Jam menunjukkan pukul 10 malam saat Elena sampai di rumah mertuanya itu. Dia membunyikan bel rumah dan tanpa menunggu lama, mama membukakan pintu dengan raut wajah khawatir.
"Elena mau tidur sama Shila ma." kata Elena setelah mencium tangan mama.
Mama yang paham akan situasinya hanya bisa mengangguk dan mempersilahkan Elena untuk memasuki rumahnya. Elena langsung berjalan ke kamar Adin yang digunakan untuk Shila tidur.
Elena membaringkan tubuhnya di samping Shila dan langsung memeluk tubuh mungil Shila. Dikecupnya pipi chubby Shila dengan gemas. Saking gemesnya sampai membuat Shila membuka matanya dan hampir menangis. Tapi begitu melihat Elena yang ada di depannya membuat Shila hanya memanyunkan bibirnya.
"Shila mau tidur sama mama." ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Iya sayang, mama tidur sama Shila di sini."
"Papa tidur sini juga ma?"
Elena terdiam saat Shila menanyakan hal tersebut. Dia memperhatikan Shila. Banyak pertanyaan yang menumpuk di pikiran Elena sekarang.
Bagaimana nantinya kalau dia benar-benar pisah sama Adin? Shila pasti bakal menanyakan keberadaan Adin di mana. Kenapa Elena pindah dan Adin mungkin nggak akan pernah bisa ketemu lagi sama Shila, karena Elena memutuskan untuk pindah ke Semarang. Tempat di mana orang tuanya dulu tinggal.
"Udah malem, tidur lagi yuk. Kan besok sekolah."
***
Sudah seminggu lamanya Elena tinggal di rumah mertuanya. Dia sama sekali tidak pernah pulang. Tapi hari ini dia memutuskan untuk pulang karena harus mengambil baju untuk dia dan Shila. Dan dia juga sudah resign dari kerjaannya. Karena sebentar lagi dia akan pindah setelah mengurus perceraiannya dengan Adin.
Saat sampai di rumah Adin, Elena mengernyitkan dahinya karena melihat mobil Adin yang masih terparkir di halaman rumahnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
Saat sudah masuk ke rumah, Elena kembali dikejutkan dengan keadaan rumah yang sangat berantakan. Gelap, dan gorden masih tertutup rapat. Tidak biasanya seperti ini. Apa Adin sedang ke luar kota? Tapi saat dia mencium bau alkohol dari dalam kamar, membuat Elena yakin kalau Adin ada di rumah. Apa lagi setelah melihat Adin yang berbaring di lantai.
"Mas, mas, bangun mas." Elena mencoba membangunkan Adin. Tapi Adin masih enggan membuka matanya.
Badan Adin panas, dan dia masih menggunakan baju kantornya. Wajahnya sangat berantakan dan bahkan kelihatan tirus. Kumis tipis yang terlihat membuat Elena yakin kalau Adin tidak merawat dirinya saat ini. Adin bukan tipe orang yang suka menumbuhkan kumisnya. Dan sekarang, dia benar-benar sangat berbeda dengan Adin yang biasanya.
"Mas bangun, jangan tidur di sini." Elena mencoba membangunkan Adin lagi, kali ini dengan menepuk pelan pipi Adin.
Tidak begitu lama, Adin akhirnya membuak matanya. Dia menyunggingkan senyumnya begitu melihat Elena yang sudah ada di hadapannya.
"Elena..." Adin mendudukkan dirinya dan menatap Elena dengan tatapan sayunya.
Setelah itu Elena mencoba membantu Adin bangun dan menidurkannya di ranjang. Adin masih dalam pengaruh alkohol, begitu dia dibaringkan di kasur, matanya kembali terpejam.
Meskipun Elena sangat ingin membawa Adin ke rumah sakit, tapi dia urung melakukannya. Dia tidak ingin membangunkannya lagi. Akhirnya dia memutuskan untuk memanggil dokter.
Sambil menunggu dokter, Elena membereskan rumah yang sangat berantakan. Ada beberapa snack yang berserakan di meja yang ada di ruang keluarga. Gorden yang masih belum dibuka, terlebih kamarnya yang ada beberapa botol alkohol yang sudah habis isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCCASION [END]
RomanceTerinspirasi dari drama "The Miracle We Met" dan ditambah bumbu-bumbu tanpa michin. Hope you guys enjoy this story~ Elena : 🐥 Adin : 🐻 17022020 - 01062020