Chapter 5

303 40 3
                                    

Sudah beberapa hari ini Miya terbiasa hidup mandiri. Tinggal di rumah kecil tepi hutan dan menjalankan aktivitasnya secara normal. Sekarang, ia tidak perlu lagi sembunyi – sembunyi untuk pergi berburu atau latihan panah. Libur selama sepekan, membuat Miya lebih rajin berlatih panahan. Hal itu menambah kepercayadirian Miya untuk tidak menghasilkan nilai ‘darah’ saat ujian nanti.

Hari pertama semester baru disambut semangat oleh gadis bermata violet itu. Dengan percaya diri, ia masuk ke kelas Master yang pastinya akan bertemu dengan calon – calon hero baru.

Begitu masuk Master Grade, ia langsung memilih duduk di bangku nomor 2 dari belakang. Seperti yang Miya duga sebelumnya, belum ada calon Hero yang ia kenali di ruangan ini.

Beberapa saat kemudian, muncul seorang cowok berambut cokelat potongan cepak samping. “Hello guys. Welcome to Master Grade!” Serunya dengan suara lantang sambil menggebrak daun pintu. Sontak semua yang ada di dalam terkejut dan menimbulkan suara riuh tak jelas. Begitu juga Miya yang refleks menggeplak meja saking kagetnya.

Cowok itu mendengar suara geplakan meja Miya. Kening cowok itu mengkerut dan memperhatikan apa yang dilihatnya dengan seksama.

“Hmmm..” Miya memutar bola matanya malas setelah mengetahui siapa yang datang. Dia Claude, satu angkatan dengan Miya yang dulu mengambil kelas Assasin. Tapi, kenapa dia ada di Master Grade sekarang?

“Miyaa?!” Seru Claude. “Hey, bukannya sekarang lo di Epic Grade?” Tanya Claude lalu duduk disampingnya.

“Gue gak cocok di kelas Mage. Makannya ngulang ke Master biar bisa pindah ke Marksman.” Jawab Miya sedikit ketus.

“Kasus yang sama.!” Seru Claude. “Gue juga gak betah di Assasin. Makannya gue putar balik. Eh ketemu lo.” Goda Claude.

“Gue gak nanya, Claude.!”

Claude memang begini. Dia senang menggoda gadis-gadis. Tapi tak ada maksud untuk merendahkan atau mencela. Ini hanya sebuah bentuk keramah-tamahannya.

“Oke, anggap aja itu informasi buat lo.” Kata Claude mengelak. “Oke cantik, sekarang boleh aku duduk disampingmu selama belajar di kelas ini?” Perubahan bahasa Claude membuat bulu kuduk Miya meremang.

“Lo udah duduk duluan tanpa gue suruh!” Kata Miya masih ketus. “Tapi gak kenapa, karena lo satu-satunya orang yang gue kenal di kelas ini.” Suara Miya mulai melembut.

Claude tersenyum simpul. “Nice my Friend!” Katanya sambil mengedipkan sebelah matanya pada Miya.

Miya semakin bergidik dibuatnya. Semoga Claude tidak berbuat macam-macam padanya.

Beberapa menit kemudian, seluruh bangku di Grade Master sudah terisi penuh. Ada sekitar 20 siswa yang ada di kelas itu dan semuanya asing buat Miya, kecuali Claude, cowok yang terkenal bengal seangkatannya.

Tak lama kemudian, muncul pak Roger di depan kelas. Semua siswa kelas itu mendadak duduk tenang.

“Selamat pagi.” Sapa pak Roger. Dibalas singkat oleh seluruh penghuni kelas. “Saya Roger. Selamat untuk kalian yang baru lolos dari Eliete Grade dan selamat datang di Master Grade.” Sambut Roger dibalas tepuk tangan beberapa siswa di kelas itu.

“Yeaayy.!!!” Suara Claude lebih dominan dan menghentikan suara dari siswa lain. Claude masih bertepuk tangan. Tingkah konyolnya membuat pandangan seisi ruangan tertuju padanya. Miya bahkan sudah menutup wajah.

Roger langsung memperhatikannya. “Kecuali Claude dan Miya.!” Kata Roger membuat keduanya kikuk ditempatnya.

“Ini bisa jadi contoh untuk semuanya. Jangan ceroboh memilih role di Grandmaster Grade kalau tidak ingin seperti mereka.!” Kata Roger memperingatkan. Perhatian semua orang yang ada di ruangan itu masih tertuju pada mereka.

“Kelakuan lo, Claude.!!” Kata Miya miris sambil merintih.

***

Saat istirahat, Claude berjalan berdampingan dengan Miya menuju kantin. Sepanjang koridor, Claude terus menggoda cewek-cewek yang ditemuinya. Respon cewek – cewek itu beda-beda. Ada yang cuek, balas menyapa, ada juga yang bengong sambil memperhatikan Claude yang terus berjalan. Miya sampai gerah melihat kelakuan Claude yang sok akrab dengan semua orang. Miya melipatkan tangan di dadanya.

Kepribadian Miya dan Claude memang berbeda 180 derajat. Miya yang cenderung tertutup dan cuek, Claude yang nyaman dengan sikap sok akrab dan selalu jadi pusat perhatian.

“Lo harusnya beruntung jalan bareng gue, Miya.” Kata Claude tiba-tiba. Miya mendelik tanpa sepenuhnya melihat ke arah Claude. “Liat aja, dari tadi gue disapa cewek-cewek yang ngelewatin kita.” Kaatanya penuh percaya diri.

Miya mengerlingkan matanya “Bukannya lo ya yang nyapa mereka?”

Claude melirik Miya sambil tersenyum menggoda. Miya hanya bergidik ngeri. Meskipun sifat Claude begitu, Miya yakin kalau Claude tidak akan berbuat macam-macam padanya. Ia begitu hanya untuk jadi pusat perhatian saja.

Seorang cewek berambut panjang diurai yang baru turun tangga langsung berlari menghampiri Miya. “Miyaa..” Panggilnya

“Eudora.!”

“Aaa.. Miya. Maaf ya gue belum sempet main ke tempat tinggal lo yang baru. Gue denger dari Odette.” Kata Eudora menyesal. Mereka sekarang jalan bertiga menuju kantin. Eudora belum menyadari ada Claude disitu.

“Gapapa, Eudora.” Ucap Miya. “Gue baik-baik aja, kok.” Lanjutnya singkat.

“Gimana Master Grade?” Tanya Eudora.

“Masih sama kayak dulu. Pak Roger guru pertama yang masuk dan kasih materi. Gue juga ketemu dia di Master Grade.” Kata Miya sambil menyikut Claude yang berjalan di samping kirinya. Claude terkejut, dan menoleh ke arah Miya.

Eudora menoleh ke arah Claude. “Eh, lo kan murid lama? Kok balik lagi ke Master Grade?” Tanya Eudora.

“Itu pertanyaan yang gak gue dapet dari Miya. Makasih udah nanya dan perhatian sama gue.” Jawab Claude.

Eudora memutar bola matanya. “Apaan sih? Gak nyambung banget.” Protesnya.

“Kasus gue sama kayak Miya. Gue gak betah di kelas Assasin. Makannya gue mau pindah role.” Jawab Claude.

“Tapi bukan karena nilai laporan lo ‘kebakaran hutan’ kan?” Tanya Eudora polos.

Claude ternganga. “Enggak lah.” Sanggah Claude.

Eudora kembali menoleh ke arah Miya yang berjalan di tengah. “Miya, gue mau ngasih tau lo aja. Lo jangan sampe terlalu deket sama makhluk ini. Gue takut lo diapa-apain.”

Miya menghela napas. Begitu juga dengan Claude.

“Eudora cantik, gue gak akan setega itu sama Miya. Yang ada, gue mau jagain dia.” Kata Claude sambil mengangkat kedua alisnya.

“Dan awas kalo lo sampe bikin Miya kenapa-kenapa.” Ancam Eudora sambil menunjukkan cakar tangannya.

Claude berekspresi ngeri. Claude tahu kalau Eudora punya skill listrik. Cewek Mage itu bisa memanggangnya kapan saja kalau sampai Claude melukai sahabatnya.

“Odette mana?” Miya merasa kehilangan Odette.

“Dijemput Lancelot. Gak tau deh diajak kemana.” Jawab Eudora.

“Lo gak jalan sama Gord?” Tanya Miya.

“Dia lagi ngajarin Valir di halaman belakang. Dan untungnya gue ketemu lo di sini. Tadinya gue mau nyamperin ke kelas lo.” Cerita Eudora.

“Lo sama Odette udah punya pacar. Gue kapan ya? Seenggaknya gue gak selalu sendirian gitu kalo kalian lagi pacaran.” Kata Miya

“Sekarang aja, Mi. Sama gue.” Sambar Claude yang langsung ditepak oleh Eudora.

“Gue gak rela Miya sama lo. Kasarnya, lo cowok kurang steril buat Miya.” Ketus Eudora.

“Tega banget lo ngatain gue gak steril.” Kata Claude merasa terendahkan. Namun Eudora memilih cuek.

Miya terbahak melihat tingkah Eudora dan Claude. Setidaknya rasa kesepian Miya terobati ketika ia berada di sekolah. Ia akan merasa kesepian lagi ketika jam pelajaran sekolah telah berakhir.

Bersambung...
***

Challenges to be A HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang