Thirteen

1.3K 189 7
                                    

"Papa!" Shila langsung menghampiri Adin begitu membuka pintu dan mendapati Adin yang baru saja turun, sepertinya baru selesai mandi karena rambutnya masih agak basah.

"Hai princess." Adin langsung menggendong Shila dan menghujani dengan kecupan-kecupan kecil yang membuat Shila kegelian.

Berbeda dengan Shila, Elena justru tidak merasa senang. Dia bahkan meninggalkan Shila dengan Adin yang sudah asik ngobrol banyak hal yang pastinya didominasi oleh Shila. Elena memilih naik ke atas untuk mengganti bajunya.

*

"Mas Hakim kenal sama mamanya Shila?" tanya Nia, mamanya Lia yang terkejut ketika tau kalau Elena kenal dengan Hakim.

"Pernah kerja di mall dan baru kemaren-kemaren dia resign."

Tidak lama setelah obrolan singkat itu Elena memilih untuk menunggu di sofa yang agak jauh karena anak-anak juga sudah mulai berdatangan. Dan tentu saja Shila sudah lupa dengan mamanya. Dia sudah sibuk mencicipi makanan yang ada di sana bersama teman-temannya.

Baru saja Elena merasa tenang, Hakim menghampiri dirinya dan duduk di sampingnya. Hakim menyunggingkan senyumnya yang hanya dibalas senyum tipis oleh Elena.

"Aku nggak nyangka loh anak kamu ternyata satu sekolah sama Lia."

Elena hanya tersenyum simpul menanggapi Hakim karena di sana juga bukan hanya mereka berdua, tetapi juga ada beberapa orang tua lain yang juga sedang duduk di sana, meskipun mereka juga sibuk ngobrol tetapi Elena tidak enak dengan yang lain. Apa lagi semua sudah tau kalau Hakim ini papanya Lia.

"Minggu depan kalau nggak ada acara jalan-jalan sama anak-anak gimana? Udah lama aku nggak ngajak Lia main soalnya, dia juga kayanya deket banget sama anak kamu." tawar Hakim yang masih mencoba mencari topik obrolan karena Elena sepertinya masih terlihat canggung.

"Tanya Shila dulu ya pak, soalnya Shila selalu nginep di rumah neneknya kalo weekend." jawaban paling aman. Dan sepertinya Shila juga lebih minat bermain dengan Radit. Semoga saja.

"Mas, udah mau tiup lilin."

Bersyukur karena setelah Nia memanggil, Hakim langsung beranjak dari tempatnya duduk. Tapi sebelum kembali, Nia menyunggingkan senyumannya ke arah Elena dan tatapannya sedikit berbeda. Elena sadar akan hal itu meskipun terukir sebuah senyuman.

*

"Kok bengong?" suara Adin cukup mengejutkan Elena yang saat ini terdiam di depan meja rias setelah membersihkan make up di wajahnya.

"Shila udah tidur?" tanya Elena yang kini mengikuti Adin menuju ke tempat tidur.

"Udah, kecapean kayanya. Nonton tv bentar aja udah langsung tidur dia." Adin memperhatikan Elena yang lagi-lagi tatapannya kosong. "Ada masalah?"

Elena menatap Adin, ragu antara mau cerita apa engga tentang ajakan Hakim yang tentu saja langsung disetujui Shila begitu menanyakan kesediaan putri kecilnya itu.

"Nggak papa mas." Elena tersenyum lalu membaringkan tubuhnya.

Adin cuma mengangguk, nggak mau memaksakan Elena kalau memang belum mau cerita. Dari dulu Adin juga tau kalau Elena bukan tipe orang yang akan menceritakan hal-hal yang menurutnya masih bisa dia atasi sendiri. Dia cuma nggak mau orang lain terbebani dengan masalahnya. Meskipun ini juga berhubungan dengan rumah tangganya, mungkin(?). Tapi Elena paham saat ini Adin juga sedang ada masalah, makanya dia nggak mau menambah pikiran Adin.

***

Satu hal yang harusnya Elena hindari saat ini, yaitu ketemu dengan Nia, mamanya Lia. Entah kenapa Elena merasa tidak enak, terlebih ketika Nia tau bagaimana sikap Hakim yang terang-terangan terlihat sangat tertarik kepada Elena.

OCCASION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang