Chapter 18

318 34 18
                                    

Lonceng jam istana berbunyi 10 kali, tandanya malam semakin larut. Acara makan malam tadi sempat diwarnai dengan ketegangan karena Ruby, sang puteri kerajaan mendadak meninggalkan ruang makan.

Kejadian tersebut membuat Miya merasa tidak enak hati dengan keluarga raja. Apalagi, Silvanna memintanya untuk tidur di kamarnya malam ini. Bisa jadi pikiran buruk Ruby tentang Miya akan semakin menjadi-jadi.

Bersama Kagura, gadis bersurai putih itu berdiri menyandar di balkon istana malam itu. Kebetulan, malam itu bulan bersinar terang, tak ada sedikitpun awan yang menghalanginya.

Biasanya, balkon ini digunakan untuk latihan para hero istana. Namun malam ini, balkon tersebut terlihat kosong, tak ada yang latihan karena mungkin kelelahan akibat misi tadi siang yang bisa dibilang gagal.

Miya menceritakan awal mula kenapa ia bisa terjebak di hutan itu tadi siang pada Kagura. Sesekali, hero berpayung itu tertawa ketika Miya menceritakan kebingungan dan kekonyolannya saat di hutan.

Kagura jadi ikut merasakan, bagaimana takutnya Miya tadi siang.

"Seperti itu, Miya? Itu sangat menakutkan, bukan?" Tanya Kagura ketika Miya mengakhiri ceritanya.

"Ya, begitulah. Gimana gak takut? Terjebak, sendirian, dan kebakaran. Lo bayangin aja.. eh maksudku, kamu bayangin aja." Miya keceplosan menggunakan sebutan yang biasa untuk teman-teman dekatnya, lo-gue.

Kagura terkekeh, "Gak apa-apa, Miya. Anggap aja gue udah dekat dengan lo. Kelihatanya, lo juga mudah akrab dengan orang baru." Kata Kagura.

Miya tidak menyangka kalau ia akan diterima dengan mudah sebagai teman okeh gadis jepang ini.

"Berarti, mulai sekarang kita teman ya." Kata Miya.

Kagura mengangguk senang.

"Ohya, ada sesuatu yang mau gue tanyain ke lo." Ucap Miya ragu.

"Tanyakan saja." Balas Kagura.

"Mm menurut lo, Ruby dan Alucard itu ada hubungan? Maksud gue lebih dari sebatas teman?" Tanya Miya.

"Kenapa lo nanya hal itu? Lo penasaran dengan hubungan mereka?" Tanya Kagura balik.

Miya cepat-cepat menggeleng. Menyanggah pertanyaan Kagura barusan.

"Bukan. Maksudnya, gue merasa Ruby itu benci banget sama gue karena dekat dengan Alucard. Padahal, gue dan Alucard hanya sebatas teman. Dia banyak membantu gue, melatih gue sampai gue merasa saat ini gue lebih berguna buat orang-orang sekitar." Jelas Miya. Ia menyampaikan rasa penasarannya terhadap sikap Ruby yang selalu berapi-api padanya.

Sebenarnya ia sudah tahu dari Granger beberapa waktu lalu. Hanya saja, Miya mau mendengar dari pendapat seorang gadis. Bisa jadi gadis jepang itu malah membela Ruby.

Kagura menghela napas, "Hmm sebenarnya Ruby sedikit menyebalkan. Sifatnya yang kekanak-kanakan suka membuat kak Silvanna dan beberapa orang di istana risih sendiri. Kalau soal hubungannya dengan Alucard, dia memang selalu bersama dari kecil." Jawab Kagura.

"Maksudnya, Ruby sudah dekat dengan Alucard sejak mereka anak-anak. Berlatih bersama, bermain, dan tumbuh bersama. Alu juga sangat melindungi Ruby dari bahaya. Namun semenjak sifat posessive Ruby muncul, Alucard jadi menjaga jarak dengannya." Lanjut Kagura berkisah.

Ternyata benar, pendapat dari sisi seorang gadis saja Ruby memang menyebalkan. Berarti waktu itu Granger benar dan tidak sedang membela saudaranya.

"Posessive Ruby semakin menjadi ketika Alucard dekat dengan seorang gadis pemanah, sama seperti lo."

Lanjutan cerita Kagura membuat mata Miya membulat. "Gadis pemanah?"

"Ya, gadis pemanah bersurai merah. Irithel." Jawab Kagura.

Challenges to be A HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang