Lapangan Heroes Academy Land of Dawn sudah siap digunakan untuk test praktik para calon hero Master Grade. Beberapa properti sudah disiapkan di sekitar lapangan, karena pastinya properti yang digunakan tiap siswa akan berbeda sesuai dengan keahliannya masing-masing.
Area koridor yang berhadapan langsung dengan lapangan, mendadak jadi lautan manusia. Mereka juga penasaran dengan skill anak-anak baru Heroes Academy.
Di ujung lapangan sudah bersiap 2 orang guru yang duduk di kursi penilaian. Roger untuk penilaian Physical skill, dan Esmeralda untuk menilai Magical skill. Mereka duduk berdampingan dilengkapi sebuah alat penilaian yang penggunaannya hanya mereka yang tahu.
Aturan dalam test ini adalah masing - masing siswa diberi waktu 10 menit untuk menunjukkan skill mereka. Hasil penilaian akan muncul 5 menit setelahnya.
Role pertama yang diberi kesempatan adalah Support karena properti yang mereka gunakan tidak terlalu banyak. Skill tali boneka milik Angela yang berdamage besar, membuat target yang menjadi propertinya kehabisan daya hanya dalam beberapa detik. Suara riuh dan tepuk mulai terdengar dari para penonton. Skill yang cukup baik. 3 siswa support selanjutnya menunjukkan skillnya setelah nama mereka dipanggil.
Dilanjutkan oleh role Fighter yang diikuti 4 orang. Para calon fighter menunjukkan skill mereka menggunakan alat seperti pedang, tombak, atau hanya dengan tangan kosong.
Setelah itu, giliran role Mage yang diminati 5 orang siswa Master Grade. Berbagai macam magical skill ditunjukan oleh masing-masing siswa. Yang paling memukau adalah skill bola-bola sihir dari Cyclops.
Test praktik diistirahatkan sejenak. Tinggal Role Assassin dan Marksman yang belum ditest. Informasi tambahan, di Heroes Academy tidak ada role Tank. Karena para Tank sudah dipilih dan mendapat pelatihan khusus langsung di kerajaan.
Selama istirahat berlangsung, 3 calon Marksman itu masih berkumpul di kelas. Tak peduli dengan begitu banyak penonton yang sudah tidak sabar menunggu aksi Assasin dan Marksman yang biasanya menggunakan senjata yang unik-unik. Toh, Marksman kebagian test yang paling terakhir.
"Gue punya sesuatu buat kalian!" Seru Claude mengambil sesuatu dari ranselnya. Ia mengambil 3 kain merah dan ditunjukkan pada Miya dan Granger.
"Buat apa?" Tanya Miya.
Claude mengambil satu kain itu dan diikatkan di kepalanya. "Ikat di kepala lo." Titahnya. "Pokoknya kita harus punya ciri khas, biar lebih menarik." Lanjutnya sambil memberikan satu kain itu pada Miya.
Miya menerima kain itu dan diikatkan di kepalanya. "Hmm, menarik juga!" Seru Miya sambil menyesuaikan ikatan rambut dan poninya.
Granger masih menatap ragu kain itu. Claude menangkap tatapan ragu dari Granger. "Lo mau pake gak, Gran?" Tanya Claude. "Kalo mau pake, kerah jubah lo dibuka dulu. Sekali-kali bikin fans musiman lo itu seneng." Usul Claude mencoba untuk menggoda Granger kali ini. Sebelumnya Claude menganggap kalau menggoda Granger sama dengan mempertaruhkan nyawanya. Namun ia mencoba memberanikannya kali ini.
"Muka gue masih banyak luka." Jawab Granger datar.
"Udah sekali ini aja!" Claude meletakan kain merah itu di telapak tangan Granger. "Biar kompak."
"Oke, gue turutin usul konyol lo kali ini." Ucap Granger. Ia membuka zipper kerah jubahnya.
Granger juga membelit keningnya dengan kain merah itu. Claude tersenyum menang. Akhirnya seorang Granger bisa menuruti keinginan Claude.
Miya menopang dagunya dengan satu tangan ketika melihat wajah Granger tanpa terhalang apapun. "Lo lebih menarik begini tau." Kata Miya sambil tersenyum.
![](https://img.wattpad.com/cover/215070256-288-k990557.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Challenges to be A Hero
Fiksi PenggemarMiya memaksa untuk pindah dari kelas Mage ke kelas Marksman, meskipun harus ia harus 'downgrade' ke Master Grade untuk mempelajari teknik dasar seorang hero dan memilih Role yang diinginkan. Alasan pertama, ia tidak memiliki sedikitpun magical skill...