Chapter 7

318 38 8
                                    

“Duarr..!!!”

Suara lesatan peluru dari tebakan orang asing itu berbarengan dengan jeritan Miya yang begitu menderu. Miya menutup telinganya sambil berjongkok.

Beberapa saat Miya masih merasakan angin di kulitnya. Hidup, ya Miya masih hidup. Tapi suara tembakan itu masih terdengar. Miya membuka sedikit matanya. Ia tengah berjongkok di depan pohon yang cukup besar. Ia melihat punggung orang itu beberapa cm di depannya. Orang itu masih menembaki sesuatu. Miya mengintip sedikit ke arah samping untuk mengetahui apa yang ditembaki oleh cowok ini.

“Diam disitu.!” Titah cowok itu menyadari pergerakan Miya. Suara cowok itu sangat dingin ditelinga Miya. “Menurutlah jika ingin selamat.!” Lanjutnya.

Miya menurut dan tidak berani keluar dari persembunyiannya sekalipun untuk melihat apa dan siapa target tembakan cowok itu.

Miya melihat siluman serigala seperti yang ia temui tadi mental setelah terkena peluru cowok itu. Sudah dapat dipastikan, dia tengah melawan siluman itu dengan jumlah yang banyak.

“Berdiri, cepat!” Perintah cowok itu membuat Miya bergegas mempersiapkan diri. “Pegang lenganku dan ikuti langkahku.!” Kata cowok itu memberikan instruksi.

Miya menurut dan tak lama kemudian cowok itu berlari. Tugas Miya hanya mengikuti kemana arah cowok itu berlari serta tidak boleh melepaskan lengan cowok itu.

Selama berlari, cowok itu tetap menembaki targetnya tanpa henti. Miya memilih untuk menutup mata dan mempererat pegangan tangannya ke lengan cowok itu.

Sekitar 5 menit mereka berlari, cowok itu mendadak menghentikan langkahnya membuat Miya terpaksa menabraknya dan terjungkal ke belakang. Miya mengaduh ketika punggungnya menyentuh tanah. Ia bangkit dan terduduk setelah beberapa saat.

“Kalo mau berhenti bilang-bil....” Ocehan Miya dipotong ketika cowok itu duduk didepannya sambil telunjuknya menempel di bibir Miya.

“Stt.!! Lo gak usah berisik kalo mau selamat. Ikuti intruksi gue.!” Kata Cowok itu masih dingin. Ia mendengar napas cowok itu sedikit ngos-ngosan. Mungkin dia lelah sedari tadi melawan para siluman sendirian.

Miya menatap cowok yang setegah wajahnya tertutup kerah jubah hitamnya untuk sesaat. Tak lama kemudian cowok itu bangkit.

Sesaat kemudian, ada bayang – bayang putih melayang diatas kepala mereka. Sekitar tiga sampai lima makhluk yang berbeda mengitari mereka. Wujud makhluk yang lebih menyerupai iblis. Mata Miya terbelalak melihat keadaan di sekitarnya. Ia ketakutan dan memeluk lututnya. Kali ini yang dikhawatirkan Miya adalah jika cowok itu kalah, maka habislah ia dan cowok itu dimangsa para iblis hutan ini. Miya mulai berdoa untuk keselamatannya dan cowok yang menolongnya itu. Miya mengaitkan jari jarinya mengepal di depan dada sambil mengucap doa dalam hati.

Suara tembakan yang semakin riuh terdengar. Hingga eraman para iblis yang siap memangsa Miya dan cowok penolong itu. Suara yang mengerikan, apalagi di tengah hutan gelap seperti ini. Puncaknya, suara peluru yang lebih keras terdengar 3 kali berturut – turut. Setelah suara peluru terakhir, tidak ada lagi yang Miya dengar disekitarnya.

Cowok itu berbalik dan melihat Miya tengah berdoa. “Terimakasih atas do’anya. Sekarang gue sama lo selamat.” Ucapnya masih bernada dingin.

Mata Miya terbuka mendengar kalimat cowok itu dan berhenti berdoa. Ia berdiri. “Makasih.” Ucap Miya singkat dengan nada yang lembut.

“Sekarang, lo ikut gue keluar dari hutan ini.” Ajak cowok itu lalu sambil melangkahmelewati Miya. Miya mengikutinya dari belakang.

Selama perjalanan, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka berdua. Sepertinya, Miya masuk ke hutan terlalu jauh. Buktinya sampai saat ini ia dan cowok itu belum juga keluar dari hutan.

Challenges to be A HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang