Chapter 14

310 33 11
                                    

Miya mempercepat langkah kakinya hingga berlari kecil karena gerimis pagi ini datang begitu mendadak. Padahal, tidak ada tanda-tanda hujan sebelumnya. Untung saja posisinya sudah dekat dengan gedung sekolahnya. Ia semakin mempercepat laju kakinya sambil tetap berhati-hati. Tangan kanannya diletakkan di depan kening untuk melindungi wajahnya agar tidak terkena air hujan.

Tidak hanya Miya, beberapa siswa Heroes Academy yang kepalang tanggung sampai di gedung sekolah, melakukan hal yang sama dengan Miya. Mereka baru saja melewati gerbang sekolah.

Miya berhenti sejenak di gerbang beratap itu untuk mengambil napas dan bersiap lari ke koridor terdekat yang jaraknya sekitar 15 meter. Biarpun tak terlalu jauh, Miya tak berani menembus hujan yang semakin deras itu. Ia tak mau diusir guru pada saat jam pelajaran karena pakaiannya basah.

Tapi kalau Miya terlalu lama menunggu disini, ia akan ketinggalan jam pelajaran. Itu lebih buruk karena pasti ada informasi tambahan tentang test praktik yang akan diadakan esok hari. Entahlah, nekat saja, itu kalimat yang ada di pikiran Miya. Toh, ada beberapa juga yang nekat menerobos hujan yang kian lebat ini.

Baru saja Miya hendak melangkah, seseorang memayunginya dengan jubah. Miya yang menyadari kalau kepalanya kini terlindungi, menoleh ke kirinya. Didapatinya sosok tinggi yang sangat dikenalnya.

"Granger!" Seru Miya sumeringah melihat teman sekelasnya untuk pertama kali setelah sekian lama cowok itu absen.

Cowok itu hanya tersenyum miring dan tipis. Baru kali ini Miya melihat wajah Granger tanpa tertutup kerah jubah seperti yang biasa dilihatnya. Wajah yang tegas dan dingin namun tak bosan untuk terus dipandang.

"Yuk, nanti telat.!" Ajak Granger.

"Tapi nanti jubah lo basah."

"Jubah gue tahan air!" Pungkas Granger membuat Miya menurut.

Mereka lari berdampingan menembus hujan yang semakin lebat. Sesekali mereka menginjak genangan air dan mengotori sebagian pakaian mereka.

Sesampainya di koridor terdekat, mereka melompat untuk menghindari kucuran air yang lebih deras dari atap gedung. Sesaat mereka tertawa.

Miya memperhatikan wajah Granger. Terdabat beberapa goresan luka di area wajah. Bahkan ada bagian lehernya yang masih ditutup kapas dan plester.

"Granger, apa yang udah terjadi sama lo?" Tanya Miya khawatir sambil memutar kepala Granger menuju ke arahnya. Miya mengusap untuk memgecek bekas cakaran yang ada di wajah Granger.

Dasar Granger, dia masih bisa menyembunyikan rasa gugup dibalik kedinginannya, ketika kedua matanya bertemu dengan kedua mata Miya yang menatapnya khawatir.

Beberapa detik kemudian, Granger menurunkan tangan Miya dari wajahnya dengan lembut. "Gue gak apa-apa. Cuma luka sedikit." Kata Granger.

"Kalo gak apa-apa, luka lo gak mungkin sampe begitu." Kata Miya masih dengan nada khawatir.

Granger tersenyum miring, "Gue baik-baik aja, Miya."

"Syukurlah. Semoga luka lo segera sembuh." Kata Miya.

Granger mengibaskan jubahnya yang basah. Ia baru menyadari bahwa sekarang Miya dan dirinya menjadi pusat perhatian di area koridor itu. Beberapa cewek kedapatan tengah menatapnya kagum dengan mata yang berbinar-binar. Bahkan ia mendengar decakan kagum dari mulut gadis-gadis itu.

Miya juga menyadari kalau dirinya dan Granger jadi pusat perhatian sekarang. Miya tertawa sambil menutup mulutnya. "Jangan bilang, gue orang pertama yang lihat muka lo disini." Celetuk Miya.

"Bukan juga, udah ada Alucard dan beberapa orang di sekolah ini." Balas Granger seraya memakai kembali jubahnya yang sudah lumayan kering.

Decakan kagum itu perlahan surut berganti decak kekecewaan dari para gadis itu. Mereka kecewa karena Granger sudah memakai kembali jubahnya yang menutup sebagian wajahnya.

Challenges to be A HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang