Gue yang masih diperjalanan mengantar cewek manis nan imut yang bernama Karina Amelia *keimutannya setara Melodi member JKT48...wow*. Jam menunjukan pukul 01:00 dini hari, semilir angin malam menghempas wajah gue yang sedang mengendarai sepeda motor kesayang gue saat ini. "Bang...masih jauh ya?" Ujar Karina yang saat ini sedang gue bonceng, "iya nih...?, oiya ngomong ngomong jangan panggil abang dong. Emm...kan gue bukan tukang Bakso" jawab gue sambil menoleh kearahnya. Karina yg tersenyum manis berkata sambil menutup mulutnya karena tersipu malu "terus apa dong?", "panggil gue Erza, hehehe biar kita saling akrab. Siapa tau Jodoh...hehehe *berharap banget dalam hati wkwkwk*" gue menjawab. Saat itu jalanan yang gue lalui pun kondisinya sangat sunyi, tak ada satu pun kendaraan di sekitar gue hanya gue saja yang berjalan mengendarai sepeda motor. Gue dan Karina saling bercakap cakap di motor sambil menikmati perjalanan yang sunyi di malam ini, waktu menunjukan pukul 01:24 dini hari dan saat ini gue berhenti di suatu lampu merah tepatnya sehabis Margo City Depok. Akhirnya gue sampai di tempat tujuan, yap...itu Rumah Cewek imut bagaikan Bidadari ini yang bernama Karina Amelia. Tampak seperti sebuah Gedung bekas suatu Proyek yang gagal itulah bentuk kondisi tempat tinggal Karina cewek imut bagaikan bidadari, "bang...Terimakasih ya?!" Ujarnya dengan senyum yang termanis. "Kan gue udah bilang panggil Erza aja jangan bang!" Gue yang memasang wajah cemberut, "iya...iya maaf maaf ....emmm....terimakasih ya...za?!" Ucapnya dengan memeberikan senyum termanisnya lagi. Gue pun menyalahkan Motor kembali untuk bergegas dari Rumah Karina itu, tiba tiba terdengar lembut suara yang entah dari mana asalnya yang mirip seperti nada dari sebuah alat musik Piano dan gue pun menoleh kebelakang untuk mencari asal suara itu, semakin terdengar jelas alunan itu dan gue pun mengenali nada itu di sebuah lagu yang berjudul Furr Elise yang dibawakan oleh sang Pianis terkenal yang bernama Bethoven.
Persimpangan jalan depan stasiun Depok Lama gue berhenti sejenak untuk membeli air mineral karena dahaga ini sudah tak kuat menahan rasa haus. Sambil memarkirkan Sepeda Motor gue, "sial perasaan gue gak enak " gumam gue di tepian warung Rokok. "Permisi pak... minta sedekahnya" seorang lelaki tua menghampiri gue dengan membawa sebuah gelas yang berisi uang logam dan uang kertas, lelaki tua itu terlihat lusuh karena ia memakai baju yang amat kotor seperti orang yang tak waras. Kemudian gue mengeluarkan selembar uang kertas bernilai Lima Ribu Rupiah.
"Terimakasih pak" ucap lelaki itu sembari melangkah pergi, saat itu perasaan gue amat senang karena sudah bisa memberi sedekah kepada yang membutuhkan walau jumlah nominalnya tidak begitu besar. "Alhamdulillah ya Allah hari ini engkau memberiku Rezeki untuk menyambung hidup" sambil menyalahkan motor gue berdoa untuk mensyukuri nikmatnya.
*Kembali ke cerita di saat gue tak sadarkan diri karena gue tak sengaja hampir menabrak seorang cewek berwajah pucat seperti orang yang sedang sakit*
Saat ini gue merasa badan gue jatuh ke tanah dan pandangan gue yang samar samar, "krusuk" di tengah rasa gue yang merasakan sadar dan antara tak sadar ini gue mendengar langkah kaki yang berat mendekati gue.
Tiba tiba gue di tempat yang entah dimana, dengan seluruhnya ditutupi kabut dan hanya terlihat satu pohon yang tak diketahui besarnya di depan gue yang sedang beranjak bangkit sambil meraba raba. "Assalamualaikum...!" Ucap gue dengan nada pelan, "teng...teng" terdengar lagu Bethoven yang berjudul Fur Elise lagi dan suara itu sama persis dengan yang gue dengar tadi di depan rumah Karina. "Maaf siapa disana?" Teriak gue sambil menatap sesuatu yang mungkin seperti bayangan hitam besar yang berada di sebelah kiri gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuntilanak vs Ojek Online
Fantasisemenjak bertemu Kuntilanak itu kehidupan ku berubah