Hero berpayung milik kerajaan Land of Dawn mengantar Miya sampai ke gerbang kerajaan. Gadis jepang itu terlihat sedih karena kepulangan Miya yang begitu cepat. Padahal menurutnya, Miya lebih asyik diajak ngobrol dibanding Fanny yang sangat dingin dan cuek.
Miya sudah berpamitan untuk pulang pada Raja Tigreal dan Ratu Natalia selepas menyantap sarapan pagi beberapa saat yang lalu. Gadis bersurai putih itu juga mengucapkan banyak terima kasih pada Silvanna yang sudah sangat menerimanya.
"Miya, gue gak menyangka pertemuan kita sesingkat ini." Sesal Kagura sambil menunjukkan wajah sedih.
"Tak apa Kagura. Gue tinggal masih di wilayah Land of Dawn. Jadi kita masih sering ketemu." Sahut Miya menghibur. "Terima kasih Kagura atas semua pertolongan lo dan keluarga kerajaan." Lanjut Miya.
"Baiklah, Miya." Ucap Kagura. "Hati-hati, ya. Semoga impian lo jadi salah satu hero di kerajaan ini cepat terwujud." Doa Kagura untuk gadis bermata violet itu.
Miya tersenyum lebar. "Terima kasih, Kagura. Kalau begitu gue pamit." Pamit Miya sedikit menunduk. Gadis itu melangkah menjauh gerbang istana.
Kagura melambai lemah di tempatnya dengan raut wajah sedih. Ia tetap melambai meski gadis pemanah itu tak melihatnya dan semakin menjauh dari keberadaannya.
***
Gadis pemanah itu berjalan sendiri menuju Heroes Academy. Meskipun sebenarnya ia tak terlalu hafal jalan yang di tempuhnya.
Miya berpikir, mungkin setelah ia sampai di lapangan tempatnya biasa latihan dengan Irithel, ia jadi sedikit ingat jalan menuju Heroes Academy.
Dugaan Miya salah. Ia tak kunjung ingat jalan menuju Heroes Academy meskipun lapangan tempatnya berlatih sudah dilaluinya beberapa menit yang lalu. Sekarang langkahnya berhenti ketika ia menemukan persimpangan jalan. Ia mematung di tengah persimpangan antara kiri dan kanan sambil menebar pandangan.
Sepertinya, Miya harus meningkatkan fungsi otaknya untuk mengingat sesuatu.
Terlalu bingung, gadis berkuncir kuda itu menggaruk leher belakangnya. Jalan mana yang harus ia pilih.
"Kanan, Miya!" Seru suara seorang cowok di belakangnya. Miya menoleh.
"Hey! Gue kira lo gak masuk!" Sahut gadis bersurai putih itu. Kini ia jalan berdampingan dengan cowok jangkung berjubah hitam, Granger.
"Kenapa harus gak masuk?" Tanya Granger.
"Kali aja lo mau istirahat dulu." Sahut Miya.
Cowok jangkung itu mendengus sambil tersenyum. Terlihat dari kerutan di kedua ujung matanya.
"Ohya, si pirang gak masuk ya?" Tanya Miya tiba-tiba.
"Masuk kok. Dia berangkat duluan." Jawab Granger. "Ada pengumuman buat anak-anak Legend Grade, ada 5 calon hero yang akan ditarik dan dilatih di Istana." Lanjutnya.
Miya menoleh senang mendengarnya. "Serius? Wah kira-kira siapa ya?" Miya mulai menebak-nebak sambil mengetuk dagunya dengan telunjuk kanan. "Gue yakin sih kak Freya udah pasti masuk." Prediksinya mengingat Freya adalah salah satu murid berprestasi di Heroes Academy.
"Bisa jadi." Sahut Granger singkat.
Mereka terdiam untuk beberapa saat.
"Miy, semalem gak terjadi apa-apa kan sama lo?" Tanya Granger. "Umm.. maksud gue. Gak ada hal buruk menimpa lo?" Ralatnya kemudian.
Granger khawatir dengan keadaan Miya, mengingat semalam Alucard membawanya patroli dan hanya mereka berdua.
Miya menggeleng. "Gue gak kenapa-napa. Malah rasanya gue seneng bisa sedikit merasakan pengalaman menjalankan misi itu seperti apa. Ya meski ini cuma patroli." Jawab Miya dengan sejujur-jujurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Challenges to be A Hero
Fiksi PenggemarMiya memaksa untuk pindah dari kelas Mage ke kelas Marksman, meskipun harus ia harus 'downgrade' ke Master Grade untuk mempelajari teknik dasar seorang hero dan memilih Role yang diinginkan. Alasan pertama, ia tidak memiliki sedikitpun magical skill...