part 17:Lingsir Wengi

62 0 0
                                    

Keling dan Harimau Khodam itu saling menyerang satu sama lain.

Gue dan Karina merasa gelisah di dalam situasi saat ini. Uli pun tak berdiam diri, ia membakar sebuah dupa kecil dan melemparkannya ke arah Harimau itu "tuing". "Cssss" tepat mengenai punggung Harimau Khodam itu, "graaa!!!!....manusia sialan....!" Harimau itu kesakitan dan mundur. Keling yang saat ini terlihat compang camping karena serangan cakar Harimau Khodam itu bersiap untuk melemparkan kujangnya ke Harimau Khodam yang sedang kesakitan. "Khaaaa....Rrriii....nnnhhhaaa!" Harimau Khodam itu menembus tubuh Keling dan berlari ingin menerjang Karina yang saat ini gue peluk, Keling yang terlewati Harimau itu berkata "ini gawat!" Sambil menoleh kebelakang. Karina ketakutan dan ia memejamkan matanya, dengan tubuh gemetar ini dan rasa takut pun gue memeluk Karina untuk melindunginya dari Harimau yang ingin menerjang Karina itu, suara bisikan yang terdengar lagi "Apri kenapa kau keras kepala sekali sih....?!". Gue yang mengacuhkan bisikan itu terus memeluk Karina *dalam hati gue mengingat janji kepada almarhumah Ibu Karina yang bertemu gue waktu itu si wujud roh nya, perkataan ibu Karina "berjanji lah untuk menjaga putri ku, Apri" dan waktu itu tugas ia di dunia selesai, lalu ia pergi ke Akhirat dengan tenang*. Harimau Khodam itu semakin mendekat, "srak" Uli menghadangnya dan melempar sebuah garam ke arah Harimau itu. "Zassh" Harimau itu melompati Uli, Uli menganga melihat Harimau melompat diatas kepalanya "hah?". "Graaaaa" Harimau pun semakin dekat dan membuka mulutnya yang bertaring besar itu untuk menerkam Karina dan gue. Angin berhembus kencang di sekitar gue, gue merasakan hal yang sama dengan waktu itu disaat gue bertemu dengan Ibunya Karina yang berwujud Roh. Pandangan gue menjadi kabur, lalu badan terasa dingin yang diiringi suara seperti gendang di dalam telinga gue "dum dum". "Sudah....lah....aku paksa kau untuk meminjamkan tubuhmu....ini....Apri!" Bisikan tadi berkata, *hati gue menjawab dengan kesal kepada bisikan tersebut "kenapa...kenapa...lo mengganggu gue terus....Kuntilanak brengsek....arggh!" dengan rasa sakit seperti tertarik dari ujung rambut*. "Diam....kalo tidak kau mati....!!, dan jika kau mati....maka aku juga akan lenyap....bodoh!" Terlihat samar dari penglihatan gue bisikan itu memunculkan wujudnya menjadi sesosok Kuntilanak berwarna merah dengan wajah pucat, mata putih, kuku tangan yang panjang dan mulut yang bercucuran darah. "Wuunnngggg" tubuh gue seperti melayang ke udara dan menggema alunan suara yang mirip dengan lantunan sinden dari suatu acara adat Jawa, alunan itu berisi nyanyian "Lingsir Wengi.....sliramu tumeking sirno
Ojo tangi....nggonmu guling
Awas jo ngetoro......
Aku lagi bang wingo...wingo....
Jin setan tak utusi....
Jin setan tak utusi....
Dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet....", itu petikan syairnya.
Alunan suara itu berulang ulang dengan syair yang mulai meninggi,pandangan gue gelap dan tak melihat apapun. Tiba tiba suara lengkingan terdengar seperti Papan tulis putih yang digesek oleh benda tajam "sing!", Suara cekikikan kian menggetarkan tubuh gue yang terasa sangat dingin. "Duar!" tubuh gue seakan meledak, samar samar terdengar rintihan Karina yang sedang memanggil memanggil nama gue "Apri....." dan terlintas sebuah bayangan seperti Siluet yang menggambarkan seekor Harimau yang tercabik oleh sesosok Kuntilanak berkuku panjang. Gue mencoba membuka mata dan melihat sekitar, *dalam hati gue terkejut "astaga....!" Tubuh gue melayang di atas kolam yang berisi begitu banyak darah*, "blub....blub...blub" gelembung gelembung berwarna merah seperti darah mengelilingi tubuh gue yang sedang melayang. "Cprat" satu gelembung itu pecah dan menghasilkan suara teriakan seseorang wanita yang sedang Depresi, "huuuuu....hiks...hiks". Satu lagi gelembung pecah lagi dan kali ini mengeluarkan suara tertawa seseorang gadis yang sedang ceria " hahahaha....hahaha" diiringi suara burung burung "cuit...cuit" dan titihan air "pluk" bagai disebuah hutan saat pagi hari. Tiba tiba "byus" tubuh gue tertarik kebawah dan tenggelam di kolam darah itu, tetapi anehnya saat ini gue masih bernafas walau di dalam darah. Pandangan gue pun menjadi gelap kembali, lalu tubuh gue bagai terbawa arus laut yang menarik kebawah.

Kuntilanak vs Ojek Online Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang