part 10:Aku benci menjadi Miskin,Aku benci Terbully

67 0 0
                                    

Malam hari tiba terdengar suara Tokek dari sela sela dinding di atas sebuah laci yang keadaan rapuh dan banyak sarang laba laba di setiap sudutnya. "Brak" gue terjatuh saat ketiduran di gudang itu, "huffft...ternyata gue ketiduran" gumam gue sambil mengusap wajah yang terasa seperti wajan nasi goreng yang dilumuri banyak minyak goreng.
"Pri....pri...pri" Cunar memanggil gue yang saat itu sedang mengumpulkan nyawa setelah bangun tidur tadi. "Ayo keluar keadaan sudah aman" ujar Cunar sembari membuka pintu gudang "kiiet", gue pun beranjak untuk berdiri dan pergi dari gudang tersebut. Gopur dan Pak Mul yang sudah berdiri di depan pintu rumah pekerja bangunan sambil menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan keadaan aman sebab mereka takut jika sampai gue bertemu dengan Ayah Karina yang tidak suka ada orang asing bertamu dan memasuki sekitaran rumah. "Ayo Pri...!, gue dampingi sampai pagar keluar agar tak dicurigai oleh Ayahnya Karina" Gopur mengatakan sambil melangkah ke depan terlebih dahulu. Gue, Gopur, Cunar dan Pak Mul melangkah menuju pagar keluar, "krusak krusuk" kami pun melewati sebuah jalan setapak yang penuh rumput liar di samping pagar. Tiba tiba sebuah Motor berhenti di depan pagar yang saat itu kami berempat ingin membukanya, terlihat Karina dibonceng oleh seseorang di motor itu  dan tuba tiba "greb" tanpa aba aba Karina memeluk gue. " Aku...Aku benci menjadi miskin...aku benci Terbully...hiks" sambil menangis dalam pelukan ia membisikanya, seseorang yang  di motor  itu pun melangkah "hai Apri sudah lama tak bertemu...maaf gue mengantar kan dia karena dia gue temukan mabuk di Cafe tempat gue bekerja" ujar orang itu, gue pun kaget melihat orang itu karena ia adalah Rava Wijaya alias Kojay teman gue bekerja saat dulu di Street Boutique Tebet dan ia sekarang bekerja sebagai Bariesta suatu Cafe yang menjual Kopi di wilayah Bekasi. "Iya terimakasih Jay, lo udah mengantarkan ia pulang" jawab gue sambil memeluk Karina dengan erat. "Dia cewek lo pri?" Tanya Kojay, "bisa dibilang begitu Jay" jawab gue. "Jaga dia dengan baik karena cewek lo itu hampir aja di paksa melayani lelaki hidung belang di Cafe gue tadi,untungnya ia berteriak dan gue yang saat itu di dekatnya bertindak cepat dan mengusir lelaki hidung belang itu dengan sedikit baku hantam" pangkas Kojay. Gue melepaskan pelukan Karina dan menjabat tangan Kojay sambil menundukkan kepala gue "Jay makasih ya, dan maaf jika lo sampai begini. Gue gak bisa bilang apa apa lagi", "selow pri...gue kenal lo, kalo aja gue tau dia cewek lo mungkin tadi sebelumnya gue bakal menelepon lo untuk membawanya pulang" Kojay membalas perkataan gue dengan senyum. "KARINA....!!" Terdengar suara teriakan Ayahnya Karina dari dalam rumah, Karina yang saat itu sedang keadaan mabuk pun ketakutan terlihat merunduk dengan menahan isak tangisnya itu "hiks hiks" Karina memeluk dirinya sendiri dengan erat seperti seorang yang terlihat Depresi. Kami berempat serta Kojay pun panik, " itu kenapa pri?" Tanya Kojay, "gawat!"Gopur panik. "Dor!" Terdengar suara keras dari sebuah senapan dari dalm Rumah "prang...prang" terdengar juga suara sesuatu benda yang pecah.
Semua pekerja bangunan keluar dari rumah yang di pojok rumah Karina itu, "ada apa ini...?!" Mereka yang panik. "Gubrak!" Ayahnya Karina keluar dari rumahnya dengan menenteng senapan di tangan kanannya "Karina...Amelia...dasar kau anak yang tak tau diri!" Sang Ayah berteriak dengan wajah yang terlihat marah, ia melangkah ke arah Karina yang terlihat Depresi itu. Kami berempat serta Kojay panik, dengan langkah yang terburu seperti memburu suatu hewan Ayahnya Karina pun menjabak hijab Karina di depan kami semua. "Ayo...anak sialan!" Ujarnya dengan bengis sambil menarik Karina menuju kedalam rumah, "tolong...tolong aku!" Karina berteriak. "Plak!" Seketika tangan ini reflek menepuk tangan Ayahnya Karina yang sedang menarik hijab Karina, tangan Ayahnya Karina pun terlepas dari hujan Karina. "Siapa kau...mencampuri urusanku dengan putriku?!" Ia membentak gue yang telah menepuk tanganya sambil menunjuk wajah gue dengan ekspresi amarah yang terlihat meluap di wajah nya. *Dalam hati gue yang ketakutan "aduh gue reflek, gimana nih?" Gumam gue*, dengan memberanikan diri gue berkata "saya adalah kekasih putri anda!!, tidak seharusnya om begini dengan putri om?!. Saya berhak untuk menghentikan om jika om ingin menyakiti kekasih saya!", Ayahnya Karina menjawab dengan angkuh "wahh...kau mau cari mati ya?!" Semua orang hanya menyaksikan dengan kepanikan mereka, lalu Gopur melerai gue "Apri hentikan ia bukan orang sembarangan!". Ayahnya Karina mendorong Gopur "minggir kau Kuli bangunan!!, biarkan anak ini mengantarkan nyawanya kepadaku" sambil mengangkat senapan dari tangan kanannya itu. *Dalam hati gue ketakutan 100% "mampus deh gue menantang singa kayaknya, haduh... gimana ini Tuhan?!"mengeluh gue dalam hati*.

Kuntilanak vs Ojek Online Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang