Chapter 25

510 41 41
                                    

"Kak Irithel!!" jerit Miya kencang membuat Irithel sontak menoleh.

Gadis pemanah bersurai merah itu baru sadar kalau ada kuda yang berlari menghampirinya.

Terlambat! Ia tidak sempat menghindar hingga Irithel harus tertabrak oleh kuda milik seseorang itu.

Irithel terpental jauh beberapa meter dari tempat sebelumnya ia berada.

Miya langsung melesatkan satu buah anak panah ke arah kuda itu dan tepat mengenai perut kuda. Kuda meringkik hingga kedua kaki depannya terangkat.

"Kak Irithel!!" seru Miya menghampiri tubuh Irithel yang penuh darah akibat hantaman kuda. "Bertahanlah, kak!" ia menopang tubuh Irithel yang sudah tidak berdaya. Darah mengucur deras dari puncak kepala Irithel.

"M-miya.." Irithel mengelus pipi Miya sampai ada bercak darah yang keluar dari area telapak tangannya. "Lo kuat!! Lanjutkan perjalanan ke Abyys!" katanya dengan sisa tenaganya.

"Enggak, Kak. Kita bisa sama-sama ke Abyys!"

"T-tidak Miya. Maaf, gue hanya bisa mengantar lo sampai sini." lirih Irithel. "Jaga diri lo baik-baik.." kata Irithel sebelum tangannya melemah dan ambruk ke tanah.

"Tidak!! Kak Irithel!!" jerit Miya sekuat tenaga. Sayangnya, Irithel tidak menyahutnya. Gadis pemanah merah itu telah tertidur, sangat tenang dalam kedamaian.

Miya mendongkak marah pada musuhnya saat itu. Ia berdiri setelah meletakan jasad Irithel di tanah.

Miya menatap tajam Terrizla. Bola matanya berapi-api saat melihat hero jahat pembawa palu itu.

"Lo harus bertanggung jawab atas kematian Irithel!" sahut Miya dalam amarahnya.

"Kenapa harus dia yang bertanggungjawab? Kudaku yang menabraknya!" Sahut seseorang yang datang dari belakang Terrizla.

Memang dasar iblis, Terrizla masih kuat bertahan meskupun ada luka panah di lehernya. Bahkan, anak panah itu dicabutnya dengan brutal lalu dibanting ke tanah.

Hero bersurai panjang pembawa kuda itu menyeringai, "Aku tidak menyangka kalau sekali melepaskan kudaku, satu nyawa melayang!" katanya sombong.

"Bukannya itu karena mereka hero lemah, Leomord?" timpal Terrizla yang sama-sama menyeringai di dekatnya.

"Ya, gadis pemanah! Alangkah baiknya jika kau menerima tawaran Alice untuk jadi hero di Abyys. Aku bisa jamin, kau tidak akan selemah ini!" ucap Leomord lagi.

"Tak sudi bergabung dengan iblis terkutuk seperti kalian!" seru Miya seraya bersiap untuk menembakkan anak panah selanjutnya.

Miya melesatkan anak panah itu berulang kali ke arah Terrizla dan Leomord. Sambil menjaga jarak, Miya masih melesatkan satu persatu anak panahnya.

Terrizla menepisnya dengan tangan, sementara Leomord menepisnya dengan tombak yang dibawanya.

"Hanya segitu kemampuanmu, gadis pemanah?" Leomord menyeringai meremehkan Miya.

Miya berlari ke arah sebuah batang pohon, menghentakkan kakinya ke batang pohon itu hingga tubuhnya menolak.

Miya berputar di udara sambil melesatkan beberapa anak panahnya langsung ke arah Terrizla dan Leomord.

Lesatan panah itu berhasil merobek telinga Leomord dan menancap di belikat Terrizla. Miya mendarat mulus setelah berhasil membuat kedua hero Abyys itu terluka.

"Sepertinya, sudah cukup bermain-main dengan gadis pemanah ini!" sahut Terrizla. Ia segera menghentakkan palunya hingga tanah itu terbelah.

Miya sontak melompat untuk menghindari. Satu lagi, anak panah itu melesat ke arah Terrizla.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Challenges to be A HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang