buat Shila."

"Beneran pa? Berarti Shila bakal punya dedek? Yeeeyyy!" Shila langsung turun dari pangkuan Adin dan langsung berlari sambil loncat-loncat kegirangan.

"Kenapa kok loncat-loncat gitu?" Elena bingung sendiri karena melihat Shila yang udah loncat-loncat kegirangan. Dia lalu menatap Adin yang hanya mengedikkan bahunya lalu keluar dari kamar.

OCCASION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang