Sixteen

1.2K 177 15
                                    

Setelah rasa malu Elena pagi tadi, dia sama sekali tidak keluar kamar bahkan sampai saat ini ketika jam 11 siang. Dia masih belum berani untuk keluar kamar. Padahal harusnya dia keluar untuk memasak. Sampai akhirnya Adin masuk ke kamar. Tapi Elena masih sibuk dengan ponselnya dan pura-pura nggak tau akan kehadiran Adin. Sedangkan Adin mendekat ke arah Elena yang saat ini duduk di ranjang dengan menyandarkan tubuhnya.

"Kamu nggak masak? Kasian Shila udah laper."

Tanpa menjawab ucapan Adin, Elena lalu turu  dari ranjang dan meninggalkan Adin yang masih duduk di tepi ranjang. Saat sudah sampai di bawah, Elena melihat Shila yang justru tertidur di depan tv. Karena melihat posisi Shila yang sepertinya kurang nyaman akhirnya Elena berniat untuk memindahkan Shila ke kamarnya.

"Biar aku aja yang mindahin." Adin menahan tangan Elena yang akan mengangkat tubuh Shila.

Karena masih kesal, Elena hanya diam dan kembali meninggalkan Adin yang menggaruk kepalanya melihat Elena yang masih mendiamkan dirinya.

Sesampainya di dapur, Elena langsung disibukkan dengan kegitan memasaknya. Siang ini dia hanya memasak kering tempe dan ayam kecap. Tentu saja kesukaan Adin dan Shila. Kalau masalah selera makan, Shila sama persis dengan Adin. Dan menu yang wajib ada di meja makan setiap harinya tidak lain dan tidak bukan adalah ayam kecap. Sampai Elena sendiri bosan setiap hari memasak masakan yang sama. Meski dengan sayur yang berbeda-beda tefapi tetap saja pasangannya ayam kecap lagi dan lagi.

"Kamu marah ya sama aku?"

Baru saja Elena mencuci ayam yang akan dimasak, tiba-tiba Adin melingkarkan tangannya di pinggang Elena, memeluknya dari belakang dan mengecup puncak kepala Elena.

"Aku mau masak mas." Meski terganggu, Elena masih bisa meneruskan kegiatannya mencuci ayam yang sudah dia potong tadi.

"Jangan marah dong, kan aku cuma becanda aja tadi." Bisa Elena dengar nada manja dari Adin yang kini semakin erat memeluknya.

Elena cuma bisa menghembuskan nafas beratnya dan terus melakukan kegiatannya tanpa menjawab ucapan Adin. Membiarkan suaminya itu merenungkan kesalahannya. Mungkin hanya hal sepele, tapi nggak tau kenapa Elena jadi ngambek kaya anak kecil begini. Dia tau kok niat Adin cuma becanda.

"Mas duduk deh, aku nggak bisa masak kalau kamu peluk terus kaya gini." Elena akhirnya melepaskan tangan Adin karena dia nggak bisa bergerak bebas.

Adin yang tau kalau istrinya masih marah akhirnya hanya bisa diam dan pergi dari dapur. Membiarkan istrinya itu memasak.

Setelah makan, Adin terus membuntuti Elena kemanapun Elena pergi. Bahkan saat selesai masak Adin ikut membilas piringnya saat Elena mencuci piring. Adin bahkan sampai menunggu Elena di depan kamar mandi saat istrinya itu ingin buang air kecil.

"Ya ampun mas!" Elena terkejut saat kelur dari kamar mandi dan melihat Adin yang mondar mandir di depan pintu kamar mandi. Yang ditatap cuma meringis. Dan setelah itu Adin kembali mengikuti Elena yang berjalan keluar kamar.

Elena membiarkan Adin yang masih terus membuntuti dirinya. Sesekali dia melihat wajah Adin yang cemberut karena masih Elena cuekin. Dan itu membuat Elena senyum karena tingkah lucu Adin.

"Nyampe kapan?" Tanya Adin yang saat ini mengikuti Elena mengangkat jemuran yang sudah kering. Elena menggunakan kesempatan ini untuk menyuruh Adin meegang baju-baju yang sudah kering.

"Apanya?" Setelah selesai mengangkat jemuran, Elena masuk ke dalam rumah bwrniat untuk menyetrika baju-bajunya.

"Ngambeknya, capek ngikutin kamu yang nggak mau diem."

Elena menghentikan langkahnya dan mengambil baju-baju yang ada di tangan Adin dan menaruhnya di ranjang pakaian. Niat mencuci dia urungkan saat mendengar suara Shila memanggilnya. Dia lalu berjalan ke kamar Shila dan mendapati anaknya itu sudah duduk di tepi ranjang.

OCCASION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang